PT Pertamina (Persero) Wilayah Kalbar akan menerapkan program digitalisasi nozzle di stasiun pengisian bahan bakar minyak umum (SPBU) untuk memperketat pengawasan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) pada akhir Desember 2019.

Sales Eksekutif Pertamina Retail IV Kalimantan Barat, Benny Hutagaol di Pontianak, Senin, mengatakan penerapan digitalisasi tersebut dilakukan bekerja sama BPH Migas, dan Telkom.

"Saat ini tahapan atau program tersebut sedang dikerjakan, dan ditargetkan akhir Desember 2019 secara nasional sudah selesai," ungkapnya.

Benny menambahkan, program tersebut intinya memang pada pengawasan penyaluran BBM bersubsidi agar lebih tepat sasaran.

Data Pertamina mencatat ada sekitar 5.817 SPBU yang akan menerapkan digitalisasi di akhir tahun ini, dan sebanyak 770 SPBU di wilayah Jabodetabek yang akan menerapkan digitalisasi pada akhir Agustus 2019.

Selain itu, menurut dia, pemantauan juga dilakukan menggunakan CCTV yang dipasang di setiap SPBU untuk meminimalisir penyalahgunaan BBM bersubsidi dan lainnya oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Ia menambahkan, pada prinsipnya pihaknya siap melaksanakan program digitalisasi nozzle di SPBU di Kalbar.

Digitalisasi nozzel atau selang yang berfungsi merekam data deteksi secara digital, merupakan program dari Kementerian ESDM melalui Badan Pengatur Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bersama PT Pertamina (Persero) yang menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

Pemasangan itu dilakukan demi mendata BBM tertentu (solar) dan BBM Khusus penugasan (premium) supaya lebih tepat sekaligus mencegah kecurangan yang dilakukan oleh lembaga penyalur.

Sistem kerja digitalisasi, pada prinsipnya akan dilakukan konversi dari jumlah liter yang disalurkan menjadi format elektronik. Format ini dikirim ke satu pusat data, setelah itu, data akan dibuat laporan dan analisis yang membantu BPH Migas untuk melakukan pengawasan dan pengendalian.
 

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019