Pemerintah Kabupaten Landak menggandeng lembaga swadaya masyarakat Solidaridad Network Indonesia dalam mewujudkan petani sawit berkelanjutan yang ramah lingkungan dan iklim di wilayah Landak.
"Dalam program ini, Solidaridad akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para petani sawit maupun kelembagaan koperasi untuk meningkatkan produktivitas daripada sawit yang akan disandingkan dengan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari pemerintah pusat," kata Bupati Landak dr Karolin Margret Natasa, di Ngabang, Selasa.
Selaku Bupati Landak, ia menawarkan program ini dan bagi koperasi yang berminat dengan program ini untuk mendaftarkan diri. "Ini beda sifatnya dengan program PSR dan ini tidak wajib," tuturnya.
Meski program pendampingan ini bukan bagian dari program PSR, ia juga memikirkan bagiamana ke depannya agar petani sawit di Kabupaten Landak bisa berkelanjutan.
Tentu akan ada keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh apabila para petani ikut dalam program ini. "Melalui program ini ingin mengajarkan para petani memanfaatkan lahan dengan sebaik-baiknya dan menghasilkan sawit yang ramah lingkungan, agar sawit kita tidak dianggap sebagai sawit yang merusak lingkungan atau sawit illegal oleh negara-negara eropa yang berdampak jatuhnya harga karena di boikot," katanya.
Menurut dia, ke depan, terkait peremajaan sawit di Landak, bukan hanya mengenai program ini, tapi juga keberlanjutan programnya. Dia juga memikirkan sampai jauh program ini dibutuhkan masyarakat, sehingga berupaya mencari berbagai alternatif dan kemungkinan. "Mudah-mudahan bisa terjalin kerjasama dalam program ini," kata Karolin.
Dalam kesempatan yang sama, Country Manager Solidaridad Indonesia, Kulbir Mehta menjelaskan fase kegiatan pendampingan ini sendiri nantinya akan diawali dengan peningkatan kapasitas sumber daya petani itu sendiri (capacity building), yaitu petani maupun koperasi (lembaga) yang menaungi para petani.
Program ini akan menyasar para petani sawit yang memerlukan bantuan pendampingan mengenai praktek pertanian yang berkelanjutan, misalnya dalam pemetaan kebun sawit maupun cara bertanam sawit yang ramah lingkungan.
"Program ini nantinya akan dibuka dengan pemberdayaan petani dengan membuka sekolah lapangan yang bisa diikuti secara gratis sebanyak 12 kali pertemuan dengan mendatangkan trainer (pelatih) langsung ke petani," kata Kulbir.
Dalam program pendampingan ini pula, para petani akan dibekali dengan pelatihan mulai dari memilih benih yang baik, pemeliharaan tanaman, pemupukan hingga memantau hasil produksi.
"Harapannya kelak para petani maupun koperasi ini bisa lebih mandiri dalam berbagai aspek, termasuk dalam pendanaan," tuturnya.
Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Landak, Alpius berharap dengan adanya program ini para petani bisa menjadi lebih mendiri. Dia juga berharap program ini tidak hanya menyasar para petani sawit, tapi juga bisa bersinergi dengan program pendampingan terhadap petani komoditi lainnya seperti lada, kopi dan cokelat (kakao).
"Perlu adanya pendampingan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia para petani, agar bisa mengembangkan dan berbagi kepada petani lainnya. Kemudian dengan adanya program ini juga diharapkan bisa berperan dalam mensejahterakan para petani, mulai dari proses pembenihan, produksi, hingga pemasaran yang baik tanpa melalui tengkulak yang berdampak pada nilai tambah dari para petani itu sendiri," kata Alpius.
Meski demikian, sambung Alpius, dalam program PSR dari pemerintah pusat yang menggandeng para petani, juga harus memikirkan penghasilan petani selama menunggu hasil dari sawit yang baru diremajakan.
Karena, dalam peremajaan sawit ini diperlukan 2,5 tahun hingga bisa menghasilkan. Dan petani dikhawatirkan tidak dapat penghasilan apa-apa jika hanya bergantung pada sawit, sehingga dalam masa tunggu sawit ini bisa menghasilkan, para petani juga bisa memperoleh penghasilan dari sektor pertanian lainnya dari lahan tersebut.
"Kita berharap program bersama Solidaridad ini bisa meningkatkan sumber daya yang ada dengan potensi lahan yang tersedia, supaya kita bisa meningkatkan pendapatan para petani ini sendiri dengan berbagai jenis komoditi, sehingga dalam masa 2,5 tahun ini bisa punya pendapatan," katanya.
***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Dalam program ini, Solidaridad akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para petani sawit maupun kelembagaan koperasi untuk meningkatkan produktivitas daripada sawit yang akan disandingkan dengan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari pemerintah pusat," kata Bupati Landak dr Karolin Margret Natasa, di Ngabang, Selasa.
Selaku Bupati Landak, ia menawarkan program ini dan bagi koperasi yang berminat dengan program ini untuk mendaftarkan diri. "Ini beda sifatnya dengan program PSR dan ini tidak wajib," tuturnya.
Meski program pendampingan ini bukan bagian dari program PSR, ia juga memikirkan bagiamana ke depannya agar petani sawit di Kabupaten Landak bisa berkelanjutan.
Tentu akan ada keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh apabila para petani ikut dalam program ini. "Melalui program ini ingin mengajarkan para petani memanfaatkan lahan dengan sebaik-baiknya dan menghasilkan sawit yang ramah lingkungan, agar sawit kita tidak dianggap sebagai sawit yang merusak lingkungan atau sawit illegal oleh negara-negara eropa yang berdampak jatuhnya harga karena di boikot," katanya.
Menurut dia, ke depan, terkait peremajaan sawit di Landak, bukan hanya mengenai program ini, tapi juga keberlanjutan programnya. Dia juga memikirkan sampai jauh program ini dibutuhkan masyarakat, sehingga berupaya mencari berbagai alternatif dan kemungkinan. "Mudah-mudahan bisa terjalin kerjasama dalam program ini," kata Karolin.
Dalam kesempatan yang sama, Country Manager Solidaridad Indonesia, Kulbir Mehta menjelaskan fase kegiatan pendampingan ini sendiri nantinya akan diawali dengan peningkatan kapasitas sumber daya petani itu sendiri (capacity building), yaitu petani maupun koperasi (lembaga) yang menaungi para petani.
Program ini akan menyasar para petani sawit yang memerlukan bantuan pendampingan mengenai praktek pertanian yang berkelanjutan, misalnya dalam pemetaan kebun sawit maupun cara bertanam sawit yang ramah lingkungan.
"Program ini nantinya akan dibuka dengan pemberdayaan petani dengan membuka sekolah lapangan yang bisa diikuti secara gratis sebanyak 12 kali pertemuan dengan mendatangkan trainer (pelatih) langsung ke petani," kata Kulbir.
Dalam program pendampingan ini pula, para petani akan dibekali dengan pelatihan mulai dari memilih benih yang baik, pemeliharaan tanaman, pemupukan hingga memantau hasil produksi.
"Harapannya kelak para petani maupun koperasi ini bisa lebih mandiri dalam berbagai aspek, termasuk dalam pendanaan," tuturnya.
Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Landak, Alpius berharap dengan adanya program ini para petani bisa menjadi lebih mendiri. Dia juga berharap program ini tidak hanya menyasar para petani sawit, tapi juga bisa bersinergi dengan program pendampingan terhadap petani komoditi lainnya seperti lada, kopi dan cokelat (kakao).
"Perlu adanya pendampingan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia para petani, agar bisa mengembangkan dan berbagi kepada petani lainnya. Kemudian dengan adanya program ini juga diharapkan bisa berperan dalam mensejahterakan para petani, mulai dari proses pembenihan, produksi, hingga pemasaran yang baik tanpa melalui tengkulak yang berdampak pada nilai tambah dari para petani itu sendiri," kata Alpius.
Meski demikian, sambung Alpius, dalam program PSR dari pemerintah pusat yang menggandeng para petani, juga harus memikirkan penghasilan petani selama menunggu hasil dari sawit yang baru diremajakan.
Karena, dalam peremajaan sawit ini diperlukan 2,5 tahun hingga bisa menghasilkan. Dan petani dikhawatirkan tidak dapat penghasilan apa-apa jika hanya bergantung pada sawit, sehingga dalam masa tunggu sawit ini bisa menghasilkan, para petani juga bisa memperoleh penghasilan dari sektor pertanian lainnya dari lahan tersebut.
"Kita berharap program bersama Solidaridad ini bisa meningkatkan sumber daya yang ada dengan potensi lahan yang tersedia, supaya kita bisa meningkatkan pendapatan para petani ini sendiri dengan berbagai jenis komoditi, sehingga dalam masa 2,5 tahun ini bisa punya pendapatan," katanya.
***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019