Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan tidak mudah mengelola aset besar seperti tambang emas dan tembaga Grasberg di Mimika, Papua.
Oleh karena itu, Rini meminta BUMN PT Inalum dan pemerintah daerah di Papua selaku pemilik akumulasi saham 51 persen PT Freeport Indonesia (PT FI) benar-benar menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi infrastruktur yang mumpuni agar produksi Grasberg dapat terus berkelanjutan dan menjadi aset kebanggaan Tanah Air.
"Saya tentunya berharap ini betul-betul akan menjadi aset Indonesia yang dapat kita banggakan. Selain itu tentunya menjadi tempat pembelajaran putra putri Indonesia," ujar Rini di tambang bawah tanah Grasberg berkedalaman 1.700 meter di bawah permukaan tanah, di Mimika, Papua, Sabtu.
Rini mengaku kunjungan Sabtu ini adalah kunjungan perdananya ke PT FI di Grasberg, yang pada 2018 memberikan nilai keekonomian hingga 2,2 miliar dolar AS bagi Indonesia dalam bentuk pajak, royalti, dividen dan pembayaran lainnya.
Dia mengaku sengaja baru pertama kali menginjakkan kaki di Grasberg, karena ingin berkunjung ke tambang historis saat mayoritas sahamnya sudah dimiliki Indonesia.
Rini berharap kepemilikan mayoritas ini benar-benar dimanfaatkan, agar kelak perusahaan negara bisa menemukan dan mengelola tambang-tambang lain selain Grasberg.
"Sehingga ke depan kita harapkan kalau nanti kita harus membuka tambang-tambang yang baru, yang punya kesulitan seperti ini, kita sudah dapat melakukannya sendiri," ujarnya.
Rini juga berharap semakin banyak tenaga kerja asli Indonesia yang bekerja mengelola tambang Grasberg di Papua. Saat ini sudah cukup banyak SDM Indonesia yang terlibat.
Saat ini, Rini menyebutkan, salah satu tantangan terbesar PT FI adalah menerapkan masa transisi yang mulus dari produksi tambang terbuka (open pit), yang bakal habis akhir tahun ini, ke aktivitas pengerukan emas tambang bawah tanah (underground), yang lebih kompleks.
"Harus hati-hati, kami melihat ini sudah ada underground mining, tapi beberapa titik yang lebih kecil, ternyata kalau tidak dijaga dengan hati-hati, air juga mulai masuk. Itu bisa membuat sulit pengambilan dari mineralnya sehingga harus dijaga," ujarnya.
Indonesia secara sah memiliki 51 persen saham Freeport setelah BUMN PT Indonesia Asahan Analum (Inalum) menyepakati persetujuan penjualan dan pembelian (Sales Purchase Agreement/SPA) dengan Freeport Mcmoran Inc dan Rio Tinto pada akhir 2018.
Saat ini kepemilikan PT FI adalah 26,24 persen milik PT Inalum, 25 persen PT Indonesia Papua Metal dan Mineral (IPMM) dan 48,76 persen Freeport McMoran Inc.
Baca juga: Freeport: Perusahaan Segera Operasi Normal
Baca juga: 23 Pekerja Freeport Masih Terperangkap Longsor
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019