Untuk mengurangi volume limbah plastik, sekelompok masyarakat Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat sudah mampu mengolah sampah tersebut menjadi nilai ekonomis.
Salah satunya Bank Sampah Borneo, Kelurahan Banjar Serasan, RW VIII, Jalan Tanjung Harapan, Kecamatan Pontianak Timur yang digunakan sebagai tempat mengelola limbah plastik dari masyarakat setempat sejak lima tahun lalu, hingga kini bernilai ekonomis.
"Inisiatif dibentuknya Bank Sampah Borneo karena sering melihat limbah khususnya plastik yang berserakan kemudian timbul ide untuk mengumpulkannya," kata Kader Bank Sampah Borneo, Ema, saat ditemui di Pontianak, Minggu.
Ema menjelaskan dengan adanya wadah seperti ini, supaya sampah khususnya plastik dapat berkurang, tidak berserakan, yang kemudian pihaknya pilah, jika sudah terkumpul banyak maka akan dijual ke pengepul.
"Alhamdulillah berkat ketekunan dari ibu-ibu kader, hasil menjual sampah tersebut sudah mendapatkan empat gawang tenda dan 40 buah kursi yang kemudian bisa disewakan pada warga," katanya.
Kegiatan tersebut mendapat respon yang sangat baik sehingga limbah yang pihaknya terima berasal dari warga sekitar seperti sampah rumahan dan bekas botol plastik dengan sistem sukarela lalu hasilnya disimpan untuk membeli sarana dan prasarana Posyandu Borneo, katanya.
"Untuk dijadikan kerajinan masih kurang maksimal, kendalanya masyarakat lebih suka memilah dan langsung dijual daripada dijadikan sesuatu yang bernilai lebih ekonomis," ungkapnya.
Bank Sampah Borneo berkolaborasi dengan rumah zakat. Tidak hanya itu posyandu lansia dan balita, serta TPA bernaung disana. Dengan hadirnya wadah seperti ini bisa menjadi contoh kedepannya untuk generasi muda dalam mengatasi limbah sampah plastik di daerah masing-masing, katanya.
"Kami berharap apa yang dilakukan ini bisa menjadi contoh untuk generasi muda dalam mengatasi sampah serta tetap menjaga lingkungan," kata Ema.
Ia berharap pula agar Bank Sampah Borneo diakui dan dikenal masyarakat luar dengan anggotanya adalah para ibu-ibu, semoga tidak hanya disini tapi di tempat lain juga bisa membangun Bank Sampah.
Apresiasi Pemkot
Mengenai hal ini, Kasi Penanganan Sampah Dan Penyapuan Kebersihan Jalan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, Iskandar mengapresiasi atas kehadiran Bank Sampah Borneo dan perajin limbah guna membantu mengurangi kapasitas sampah di Kota Pontianak.
"Kami sangat mengapresiasi yang setinggi tingginya pada masyarakat yang ikut serta membantu mengurangi sampah di Kota Pontianak melalui bank sampah serta kerajinan yang bernilai ekonomis itu," katanya.
Sampai saat ini, tingkat kesadaran masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah pada tempatnya sudah lumayan baik, meskipun belum semuanya mampu untuk menerapkan di kehidupan.
"Kendala dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sampah ialah tidak adanya tindakan langsung ke lapangan atau terpadu untuk penanganan kebersihan jalan dengan melibatkan pihak instansi terkait," ujarnya.
Dari data, volume sampah di Kota Pontianak sudah mencapai 350 sampai 400 ton per hari. Khususnya di Pasar Flamboyan, kapasitas sampah yang diangkut sekitar lima hingga enam kubik per hari dan akan meningkat pada hari raya dan musim buah.
Iskandar menuturkan ada sekitar 400 ruas jalan di Kota Pontianak dan untuk saat ini baru 102 yang sudah ditangani dengan mengerahkan sebanyak 335 pekerja penyapu jalan.
"Dalam hal ini, kami sudah melakukan dua program operasional yaitu penangan sampah di hari besar seperti Idul Fitri dan Adha, serta penyapuan jalan keliling yang sudah terealisasikan sejak Januari lalu," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya telah menyediakan tiga jenis tempat sampah pinggiran yang diletakkan pada titik tertentu di Kota Pontianak ini.
"Meski begitu, masih ada masyarakat yang membuang sampah rumahan bahkan sampah usaha di tempat sampah tersebut, padahal dikhususkan untuk pejalan kaki," katanya.
Untuk kedepannya, dia berharap pada masyarakat Kota Pontianak untuk ikut serta membantu mengelola limbah dan mau mematuhi aturan yang telah disesuaikan serta membuang sampah pada tempatnya.
Tas dari Limbah
Ernawati, salah satu ibu rumah tangga di Kota Pontianak telah mendaur ulang sampah plastik menjadi suatu barang yang memiliki harga ekonomis tinggi berupa tas tersebut.
"Suka berkreasi dengan bahan apapun kemudian timbul lah ide untuk menggunakan sampah plastik untuk dijadikan atau membuatnya menjadi tas mau pun dompet," kata Ernawati.
Ernawati mengulas alasannya menggunakan barang bekas bungkusan itu, karena dia ingin mengurangi populasi sampah plastik yang dipandang masyarakat sebelah mata tersebut, padahal kalau dikelola, maka bisa bernilai ekonomis.
Usaha rumahan ini sudah berjalan satu tahun yang lalu dan sekitar 30 buah telah dibuatnya. Dengan omzet sebulan tergantung dari barang yang dihasilkan.
"Untuk omzet sebulan tidak pasti karena tergantung barang yang dibuat, dalam sebulan saya mampu mengerjakan satu tas atau pun dua dompet," katanya.
Untuk model serta inovasi sangat sederhana namun elegan tanpa menghilangkan nilai limbah dari kerajinan tersebut. Bahannya pun didapat dari pengumpulan anak serta suami yang bekerja di kantin sekolah.
"Harga dari dompet sekitar Rp35 ribu dan tas berkisar Rp90 ribu. Dari kalangan ibu-ibu hingga remaja membelinya serta tas itu sudah dijual ke Singkawang, Ketapang, bahkan Malaysia," ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Erna berharap dengan adanya perajin sepertinya dapat mengurangi volume sampah plastik. "Untuk kedepannya sampah plastik bisa lebih berkurang, tidak berserakan di jalanan, sehingga Kota Pontianak lebih indah, dan parit bersih dari limbah," katanya.
"Mengimbau kepada perangkat desa, RT, RW agar lebih memperhatikan kondisi parit di sekitar yang digunakan hingga kini masih digunakan masyarakat untuk mandi, cuci dan lainnya dalam sehari-hari, sehingga jangan cemari parit dengan membuang sampah sembarang," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Salah satunya Bank Sampah Borneo, Kelurahan Banjar Serasan, RW VIII, Jalan Tanjung Harapan, Kecamatan Pontianak Timur yang digunakan sebagai tempat mengelola limbah plastik dari masyarakat setempat sejak lima tahun lalu, hingga kini bernilai ekonomis.
"Inisiatif dibentuknya Bank Sampah Borneo karena sering melihat limbah khususnya plastik yang berserakan kemudian timbul ide untuk mengumpulkannya," kata Kader Bank Sampah Borneo, Ema, saat ditemui di Pontianak, Minggu.
Ema menjelaskan dengan adanya wadah seperti ini, supaya sampah khususnya plastik dapat berkurang, tidak berserakan, yang kemudian pihaknya pilah, jika sudah terkumpul banyak maka akan dijual ke pengepul.
"Alhamdulillah berkat ketekunan dari ibu-ibu kader, hasil menjual sampah tersebut sudah mendapatkan empat gawang tenda dan 40 buah kursi yang kemudian bisa disewakan pada warga," katanya.
Kegiatan tersebut mendapat respon yang sangat baik sehingga limbah yang pihaknya terima berasal dari warga sekitar seperti sampah rumahan dan bekas botol plastik dengan sistem sukarela lalu hasilnya disimpan untuk membeli sarana dan prasarana Posyandu Borneo, katanya.
"Untuk dijadikan kerajinan masih kurang maksimal, kendalanya masyarakat lebih suka memilah dan langsung dijual daripada dijadikan sesuatu yang bernilai lebih ekonomis," ungkapnya.
Bank Sampah Borneo berkolaborasi dengan rumah zakat. Tidak hanya itu posyandu lansia dan balita, serta TPA bernaung disana. Dengan hadirnya wadah seperti ini bisa menjadi contoh kedepannya untuk generasi muda dalam mengatasi limbah sampah plastik di daerah masing-masing, katanya.
"Kami berharap apa yang dilakukan ini bisa menjadi contoh untuk generasi muda dalam mengatasi sampah serta tetap menjaga lingkungan," kata Ema.
Ia berharap pula agar Bank Sampah Borneo diakui dan dikenal masyarakat luar dengan anggotanya adalah para ibu-ibu, semoga tidak hanya disini tapi di tempat lain juga bisa membangun Bank Sampah.
Apresiasi Pemkot
Mengenai hal ini, Kasi Penanganan Sampah Dan Penyapuan Kebersihan Jalan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, Iskandar mengapresiasi atas kehadiran Bank Sampah Borneo dan perajin limbah guna membantu mengurangi kapasitas sampah di Kota Pontianak.
"Kami sangat mengapresiasi yang setinggi tingginya pada masyarakat yang ikut serta membantu mengurangi sampah di Kota Pontianak melalui bank sampah serta kerajinan yang bernilai ekonomis itu," katanya.
Sampai saat ini, tingkat kesadaran masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah pada tempatnya sudah lumayan baik, meskipun belum semuanya mampu untuk menerapkan di kehidupan.
"Kendala dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sampah ialah tidak adanya tindakan langsung ke lapangan atau terpadu untuk penanganan kebersihan jalan dengan melibatkan pihak instansi terkait," ujarnya.
Dari data, volume sampah di Kota Pontianak sudah mencapai 350 sampai 400 ton per hari. Khususnya di Pasar Flamboyan, kapasitas sampah yang diangkut sekitar lima hingga enam kubik per hari dan akan meningkat pada hari raya dan musim buah.
Iskandar menuturkan ada sekitar 400 ruas jalan di Kota Pontianak dan untuk saat ini baru 102 yang sudah ditangani dengan mengerahkan sebanyak 335 pekerja penyapu jalan.
"Dalam hal ini, kami sudah melakukan dua program operasional yaitu penangan sampah di hari besar seperti Idul Fitri dan Adha, serta penyapuan jalan keliling yang sudah terealisasikan sejak Januari lalu," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya telah menyediakan tiga jenis tempat sampah pinggiran yang diletakkan pada titik tertentu di Kota Pontianak ini.
"Meski begitu, masih ada masyarakat yang membuang sampah rumahan bahkan sampah usaha di tempat sampah tersebut, padahal dikhususkan untuk pejalan kaki," katanya.
Untuk kedepannya, dia berharap pada masyarakat Kota Pontianak untuk ikut serta membantu mengelola limbah dan mau mematuhi aturan yang telah disesuaikan serta membuang sampah pada tempatnya.
Tas dari Limbah
Ernawati, salah satu ibu rumah tangga di Kota Pontianak telah mendaur ulang sampah plastik menjadi suatu barang yang memiliki harga ekonomis tinggi berupa tas tersebut.
"Suka berkreasi dengan bahan apapun kemudian timbul lah ide untuk menggunakan sampah plastik untuk dijadikan atau membuatnya menjadi tas mau pun dompet," kata Ernawati.
Ernawati mengulas alasannya menggunakan barang bekas bungkusan itu, karena dia ingin mengurangi populasi sampah plastik yang dipandang masyarakat sebelah mata tersebut, padahal kalau dikelola, maka bisa bernilai ekonomis.
Usaha rumahan ini sudah berjalan satu tahun yang lalu dan sekitar 30 buah telah dibuatnya. Dengan omzet sebulan tergantung dari barang yang dihasilkan.
"Untuk omzet sebulan tidak pasti karena tergantung barang yang dibuat, dalam sebulan saya mampu mengerjakan satu tas atau pun dua dompet," katanya.
Untuk model serta inovasi sangat sederhana namun elegan tanpa menghilangkan nilai limbah dari kerajinan tersebut. Bahannya pun didapat dari pengumpulan anak serta suami yang bekerja di kantin sekolah.
"Harga dari dompet sekitar Rp35 ribu dan tas berkisar Rp90 ribu. Dari kalangan ibu-ibu hingga remaja membelinya serta tas itu sudah dijual ke Singkawang, Ketapang, bahkan Malaysia," ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Erna berharap dengan adanya perajin sepertinya dapat mengurangi volume sampah plastik. "Untuk kedepannya sampah plastik bisa lebih berkurang, tidak berserakan di jalanan, sehingga Kota Pontianak lebih indah, dan parit bersih dari limbah," katanya.
"Mengimbau kepada perangkat desa, RT, RW agar lebih memperhatikan kondisi parit di sekitar yang digunakan hingga kini masih digunakan masyarakat untuk mandi, cuci dan lainnya dalam sehari-hari, sehingga jangan cemari parit dengan membuang sampah sembarang," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019