Gubernur Kalbar, Sutarmidji minta masyarakat yang berada di kawasan hutan untuk bersama-sama menjaga habitat dan jenis tanaman yang ada di hutan adat.
"Dengan adanya keputusan pemerintah untuk memberikan hak pengolahan hutan adat kepada masyarakat adat, khususnya di Kalbar, diharapkan ini bisa menjadi penyemangat agar masyarakat bisa bersama-sama menjaga kelestarian hutan yang ada," kata Sutarmidji, saat membuka peluncuran program Green Climate Fund (GCF) di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar di Pontianak, Senin.
Menurutnya, hal yang paling utama dilakukan masyarakat di sekitar kawasan hutan adat adalah dengan menjaga tanaman yang menjadi penyerap gas karbon yang bagus seperti tengkawang dan durian.
Sutarmidji menambahkan, pada tataran pengambil kebijakan misalnya Kementerian harus berani memberi sanksi kepada perusahaan yang mendapat konsensi lahan tapi tidak melaksanakan sesuai dengan aturan misalnya mendapat lahan untuk HTI pohonnya di tebang semua dan tidak melakukan penanaman kembali.
"Harusnya tanam dulu baru tebang. Ini harus tegas dan jangan sampai kita mengajak masyarakat untuk menebang lahan dan hutan mereka," tuturnya.
Dikatakannya, ke depan pihaknya akan mendukung pelestarian hutan adat dengan memberikan bibit pohon agar masyarakat tidak hanya menebang, tetapi ikut meremajakan hutan dengan pohon baru.
"Jenis-jenis HTI investasi di bidang apa misalnya tanaman sengon untuk bubuk kertas itu kan bagus," katanya.
Mantan Wali Kota Pontianak itu menambahkan, ke depan harus ada perhitungan bagi hasil yang jelas untuk daerah yang menjaga kelestarian hutannya, daerah itu harus mendapatkan intensif tambahan.
"Namun, kesulitan daerah ketika wilayahnya menjadi paru-paru dunia, mereka malah tidak mendapatkan insentif, misalnya Kapuas Hulu perhitungan APBD nya DAW nya sama juga, insentif lain untuk menjaga lingkungan tidak ada," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Dengan adanya keputusan pemerintah untuk memberikan hak pengolahan hutan adat kepada masyarakat adat, khususnya di Kalbar, diharapkan ini bisa menjadi penyemangat agar masyarakat bisa bersama-sama menjaga kelestarian hutan yang ada," kata Sutarmidji, saat membuka peluncuran program Green Climate Fund (GCF) di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar di Pontianak, Senin.
Menurutnya, hal yang paling utama dilakukan masyarakat di sekitar kawasan hutan adat adalah dengan menjaga tanaman yang menjadi penyerap gas karbon yang bagus seperti tengkawang dan durian.
Sutarmidji menambahkan, pada tataran pengambil kebijakan misalnya Kementerian harus berani memberi sanksi kepada perusahaan yang mendapat konsensi lahan tapi tidak melaksanakan sesuai dengan aturan misalnya mendapat lahan untuk HTI pohonnya di tebang semua dan tidak melakukan penanaman kembali.
"Harusnya tanam dulu baru tebang. Ini harus tegas dan jangan sampai kita mengajak masyarakat untuk menebang lahan dan hutan mereka," tuturnya.
Dikatakannya, ke depan pihaknya akan mendukung pelestarian hutan adat dengan memberikan bibit pohon agar masyarakat tidak hanya menebang, tetapi ikut meremajakan hutan dengan pohon baru.
"Jenis-jenis HTI investasi di bidang apa misalnya tanaman sengon untuk bubuk kertas itu kan bagus," katanya.
Mantan Wali Kota Pontianak itu menambahkan, ke depan harus ada perhitungan bagi hasil yang jelas untuk daerah yang menjaga kelestarian hutannya, daerah itu harus mendapatkan intensif tambahan.
"Namun, kesulitan daerah ketika wilayahnya menjadi paru-paru dunia, mereka malah tidak mendapatkan insentif, misalnya Kapuas Hulu perhitungan APBD nya DAW nya sama juga, insentif lain untuk menjaga lingkungan tidak ada," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019