Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Barat menargetkan pada 2020 sebanyak 42 desa di provinsi itu akan teraliri listrik, sehingga berkurang jumlah desa yang belum menikmati tenaga listrik.
"Tahun depan akan bertambah lagi 42 desa ditargetkan akan teraliri listrik," kata Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidjisaat berkunjung ke Kantor Berita Antara di Jakarta, Senin.
Saat ini, berdasarkan data yang ia paparkan, sebanyak 320 desa belum teraliri listrik, karena kondisi geografis yang sukar untuk ditembus oleh PLN.
"Sebanyak 120 desa tidak mungkin dilayani PLN karena kondisi geografis, tapi bisa pakai solar sel," kata Sutarmidji.
Baca juga: Ibu kota baru butuh tambahan 1.555 MW suplai listrik
Baca juga: Sebanyak 777 warga Teluk Bakung ajukan pemasangan listrik pada PLN
Selain itu, menurut dia, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dinilai menjadi salah satu solusi terbaik untuk memberikan elektrifikasi secara menyeluruh di daerah.
"Nuklir itu bagus, selain itu biayanya juga terjangkau sehingga industri juga bisa mencapai keekonomian," kata Sutarmidji.
Saat melakukan kunjungan ke Kantor Berita Antara ia menjelaskan bahwa elektrifikasi di Kalimantan Barat saat ini masih di kisaran 86 persen. Dengan adanya pengembangan PLTN, menurut dia, potensi elektrifikasi 100 persen bisa tercapai.
"Kalau Kalimantan Barat beli listrik dari Malaysia, itu sebesar 220 MW. Nah Malaysia pembangkit listrik dengan hidro, jadi murah 3 sen dolar/kwh, kemudian dijual ke kita 7 sen/kwh, sampai ke masyarakat 11 sen/kwh, sehingga industri kita kurang kompetitif," kata Sutarmidji.
Ia mencontohkan untuk industri bauksit, harga keekonomian harusnya 6 sen dolar/kwh, namun yang terjadi sekarang adalah harganya 12 sen dolar/kwh. Oleh karena itu, menurut dia, PLTN menjadi harapan energi murah di Kalimantan Barat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Tahun depan akan bertambah lagi 42 desa ditargetkan akan teraliri listrik," kata Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidjisaat berkunjung ke Kantor Berita Antara di Jakarta, Senin.
Saat ini, berdasarkan data yang ia paparkan, sebanyak 320 desa belum teraliri listrik, karena kondisi geografis yang sukar untuk ditembus oleh PLN.
"Sebanyak 120 desa tidak mungkin dilayani PLN karena kondisi geografis, tapi bisa pakai solar sel," kata Sutarmidji.
Baca juga: Ibu kota baru butuh tambahan 1.555 MW suplai listrik
Baca juga: Sebanyak 777 warga Teluk Bakung ajukan pemasangan listrik pada PLN
Selain itu, menurut dia, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dinilai menjadi salah satu solusi terbaik untuk memberikan elektrifikasi secara menyeluruh di daerah.
"Nuklir itu bagus, selain itu biayanya juga terjangkau sehingga industri juga bisa mencapai keekonomian," kata Sutarmidji.
Saat melakukan kunjungan ke Kantor Berita Antara ia menjelaskan bahwa elektrifikasi di Kalimantan Barat saat ini masih di kisaran 86 persen. Dengan adanya pengembangan PLTN, menurut dia, potensi elektrifikasi 100 persen bisa tercapai.
"Kalau Kalimantan Barat beli listrik dari Malaysia, itu sebesar 220 MW. Nah Malaysia pembangkit listrik dengan hidro, jadi murah 3 sen dolar/kwh, kemudian dijual ke kita 7 sen/kwh, sampai ke masyarakat 11 sen/kwh, sehingga industri kita kurang kompetitif," kata Sutarmidji.
Ia mencontohkan untuk industri bauksit, harga keekonomian harusnya 6 sen dolar/kwh, namun yang terjadi sekarang adalah harganya 12 sen dolar/kwh. Oleh karena itu, menurut dia, PLTN menjadi harapan energi murah di Kalimantan Barat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019