Sejumlah perajin jamur tiram di Kabupaten Lebak, Banten, sejak sepekan terakhir ini merasa kewalahan melayani permintaan konsumen yang meningkat.
"Meningkatnya permintaan konsumen itu karena banyak masyarakat menggelar pesta pernikahan," kata Majen, Ketua Perajin Jamur Tiram "Nubalarea" di Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, Rabu.
Produksi jamur tiram di wilayahnya itu mencapai lima kuintal/hari dan tidak memenuhi permintaan konsumen hingga mencapai satu ton/hari.
Saat ini, harga jamur tiram di tingkat perajin menembus Rp10.000/Kg dan jika diakumulasikan dengan produksi satu ton tersebut maka perguliran uang Rp10 juta/hari.
Meningkatnya permintaan konsumen itu terkait masyarakat yang menggelar pesta pernikahan dan dipastikan berlangsung sampai September 2020.
Mereka para perajin jamur tiram memberikan apresiasi terhadap kebijakan pemerintah daerah yang memperbolehkan masyarakat menggelar pesta pernikahan sesuai Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 28 tahun 2020 tentang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Namun, perbup tersebut masyarakat harus menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
"Kami sangat terbantu adanya kebijakan itu ditengah pandemi COVID-19," katanya menjelaskan.
Begitu juga perajin lainnya, Sarif (55) warga Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak mengatakan selama ini permintaan pasar cenderung meningkat dan mereka perajin merasa kewalahan melayani konsumen.
Permintaan konsumen hingga mencapai dua ton/hari untuk dipasok ke Pandeglang dan Serang,sedangkan normalnya produksi sekitar satu ton/hari.
Kekurangan produksi tersebut akibat minimnya permodalan itu, sehingga tidak mampu melayani permintaan konsumen.
Saat ini, kata dia, jumlah perajin jamur tiram diwilayahnya itu sebanyak 15 unit usaha dengan menyerap 30 tenaga kerja lokal.
"Kami mengembangkan usaha ini hanya mampu memproduksi sebanyak satu kuintal dengan populasi benih 10.000 baglog dan pendapatan Rp1 juta per hari dengan harga Rp10.000 per kg," katanya menjelaskan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar, mengatakan para perajin jamur tiram di daerah ini tidak terdampak pandemi COVID-19, karena permintaan pasar cenderung meningkat.
Produksi jamur tiram tersebut dipasok ke pasar Rangkasbitung, Pandeglang, Serang dan Tangerang.
Selama ini, produksi jamur mereka masih terbatas akibat terbentur permodalan.
"Kami berharap mereka perajin jamur tiram dapat dibantu permodalan oleh perbankan untuk pengembangan usaha mereka," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Meningkatnya permintaan konsumen itu karena banyak masyarakat menggelar pesta pernikahan," kata Majen, Ketua Perajin Jamur Tiram "Nubalarea" di Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, Rabu.
Produksi jamur tiram di wilayahnya itu mencapai lima kuintal/hari dan tidak memenuhi permintaan konsumen hingga mencapai satu ton/hari.
Saat ini, harga jamur tiram di tingkat perajin menembus Rp10.000/Kg dan jika diakumulasikan dengan produksi satu ton tersebut maka perguliran uang Rp10 juta/hari.
Meningkatnya permintaan konsumen itu terkait masyarakat yang menggelar pesta pernikahan dan dipastikan berlangsung sampai September 2020.
Mereka para perajin jamur tiram memberikan apresiasi terhadap kebijakan pemerintah daerah yang memperbolehkan masyarakat menggelar pesta pernikahan sesuai Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 28 tahun 2020 tentang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Namun, perbup tersebut masyarakat harus menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
"Kami sangat terbantu adanya kebijakan itu ditengah pandemi COVID-19," katanya menjelaskan.
Begitu juga perajin lainnya, Sarif (55) warga Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak mengatakan selama ini permintaan pasar cenderung meningkat dan mereka perajin merasa kewalahan melayani konsumen.
Permintaan konsumen hingga mencapai dua ton/hari untuk dipasok ke Pandeglang dan Serang,sedangkan normalnya produksi sekitar satu ton/hari.
Kekurangan produksi tersebut akibat minimnya permodalan itu, sehingga tidak mampu melayani permintaan konsumen.
Saat ini, kata dia, jumlah perajin jamur tiram diwilayahnya itu sebanyak 15 unit usaha dengan menyerap 30 tenaga kerja lokal.
"Kami mengembangkan usaha ini hanya mampu memproduksi sebanyak satu kuintal dengan populasi benih 10.000 baglog dan pendapatan Rp1 juta per hari dengan harga Rp10.000 per kg," katanya menjelaskan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar, mengatakan para perajin jamur tiram di daerah ini tidak terdampak pandemi COVID-19, karena permintaan pasar cenderung meningkat.
Produksi jamur tiram tersebut dipasok ke pasar Rangkasbitung, Pandeglang, Serang dan Tangerang.
Selama ini, produksi jamur mereka masih terbatas akibat terbentur permodalan.
"Kami berharap mereka perajin jamur tiram dapat dibantu permodalan oleh perbankan untuk pengembangan usaha mereka," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020