Pemerintah Provinsi Kalbar terus mendorong perbaikan mutu beras produksi petani di Kalbar dengan mengucurkan bantuan mesin pengering gabah mekanis model vertical dryer.
"Melalui tahun anggaran 2018 lalu ada 16 vertical dryer disalurkan ke Poktan dan Gapoktan yang tersebar di Kalbar terutama di sentra gabah. Dan baru-baru ini kita resmikan vertical dryer di Gapoktan Tunas Baru di Desa Sungai Nyirih, Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas," ujar Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikulura Kalbar, Heronimus Hero di Pontianak, Selasa.
Hero mengatakan bahwa bantuan mesin pengering gabah itu sangat tepat mengingat kondisi iklim di Kalbar yang memiliki curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi.
"Dengan kondisi iklim tersebut sangat mempengaruhi penanganan pascapanen gabah, terutama saat pengeringan," kata dia.
Selama ini masyarakat masih banyak melakukan proses pengeringan gabah melalui penjemuran di bawah sinar matahari.
Dengan proses manual tersebut tentu saja sangat sulit untuk menghasilkan gabah berkualitas karena proses pengeringan berlangsung cukup lama dan sangat tergantung kondisi cuaca.
Dengan manual, jika cuaca cerah proses penjemuran memerlukan waktu beberapa hari. Apalagi jika cuaca musim hujan maka perlu lebih lama untuk mencapai kekeringan gabah yang siap digiling menjadi beras. "Ini lah yang menjadi penyebab kenapa gabah yg dihasilkan kurang berkualitas, dampaknya tentu saja jika digiling akan menghasilkan beras yang juga mutunya rendah," kata dia.
Hero menambahkan dengan pengeringan secara manual, prosesnya memerlukan waktu dan tenaga yang sangat banyak dan juga secara umum kurang efisien.
Hero mengatakan bahwa dengan vertical dyer, proses pengeringan hanya memerlukan waktu hanya 8 jam dengan kapasitas 10 ton.
"Artinya kita dapat melakukan pengeringan 10 ton gabah dalam waktu 8 jam dengan tingkat kekeringan yang tepat dan merata. Dengan demikian jika digiling maka menghasilkan beras yang berkualitas tinggi," papar dia.
Tahun 2018 lalu di Kalbar dialokasikan sebanyak 16 vertikal dryer, yang sebagian besar diprioritaskan penempatannya di kabupaten sentra produksi padi di Kalbar seperti Sambas, Sanggau dan Bengkayang. Di Kabupaten Sambas sendiri dialokasikan sebanyak delapan vertical dryer dengan kapasitas 10 ton.
"Kebutuhan vertical dryer di Kalbar masih jauh dari cukup karena hampir semua kabupaten di Kalbar saat ini memproduksi gabah dengan jumlah yang cukup besar," katanya.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Tunas Baru, Muslimin menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas bantuan mesin pengering gabah itu.
"Vertical dryer memang sangat dibutuhkan oleh petani," kata dia.
Sementara itu juga, Koordinator Penyuluh Kecamatan Selakau, Taisin mengatakan bahwa alat pengering gabah itu diperlukan saat terjadi panen raya.
"Sekarang hampir semua pengusaha tani di wilayah Selakau sudah melakukan tanam serempak dua kali. Sehingga bila panen serempak proses pengeringan gabah dapat dilakukan segera dengan vertical dryer," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Melalui tahun anggaran 2018 lalu ada 16 vertical dryer disalurkan ke Poktan dan Gapoktan yang tersebar di Kalbar terutama di sentra gabah. Dan baru-baru ini kita resmikan vertical dryer di Gapoktan Tunas Baru di Desa Sungai Nyirih, Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas," ujar Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikulura Kalbar, Heronimus Hero di Pontianak, Selasa.
Hero mengatakan bahwa bantuan mesin pengering gabah itu sangat tepat mengingat kondisi iklim di Kalbar yang memiliki curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi.
"Dengan kondisi iklim tersebut sangat mempengaruhi penanganan pascapanen gabah, terutama saat pengeringan," kata dia.
Selama ini masyarakat masih banyak melakukan proses pengeringan gabah melalui penjemuran di bawah sinar matahari.
Dengan proses manual tersebut tentu saja sangat sulit untuk menghasilkan gabah berkualitas karena proses pengeringan berlangsung cukup lama dan sangat tergantung kondisi cuaca.
Dengan manual, jika cuaca cerah proses penjemuran memerlukan waktu beberapa hari. Apalagi jika cuaca musim hujan maka perlu lebih lama untuk mencapai kekeringan gabah yang siap digiling menjadi beras. "Ini lah yang menjadi penyebab kenapa gabah yg dihasilkan kurang berkualitas, dampaknya tentu saja jika digiling akan menghasilkan beras yang juga mutunya rendah," kata dia.
Hero menambahkan dengan pengeringan secara manual, prosesnya memerlukan waktu dan tenaga yang sangat banyak dan juga secara umum kurang efisien.
Hero mengatakan bahwa dengan vertical dyer, proses pengeringan hanya memerlukan waktu hanya 8 jam dengan kapasitas 10 ton.
"Artinya kita dapat melakukan pengeringan 10 ton gabah dalam waktu 8 jam dengan tingkat kekeringan yang tepat dan merata. Dengan demikian jika digiling maka menghasilkan beras yang berkualitas tinggi," papar dia.
Tahun 2018 lalu di Kalbar dialokasikan sebanyak 16 vertikal dryer, yang sebagian besar diprioritaskan penempatannya di kabupaten sentra produksi padi di Kalbar seperti Sambas, Sanggau dan Bengkayang. Di Kabupaten Sambas sendiri dialokasikan sebanyak delapan vertical dryer dengan kapasitas 10 ton.
"Kebutuhan vertical dryer di Kalbar masih jauh dari cukup karena hampir semua kabupaten di Kalbar saat ini memproduksi gabah dengan jumlah yang cukup besar," katanya.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Tunas Baru, Muslimin menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas bantuan mesin pengering gabah itu.
"Vertical dryer memang sangat dibutuhkan oleh petani," kata dia.
Sementara itu juga, Koordinator Penyuluh Kecamatan Selakau, Taisin mengatakan bahwa alat pengering gabah itu diperlukan saat terjadi panen raya.
"Sekarang hampir semua pengusaha tani di wilayah Selakau sudah melakukan tanam serempak dua kali. Sehingga bila panen serempak proses pengeringan gabah dapat dilakukan segera dengan vertical dryer," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019