Belakangan ini, nama sepeda dengan merk Brompton menjadi cukup terkenal di Tanah Air setelah ditemukan tim Bea Cukai dalam bagasi pesawat Garuda Indonesia.
Produk sepeda tersebut menjadi semakin dikenal kalangan umum karena dikaitkan dengan dugaan penyelundupan yang diduga melibatkan pimpinan dan jajaran Garuda Indonesia.
Namun, sebelum ditemukan dalam bagasi pesawat Garuda Indonesia dan menjadi bahan pemberitaan di sejumlah media massa, nama Brompton sudah sangat dikenal di kalangan "goweser" atau peminat olahraga bersepeda.
"Brompton merupakan salah satu 'kasta' tertinggi dalam sepeda lipat dan sangat digemari," kata Ketua Komunitas "Sepeda-sepedaan Community" (S2C) Pangkalpinang Sopian Oktanamal.
Sepeda "bangsawan"
Menurut Sopian, dari obrolan dengan penggila sepeda lipat selama ini, diketahui sepeda dengan merk Brompton itu dikategorikan sebagai "sepeda bangsawan" karena sengaja dirakit dan digunakan di kalangan keluarga bangsawan di Inggris.
Disebabkan produknya ditujukan bagi keluarga kerajaan tersebut, sepeda dengan merk Brompton disiapkan sebagus dan senyaman mungkin untuk dikendarai.
Dengan kualitas yang sangat bagus tersebut, tidak mengherankan jika harga dengan merk Brompton cukup mahal ketika akhirnya diperkenalkan dan diperjualbelikan untuk masyarakat umum.
"Karena kualitasnya sangat bagus, makanya sangat wajar harganya juga mahal," ujar Sopian yang juga Kepala Kantor Penjualan Jasindo Pangkalpinang itu.
Belakangan, muncul berbagai jenis sepeda lipat yang jenis dan spesifikasinya menyerupai seperti merk Brompton, namun dijual di pasaran dengan harga lebih murah.
Meski bekerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), namun Sopian Oktanamal mengaku enggan untuk membeli dan menggunakan sepeda lipat dengan merk Brompton tersebut.
"Terlalu mahal. Kalau saya pakai pun, mungkin orang lain tak akan percaya itu asli, harganya minta ampun," katanya sambil tersenyum.
Sepeda "mahal"
Meski jumlah peminat olahraga bersepeda di Tanah Air semakin banyak, termasuk sepeda lipat, namun jumlah goweser yang menggunakan sepeda dengan merk Brompton masih sangat sedikit.
Menurut Ketua Komunitas "Element Pikes Community' (Epic) Bangka Ade Sutisna, masih sedikitnya pengguna sepeda lipat merk Brompton itu disebabkan harganya yang cukup menguras dompet.
Untuk Brompton kelas Explore saja, peminat sepeda perlu mengeluarkan uang hingga Rp53 juta. Sedangkan Brompton kategori biasa yakni kelas Chapter 3 dijual dengan harga paling rendah Rp27 juta.
Karena itu, sering muncul anekdot bagi peminat sepeda lipat bahwa sepeda merk Brompton biasanya hanya digunakan oleh "kalangan atas" seperti pejabat dan kalangan pengusaha.
Untuk wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, jumlah pengguna sepeda lipat merk Brompton juga masih sedikit sehingga belum diketahui atau belum terbentuk komunitasnya.
"Di Bangka Belitung, penggunanya mungkin baru belasan orang karena harganya mahal," katanya.
Selain harga beli yang cukup mahal tersebut, peminat sepeda lipat juga sering berpikir dua kali untuk membeli merk Brompton karena besarnya biaya perawatan (maintenance) dan pergantian ornderdilnya.
Bagi peminat gowes yang senang "mengupgrade" (merubah onderdil) sepeda lipat, tentu akan berpikir panjang untuk memiliki sepeda merk Brompton.
Hal itu disebabkan harga onderdil atau bagian-bagian dari Brompton bisa menyamai dengan harga sepeda lipat biasa.
"Pedalnya saja sekitar Rp1,7 juta. Juga 'fender-nya' sekitar 2-3 juta," ujar Ade Sutisna.
Bagi peminat sepeda lipat yang kreatif, namun ingin tetap eksis di lapangan, mahalnya harga sepeda merk Brompton tersebut sering "diakali" dengan membuat sticker bertuliskan "BROMPNOT".
Bagi yang kurang jeli dalam melihat tulisan, tidak jarang tulisan "Brompnot" terbaca "Brompton" ketika stckernya dipasang di batang sepeda lipat.
Pemasangan sticker Brompnot di batang sepeda lipat tersebut juga sering menjadi ajang lucu-lucuan bagi peminat gowes.
Utamakan kenyamanan
Salah seorang pengguna sepeda lipat merk Brompton di Bangka Belitung, Antoni Prawira Akbar menyatakan tidak terlalu sepakat jika merk itu disebut mahal.
Namun pria yang bekerja di Bank Sumsel Babel itu mengakui jika sepeda lipat merk Brompton memang sangat nyaman ketika digunakan dalam berolahraga.
Pria yang sering dipanggil Tonton itu mengaku telah mencoba dan menggunakan berbagai jenis dan merk sepeda lipat selama ini. Namun peminat olahraga bersepeda itu baru merasakan kenyamanan maksimal ketika mengendarai Brompton.
"Prinsip utamanya kenyamanan saja. Naik Brompton tidak goyang sedikit pun," katanya.
Ketika disinggung mengenai harga, Tonton menyebutkan tingkat kemahalan sepeda lipat merk Brompton sangat relatif dan tergantung pribadi masing-masing.
Jika dilihat selama ini, tidak jarang sepeda lipat merk lain bisa lebih mahal ketika sudah diupgrade atau dimodifikasi sesuai selera pemiliknya.
Pemilik sepeda lipat tidak sedikit yang mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk mengupgrade sepednya agar lebih cantik, lebih kencang, atau lebih nyaman digunakan.
Namun peminat sepeda lipat merk Brompton tidak perlu diupgrade lagi karena sudah sesuai untuk semua lapangan, baik untuk rute tanjakan, turunan, atau jalanan datar.
"Semua sepeda dasarnya sama, tergantung kekuatan jantung dan ketahanan dengkul saja," katanya sambil tertawa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Produk sepeda tersebut menjadi semakin dikenal kalangan umum karena dikaitkan dengan dugaan penyelundupan yang diduga melibatkan pimpinan dan jajaran Garuda Indonesia.
Namun, sebelum ditemukan dalam bagasi pesawat Garuda Indonesia dan menjadi bahan pemberitaan di sejumlah media massa, nama Brompton sudah sangat dikenal di kalangan "goweser" atau peminat olahraga bersepeda.
"Brompton merupakan salah satu 'kasta' tertinggi dalam sepeda lipat dan sangat digemari," kata Ketua Komunitas "Sepeda-sepedaan Community" (S2C) Pangkalpinang Sopian Oktanamal.
Sepeda "bangsawan"
Menurut Sopian, dari obrolan dengan penggila sepeda lipat selama ini, diketahui sepeda dengan merk Brompton itu dikategorikan sebagai "sepeda bangsawan" karena sengaja dirakit dan digunakan di kalangan keluarga bangsawan di Inggris.
Disebabkan produknya ditujukan bagi keluarga kerajaan tersebut, sepeda dengan merk Brompton disiapkan sebagus dan senyaman mungkin untuk dikendarai.
Dengan kualitas yang sangat bagus tersebut, tidak mengherankan jika harga dengan merk Brompton cukup mahal ketika akhirnya diperkenalkan dan diperjualbelikan untuk masyarakat umum.
"Karena kualitasnya sangat bagus, makanya sangat wajar harganya juga mahal," ujar Sopian yang juga Kepala Kantor Penjualan Jasindo Pangkalpinang itu.
Belakangan, muncul berbagai jenis sepeda lipat yang jenis dan spesifikasinya menyerupai seperti merk Brompton, namun dijual di pasaran dengan harga lebih murah.
Meski bekerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), namun Sopian Oktanamal mengaku enggan untuk membeli dan menggunakan sepeda lipat dengan merk Brompton tersebut.
"Terlalu mahal. Kalau saya pakai pun, mungkin orang lain tak akan percaya itu asli, harganya minta ampun," katanya sambil tersenyum.
Sepeda "mahal"
Meski jumlah peminat olahraga bersepeda di Tanah Air semakin banyak, termasuk sepeda lipat, namun jumlah goweser yang menggunakan sepeda dengan merk Brompton masih sangat sedikit.
Menurut Ketua Komunitas "Element Pikes Community' (Epic) Bangka Ade Sutisna, masih sedikitnya pengguna sepeda lipat merk Brompton itu disebabkan harganya yang cukup menguras dompet.
Untuk Brompton kelas Explore saja, peminat sepeda perlu mengeluarkan uang hingga Rp53 juta. Sedangkan Brompton kategori biasa yakni kelas Chapter 3 dijual dengan harga paling rendah Rp27 juta.
Karena itu, sering muncul anekdot bagi peminat sepeda lipat bahwa sepeda merk Brompton biasanya hanya digunakan oleh "kalangan atas" seperti pejabat dan kalangan pengusaha.
Untuk wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, jumlah pengguna sepeda lipat merk Brompton juga masih sedikit sehingga belum diketahui atau belum terbentuk komunitasnya.
"Di Bangka Belitung, penggunanya mungkin baru belasan orang karena harganya mahal," katanya.
Selain harga beli yang cukup mahal tersebut, peminat sepeda lipat juga sering berpikir dua kali untuk membeli merk Brompton karena besarnya biaya perawatan (maintenance) dan pergantian ornderdilnya.
Bagi peminat gowes yang senang "mengupgrade" (merubah onderdil) sepeda lipat, tentu akan berpikir panjang untuk memiliki sepeda merk Brompton.
Hal itu disebabkan harga onderdil atau bagian-bagian dari Brompton bisa menyamai dengan harga sepeda lipat biasa.
"Pedalnya saja sekitar Rp1,7 juta. Juga 'fender-nya' sekitar 2-3 juta," ujar Ade Sutisna.
Bagi peminat sepeda lipat yang kreatif, namun ingin tetap eksis di lapangan, mahalnya harga sepeda merk Brompton tersebut sering "diakali" dengan membuat sticker bertuliskan "BROMPNOT".
Bagi yang kurang jeli dalam melihat tulisan, tidak jarang tulisan "Brompnot" terbaca "Brompton" ketika stckernya dipasang di batang sepeda lipat.
Pemasangan sticker Brompnot di batang sepeda lipat tersebut juga sering menjadi ajang lucu-lucuan bagi peminat gowes.
Utamakan kenyamanan
Salah seorang pengguna sepeda lipat merk Brompton di Bangka Belitung, Antoni Prawira Akbar menyatakan tidak terlalu sepakat jika merk itu disebut mahal.
Namun pria yang bekerja di Bank Sumsel Babel itu mengakui jika sepeda lipat merk Brompton memang sangat nyaman ketika digunakan dalam berolahraga.
Pria yang sering dipanggil Tonton itu mengaku telah mencoba dan menggunakan berbagai jenis dan merk sepeda lipat selama ini. Namun peminat olahraga bersepeda itu baru merasakan kenyamanan maksimal ketika mengendarai Brompton.
"Prinsip utamanya kenyamanan saja. Naik Brompton tidak goyang sedikit pun," katanya.
Ketika disinggung mengenai harga, Tonton menyebutkan tingkat kemahalan sepeda lipat merk Brompton sangat relatif dan tergantung pribadi masing-masing.
Jika dilihat selama ini, tidak jarang sepeda lipat merk lain bisa lebih mahal ketika sudah diupgrade atau dimodifikasi sesuai selera pemiliknya.
Pemilik sepeda lipat tidak sedikit yang mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk mengupgrade sepednya agar lebih cantik, lebih kencang, atau lebih nyaman digunakan.
Namun peminat sepeda lipat merk Brompton tidak perlu diupgrade lagi karena sudah sesuai untuk semua lapangan, baik untuk rute tanjakan, turunan, atau jalanan datar.
"Semua sepeda dasarnya sama, tergantung kekuatan jantung dan ketahanan dengkul saja," katanya sambil tertawa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019