Sejumlah mal di Jakarta rencananya akan kembali beroperasi secara bertahap mulai Jumat, 5 Juni 2020, di tengah masih tingginya angka penularan kasus COVID-19.
Meski akan dibuka kembali, sejumlah masyarakat mengaku belum tertarik untuk menjejakkan kaki ke pusat perbelanjaan karena mengkhawatirkan tingginya risiko penularan Virus Corona jenis baru atau COVID-19 itu.
Ayu (27), misalnya, mengaku tak tertarik dengan rencana pembukaan mal meski diakuinya berbelanja kebutuhan sehari-hari secara daring cukup menguras kantong.
"Enggak begitu tertarik (ke mal), kecuali ke supermarketnya, karena memang kalau belanja kebutuhan sehari-hari online terhitung agak mahal," kata pekerja kantoran itu.
Sementara Arief (33), karyawan perusahaan IT juga mengaku tak tertarik berkunjung ke mal karena merasa cenderung lebih boros secara waktu dan biaya dibanding dengan yang saat ini dilakukan secara daring.
"Kalau ke mal malah cenderung banyak beli yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan. Kalau memang serius mau new normal seharusnya aktivitas ke mal juga ada konsep new normal-nya," ungkapnya.
Ada pun Toro (36) mengaku rindu dengan suasana coffee shop yang kerap ia datangi di tengah kesibukannya sebelum pandemi melanda.
"Kalau aku butuhnya coffee shop sih," katanya seraya menambahkan belum tertarik ke mal dan mungkin akan meneruskan kebiasaan meracik sendiri kopinya.
Sedangkan Galih (26), mengaku biasa saja dengan rencana pembukaan mal di Jakarta. Selain mengaku tidak terlalu suka ke pusat perbelanjaan tapi keperluan khusus, ia juga menyebut tak ada urgensi dari pembukaan mal di tengah pandemi.
"Enggak ada urgensi buat ke mal sekarang, jadi ya biasa saja," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
Meski akan dibuka kembali, sejumlah masyarakat mengaku belum tertarik untuk menjejakkan kaki ke pusat perbelanjaan karena mengkhawatirkan tingginya risiko penularan Virus Corona jenis baru atau COVID-19 itu.
Ayu (27), misalnya, mengaku tak tertarik dengan rencana pembukaan mal meski diakuinya berbelanja kebutuhan sehari-hari secara daring cukup menguras kantong.
"Enggak begitu tertarik (ke mal), kecuali ke supermarketnya, karena memang kalau belanja kebutuhan sehari-hari online terhitung agak mahal," kata pekerja kantoran itu.
Sementara Arief (33), karyawan perusahaan IT juga mengaku tak tertarik berkunjung ke mal karena merasa cenderung lebih boros secara waktu dan biaya dibanding dengan yang saat ini dilakukan secara daring.
"Kalau ke mal malah cenderung banyak beli yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan. Kalau memang serius mau new normal seharusnya aktivitas ke mal juga ada konsep new normal-nya," ungkapnya.
Ada pun Toro (36) mengaku rindu dengan suasana coffee shop yang kerap ia datangi di tengah kesibukannya sebelum pandemi melanda.
"Kalau aku butuhnya coffee shop sih," katanya seraya menambahkan belum tertarik ke mal dan mungkin akan meneruskan kebiasaan meracik sendiri kopinya.
Sedangkan Galih (26), mengaku biasa saja dengan rencana pembukaan mal di Jakarta. Selain mengaku tidak terlalu suka ke pusat perbelanjaan tapi keperluan khusus, ia juga menyebut tak ada urgensi dari pembukaan mal di tengah pandemi.
"Enggak ada urgensi buat ke mal sekarang, jadi ya biasa saja," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020