Permintaan suplemen imun tubuh di apotik-apotik yang ada di Pontianak saat in i masih tinggi di tengah pandemi COVID-19 yang masih melanda.

“Kebutuhan suplemen imun tubuh di akhir tahun masih meningkat cukup signifikan. Produk suplemen itu seperti vitamin C, D dan E serta vitamin untuk memperkuat imun tubuh,” ujar Owner Apotek Agung Group Sukamto di Pontianak, Rabu.

Ia menambahkan selain kebutuhan akan suplemen permintaan alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer dan face shield juga masih cukup tinggi.

"Sejauh ini ketersediaan barang-barang tersebut cukup banyak. Sehingga harganya cukup stabil bahkan cenderung semakin turun. Sedangkan untuk permintaan obat-obatan kebutuhan rutin seperti untuk diabetes, hipertensi dan kolesterol masih cukup stabil hal ini juga karena ditunjang pemanfaatan IT oleh dunia kedokteran sehingga masyarakat bisa berkonsultasi lebih gampang dan praktis via online dengan dokter," katanya.

Menurut dia, hingga saat ini belum ada kendala berarti untuk pengadaan obat-obatan maupun alat kesehatan kecuali beberapa merek suplemen vitamin C yang masih agak langka karena tingginya permintaan.

“Namun hal ini tidak terlalu mengannggu suplai ke masyarakat karena masih banyak merek lain yang sudah bisa menggantikan suplemen tersebut,” tutur dia.

Di sisi lain, lanjut dia, ketersediaan sarung tangan medis saat ini agak sedikit sehingga berdampak pada kenaikan harganya. Hal inilah yang menurutnya masih menjadi tantangan, di mana produksi sarung tangan untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri karena wabah corona masih cukup tinggi.

“Dengan demikian permintaan sarung tangan medis produk Indonesia cukup tinggi karena Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar dan terbaik untuk sarung tangan medis di dunia,” kata dia.

Untuk prospek bisnis farmasi tahun depan, kata dia, masih akan diwarnai dengan permintaan produk-produk yang berhubungan dengan penanganan COVID-19, minimal sampai pertengahan tahun setelah vaksin benar-benar efektif berjalan.

Menurutnya, tantangan terbesar dari dunia farmasi adalah regulasi dari pemerintah yang cenderung dinamis sehingga pengusaha harus terus menyesuaikan diri mengikuti dan menaati regulasi yang ada. Selain itu banyaknya pihak yang tidak mempunyai kewenangan dalam kegiatan distribusi obat ikut melakukan kegiatan distribusi tanpa bisa dipertanggungjawabkan keamanan dan mutu dari sediaan farmasi yang diedarkannya.

“Media online atau medsos memengaruhi secara ilegal oleh sebab itu kami sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah sebagai bagian dari rantai distribusi obat secara baik dan benar mengimbau masyarakat untuk membeli obat di sarana resmi yang berada dalam pengawasan BPOM dan Dinkes agar bisa mendapatkan sediaan farmasi yang bermutu, berkhasiat dan terjangkau,” kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020