Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalbar terus melakukan pembinaan satu di antaranya kepada petani cabai di daerah perbatasan Indonesia – Malaysia yakni di Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, untuk melihat langsung proses budidaya dan tantangan di lapangan.

“Kami baru saja melakukan kunjungan sekaligus pembinaan terhadap petani cabai di daerah perbatasan tepatnya di Badau, Kabupaten Kapuas Hulu. Kami melihat proses budidaya cabai dan tantangan yang dihadapi petani terutama di masa pandemi COVID-19,” ujar Kabid Hortikultura Distan TPH Kalbar Endang Kusumayanti di Pontianak, Senin.

Ia menjelaskan bahwa petani cabai di Badau tersebut sudah mampu memproduksi dan memasarkan cabai dengan baik. Bahkan untuk pola tanam yang dihadirkan sudah diatur sehingga bisa tersedia sepanjang tahun.

“Sebelum pandemi COVID-19 petani cabai di sana bahkan sudah menjual hasilnya ke negara tetangga, Sarawak, Malaysia. Namun karena wabah dijual untuk kebutuhan lokal dan daerah sekitar. Kami akan terus memantau dan membina,” jelasnya.

Pihaknya berharap  adanya dukungan dari dinas kabupaten setempat dalam pengembangan hortikultura khususnya kawasan cabai, baik sarana produksi, alat mesin pertanian dan tidak kalah pentingnya adalah pendampingan dari para petugas di lapangan dalam memberikan bimbingan kepada para pelaku usaha atau petani.

“Harapan ini juga bisa diikuti oleh kabupaten atau kota yang ada di Kalbar. Sehingga kita bisa memenuhi kebutuhan cabai yang selama ini masih fluktuatif dalam hal harga,” katanya.

Satu di antara petani cabai di Kecamatan Badau, Said yang dikunjungi Distan TPH Kalbar yang didampingi Kadis Pertanian Kapuas Hulu Abdurrasyid, telah berkecimpung dalam budidaya cabai di Desa Sebindang dan Desa Seriang sejak dua tahun silam.

“Sejauh ini tidak ada kendala dalam budidaya cabai. Hanya saja dalam pemasaran dampak COVID-19. Semula dijual ke negara tetangga dan kini hanya bisa dijual ke lokal. Meski demikian harga saat ini sangat menjanjikan,” jelas dia

Ia menyebutkan untuk harga cabai dalam beberapa bulan terakhir harganya sangat menjanjikan hingga ke tingkat petani.

“Harga cabai saat ini sangat bagus di tingkat petani. Untuk cabai yang berwarna hijau saja dihargai Rp70 ribu per kilogram. Apalagi untuk yang sudah berwarna merah dihargai Rp95 ribu per kilogram. Kita terus berharap harga terus berpihak kepada petani,” harap dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kapuas Hulu, Abdurrasyid mengatakan menyebutkan bahwa berdasarkan angka tetap BPS 2020 luas panen cabai di Kapuas Hulu 114 hektare dan produksi mencapai 117 ton.

“Sedangkan untuk kebutuhan di Kapuas Hulu itu sendiri 842 ton. Dengan demikian antara produksi dan kebutuhan kita masih minus 725 ton. Untuk itu kita terus memaksimalkan potensi cabai di daerah ini,” kata dia.

Untuk memastikan harga cabai stabil baik di tingkat petani hingga pembeli, pihaknya segera akan membentuk asosiasi pelaku usaha cabai. Hal itu dengan harapan asosiasi ini dapat menghimpun pelaku pelaku usaha cabai lainnya yang ada di beberapa desa di Kabupaten Kapuas Hulu.

“Sehingga harga menjadi stabil dan petani cabai dapat menikmati hasil dari usah nya dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya”  harap dia.

Ia mengatakan potensi cabai yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu saat ini selain di Kecamatan Badau ada juga di  Kecamatan Kalis yaitu di Desa Kensuray, Desa Bahenap, Desa Nanga Tubuk.

Kemudian juga ada di Kecamatan Silat Hulu yaitu di Desa Belimbing dan Kecamatan Boyan Tanjung yaitu di Desa Nanga Ret.  Potensi yang ada terus kita optimalkan untuk memenuhi kebutuhan daerah dan Kalbar, katanya.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021