Kenaikan harga komoditas sayuran jenis kangkung menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kalbar selama Juni 2019 dengan andil sebesar 0,09 persen.
"Dari total inflasi di Kalbar pada Juni 2019 yang sebesar 0,56 persen, komoditas kangkung andilnya paling tinggi," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar, Prijono di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan faktor yang mendorong kangkung penyumbang inflasi karena faktor suplai yang terganggu. Hal itu karena tanaman tersebut sensitif terhadap kondisi cuaca terutama musim panas.
Baca juga: Lebaran picu Inflasi di Kota Pontianak 0,66 persen
“Selain itu, kangkung banyak dikonsumsi masyarakat, akibatnya kenaikan harga kangkung membuat andilnya juga besar,” sebut dia.
Kemudian komoditas lainnya yang masuk lima besar penyumbang inflasi dan kontribusi nya setelah kangkung yakni nasi dengan lauk sebesar 0,07 persen, ikan tongkol besar, ayam goreng dan wortel yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,06 persen.
“Sementara untuk komoditas yang mengalami deflasi dan andil nya yakni daging ayam ras 0,05 persen, angkutan udara dan daging sapi masing-masing 0,03 persen, udang basah dan kacang panjang masing-masing 0,02 persen,” papar dia.
Baca juga: Angkutan udara jadi penyumbangan utama inflasi Kalbar
Ke depan risiko inflasi yang terus dipantau yakni terkait anomali cuaca, kebakaran hutan dan lahan dan bencana alam di sentra produksi bahan makanan.
“Risiko inflasi merupakan faktor-faktor yang berpotensi meningkatkan atau menurunkan inflasi. Kami dari TPID Kalbar yang di dalamnya dari berbagai pihak terus melakukan pemantauan di lapangan agar inflasi di Kalbar tetap terkendali sehingga daya beli masyarakat dan pendapatan petani terus baik,” sebut dia.
Inflasi di Kalbar pada Juni 2019 masih di atas inflasi nasional. Inflasi nasional sendiri sebesar 0,55 persen. Proyeksi inflasi di Kalbar untuk tahun ke tahun sebesar 3,5 kurang dan lebih satu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Dari total inflasi di Kalbar pada Juni 2019 yang sebesar 0,56 persen, komoditas kangkung andilnya paling tinggi," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar, Prijono di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan faktor yang mendorong kangkung penyumbang inflasi karena faktor suplai yang terganggu. Hal itu karena tanaman tersebut sensitif terhadap kondisi cuaca terutama musim panas.
Baca juga: Lebaran picu Inflasi di Kota Pontianak 0,66 persen
“Selain itu, kangkung banyak dikonsumsi masyarakat, akibatnya kenaikan harga kangkung membuat andilnya juga besar,” sebut dia.
Kemudian komoditas lainnya yang masuk lima besar penyumbang inflasi dan kontribusi nya setelah kangkung yakni nasi dengan lauk sebesar 0,07 persen, ikan tongkol besar, ayam goreng dan wortel yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,06 persen.
“Sementara untuk komoditas yang mengalami deflasi dan andil nya yakni daging ayam ras 0,05 persen, angkutan udara dan daging sapi masing-masing 0,03 persen, udang basah dan kacang panjang masing-masing 0,02 persen,” papar dia.
Baca juga: Angkutan udara jadi penyumbangan utama inflasi Kalbar
Ke depan risiko inflasi yang terus dipantau yakni terkait anomali cuaca, kebakaran hutan dan lahan dan bencana alam di sentra produksi bahan makanan.
“Risiko inflasi merupakan faktor-faktor yang berpotensi meningkatkan atau menurunkan inflasi. Kami dari TPID Kalbar yang di dalamnya dari berbagai pihak terus melakukan pemantauan di lapangan agar inflasi di Kalbar tetap terkendali sehingga daya beli masyarakat dan pendapatan petani terus baik,” sebut dia.
Inflasi di Kalbar pada Juni 2019 masih di atas inflasi nasional. Inflasi nasional sendiri sebesar 0,55 persen. Proyeksi inflasi di Kalbar untuk tahun ke tahun sebesar 3,5 kurang dan lebih satu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019