Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalimantan Barat (Kalbar), Santyoso Tio mengatakan pihaknya menyambut baik era new normal dalam menghadapi wabah COVID -19 yang melanda dunia.

"Sebelumnya kita juga dari dunia usaha mendukung penuh kebijakan karantina wilayah maupun bekerja dari rumah. Namun semenjak badan kesehatan dunia menyatakan kemungkinan COVID-19 tidak akan pernah hilang dari muka bumi maka penting untuk memikirkan cara baru menghadapi pandemi ini. Rencana new normal dari pemerintah bisa menjadi jalan tengah," ujarnya di Pontianak, Kamis.

Ia menyebutkan ada tiga cara menghadapi COVID -19 dunia ini yaitu bersembunyi, bertahan atau menyerang.

“Kalau kita bersembunyi atau lockdown kita mampu berapa lama. Apakah logistik kita cukup untuk lockdown berbulan-bulan. Sementara roda ekonomi juga tidak berputar. Sedangkan untuk menyerang, kita belum punya senjatanya yaitu vaksin. Untuk itu mungkin ini yang membuat pemerintah memikirkan new normal,” papar dia.

Ia menyebutkan di Kalbar sendiri meskipun tidak ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), ekonomi sudah sangat terpukul.

"Bila new normal dijalankan maka roda ekonomi akan lebih leluasa untuk bergerak. Hanya saja, protokol kesehatan wajib dijalankan semua pihak agar tidak terjadi ledakan COVID-19 di Kalbar," katanya.

Menurutnya jika new normal dijalankan pemerintah maka pihaknya minta seluruh anggota Kadin dan asosiasi di bawahnya untuk menerapkan protokol kesehatan yang ada.

"New Normal atau kenormalan baru adalah aktivitas sehari-hari dengan menjalankan protokol COVID-19. Masyarakat bekerja seperti biasa, namun wajib menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, tidak hadir dan menghadirkan kerumunan, serta ketentuan lainnya. Kembali, kita tidak mau ada ledakan kasus di Kalbar kalau new normal diterapkan,” papar dia.

Sementara itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalbar mencatat bahwa wabah COVID-19 telah memberikan dampak pada sendi-sendi perekonomian Kalbar. Berbagai sektor terkoreksi sehingga pendapatan masyarakat pun berkurang drastis, yang berimbal balik dengan menurunnya konsumsi.

"Konsumsi kita turun sampai 50 persen pada masa pandemi ini karena memang pengeluaran masyarakat kurang sekali. Selain memang pendapatan yang menurun. Juga karena tutupnya sejumlah usaha sektor hiburan wisata dan hiburan, ketakutan untuk berbelanja, serta kebijakan physical distancing," ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Kalbar Agus Chusaini.

Selain itu penurunan konsumsi terbesar ada pada produk sekunder dan tersier. Bahkan belanja kebutuhan pokok seperti sandang dan papan pun turut menurun. Penurunan konsumsi dan produksi sendiri sama dengan anjloknya pertumbuhan ekonomi.

"BI memperkirakan bila pandemi masih seperti saat ini maka pertumbuhan Kalbar bisa mencapai minus satu persen. Paling mentok tumbuh sebesar tiga persen. Sementara angka inflasi tidak berbeda jauh dengan angka tahun lalu, antara dua sampai tiga persen," kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020