Bupati Landak Karolin Margret Natasa mengeluhkan lamanya menunggu hasil swab test terhadap pasien dengan pengawasan (PDP) dan orang tanpa gejala (OTG).
"Keluhan ini kami disampaikan langsung kepada Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji saat mengikuti rapat secara virtual bersama seluruh Bupati dan Wali Kota se-Kalimantan Barat. Mereka yang rapid test reaktif menunggu terlalu lama untuk konfirmasi apakah mereka positif atau negatif karena menunggu hasil dari Jakarta," kata Karolin di Ngabang, Rabu.
Karolin Margret Natasa menyampaikan dampaknya, waktu isolasi dan waktu perawatan pasien menjadi panjang. Menurutnya, hal ini juga yang menjadi kendala untuk melakukan tes cepat (rapid test) massal.
"Waktu isolasi dan waktu perawatan pasien COVID-19 atau terduga COVID-19 terlalu panjang sehingga biaya terlalu mahal dan beban bagi pasien dan keluarga juga berat. Hal ini juga yang menyebabkan ketika kita berupaya melakukan rapid test massal agak sulit," papar Karolin.
Bupati Landak juga mengungkapkan hingga saat ini setidaknya ada tujuh dokter dan puluhan perawat dan bidan di Kabupaten Landak yang hasil rapid test-nya reaktif dan masih menunggu hasil konfirmasi swab.
Untuk itu, Bupati Landak meminta dukungan dari pemerintah provinsi agar segera berkoordinasi dengan pihak terkait sehingga memprioritaskan hasil swab semua tenaga medis tersebut.
"Hal ini juga dialami oleh tenaga medis kami. Kami mohon dukungan hasil swab tenaga kesehatan kami bisa diprioritaskan," tuturnya.
Selain itu, menurut Karolin, sebaiknya pemerintah kabupaten/kota juga diberikan fasilitas kesehatan untuk mengdiagnosa secara pasti COVID-19 agar tidak terlalu lama menunggu hasil konfirmasi pasien yang positif atau tidak.
"Dalam hal ini saya kira sudah waktunya kita menambah fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan diagnosa pasti. Oleh karena itu kami mohon dukungan, sehingga kalau semakin banyak tempat untuk melakukan diagnosa pasti, kami yakin masyarakat justru antusias untuk bisa dites secara massal. Kita sekarang memang terkendala tenaga dan alat," katanya.
Menanggapi berbagai keluhan ini, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengatakan bahwa pihaknya akan segera memprioritaskan hasil swab tenaga medis. Hal ini dilakukan agar dapat segera diberikan tindakan cepat terhadap para pasien.
"Saya mengupayakan prioritas pelayanan hasil rapid test yang reaktif," ujar Midji.
Terkait usul penyediaan alat diagnosa COVID-19, Sutarmidji juga menyampaikan akan berusaha segera menyediakannya untuk Kabupaten/Kota secara bertahap, menurutnya pembiayaan hingga kesiapan sumber daya manusia perlu dikoordinasikan terlebih dahulu.
"Nanti kita bicarakan bagaimana pembiayaannya, bagaimana model yang cocok, kemudian SDM-nya. Tahap awal mungkin kita tempatkan beberapa kabupaten yang berdekatan, kemudian ke depan sudah harus setiap Kabupaten punya, tidak bisa tidak. Agar kita mudah dalam penanganan," kata Sutarmidji.
Di Kalimantan Barat saat ini untuk mengetahui hasil swab melalui Rumah Sakit Untan dan pengiriman di Jakarta.
"Kita sudah mengirim sampel itu sebanyak 2.763. Yang sudah ada hasilnya 1.987 yang belum 776. Sekarang ini sudah mulai lebih cepat karena setiap hari biasanya sampai 200, sebelumnya hanya di bawah 50 itu pun sampai dua pekan baru ada, kalau sekarang hampir tiap hari," kata Midji.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Keluhan ini kami disampaikan langsung kepada Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji saat mengikuti rapat secara virtual bersama seluruh Bupati dan Wali Kota se-Kalimantan Barat. Mereka yang rapid test reaktif menunggu terlalu lama untuk konfirmasi apakah mereka positif atau negatif karena menunggu hasil dari Jakarta," kata Karolin di Ngabang, Rabu.
Karolin Margret Natasa menyampaikan dampaknya, waktu isolasi dan waktu perawatan pasien menjadi panjang. Menurutnya, hal ini juga yang menjadi kendala untuk melakukan tes cepat (rapid test) massal.
"Waktu isolasi dan waktu perawatan pasien COVID-19 atau terduga COVID-19 terlalu panjang sehingga biaya terlalu mahal dan beban bagi pasien dan keluarga juga berat. Hal ini juga yang menyebabkan ketika kita berupaya melakukan rapid test massal agak sulit," papar Karolin.
Bupati Landak juga mengungkapkan hingga saat ini setidaknya ada tujuh dokter dan puluhan perawat dan bidan di Kabupaten Landak yang hasil rapid test-nya reaktif dan masih menunggu hasil konfirmasi swab.
Untuk itu, Bupati Landak meminta dukungan dari pemerintah provinsi agar segera berkoordinasi dengan pihak terkait sehingga memprioritaskan hasil swab semua tenaga medis tersebut.
"Hal ini juga dialami oleh tenaga medis kami. Kami mohon dukungan hasil swab tenaga kesehatan kami bisa diprioritaskan," tuturnya.
Selain itu, menurut Karolin, sebaiknya pemerintah kabupaten/kota juga diberikan fasilitas kesehatan untuk mengdiagnosa secara pasti COVID-19 agar tidak terlalu lama menunggu hasil konfirmasi pasien yang positif atau tidak.
"Dalam hal ini saya kira sudah waktunya kita menambah fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan diagnosa pasti. Oleh karena itu kami mohon dukungan, sehingga kalau semakin banyak tempat untuk melakukan diagnosa pasti, kami yakin masyarakat justru antusias untuk bisa dites secara massal. Kita sekarang memang terkendala tenaga dan alat," katanya.
Menanggapi berbagai keluhan ini, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengatakan bahwa pihaknya akan segera memprioritaskan hasil swab tenaga medis. Hal ini dilakukan agar dapat segera diberikan tindakan cepat terhadap para pasien.
"Saya mengupayakan prioritas pelayanan hasil rapid test yang reaktif," ujar Midji.
Terkait usul penyediaan alat diagnosa COVID-19, Sutarmidji juga menyampaikan akan berusaha segera menyediakannya untuk Kabupaten/Kota secara bertahap, menurutnya pembiayaan hingga kesiapan sumber daya manusia perlu dikoordinasikan terlebih dahulu.
"Nanti kita bicarakan bagaimana pembiayaannya, bagaimana model yang cocok, kemudian SDM-nya. Tahap awal mungkin kita tempatkan beberapa kabupaten yang berdekatan, kemudian ke depan sudah harus setiap Kabupaten punya, tidak bisa tidak. Agar kita mudah dalam penanganan," kata Sutarmidji.
Di Kalimantan Barat saat ini untuk mengetahui hasil swab melalui Rumah Sakit Untan dan pengiriman di Jakarta.
"Kita sudah mengirim sampel itu sebanyak 2.763. Yang sudah ada hasilnya 1.987 yang belum 776. Sekarang ini sudah mulai lebih cepat karena setiap hari biasanya sampai 200, sebelumnya hanya di bawah 50 itu pun sampai dua pekan baru ada, kalau sekarang hampir tiap hari," kata Midji.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020