Umat Kristiani di Gereja Katedral Santo Yoseph Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, mengikuti ibadah jalan salib peringatan Jumat Agung (2/4), hari kedua Tri Suci sebelum peringatan Paskah untuk mengenang kembali sengsara dan penderitaan Yesus di kayu salib hingga wafatnya.
"Bagi kami terkhusus Umat Katolik ini penting karena dari penderitaan itu ada penebusan. Kami percaya bahwa melalui penderitaan disalib dan wafatnya Kristus ada keselamatan bagi umat manusia,” kata Pastor Kepala Paroki Katedral Santo Yoseph Pontianak, Pastor Alexius Alex di Pontianak, Jumat.
Rangkaian ibadah jalan salib merupakan devosi umat Katolik yang tidak wajib dalam liturgi sehingga tidak banyak umat yang hadir dalam ibadah tersebut. Dalam ibadah Jumat Agung sendiri terdapat ibadah penghormatan salib yang dilaksanakan pada sore dan malam hari.
Pastor Alexius Alex menyebutkan bahwa dalam Tri Hari Suci mengalami puncaknya pada malam Paskah pada Sabtu malam. Dalam malam tersebut, umat Kristiani berjaga menantikan kebangkitan Tuhan. Lalu pada hari Minggu akan diperingatkan sebagai hari Paskah yang menjadi akhir dari rangkaian Tri Hari Suci.
"Bagi kami puncak dari iman kami orang Kristen adalah dalam peristiwa misteri Paskah ini, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan. Itu peristiwa yang menyatu dan saling terkait. Tidak ada kematian bila tidak ada penderitaan, tidak ada kebangkitan bila tidak ada sengsara dan wafat," katanya.
Namun demikianlah puncak dari keikutsertaan dengan Kristus. "Semua dari kita akan mati, karena memang kematian itu akibat dari dosa, demikian juga penderitaan itu akibat dari dosa, tapi karena kebangkitan Kristus, kematian menjadi bermakna, dan kematian bukan sesuatu yang sia-sia,” katanya.
Sepanjang pelaksanaan ibadah Tri Hari Suci hingga Paskah, Gereja-gereja di Kota Pontianak termasuk Gereja Katedral Santo Yoseph mendapat perhatian dari pihak keamanan. Dalam peran pengamanan tersebut, pihak Gereja merasa tidak pernah sendiri karena keberadaan aparat polisi maupun tentara.
"Kami tidak merasa sendirian ketika melaksanakan Paskah maupun Natal. Keberadaan Katedral ini menjadi perhatian banyak orang khususnya dari pihak keamanan. Polisi dan tentara sudah bertahun-tahun di masa Natal dan Paskah membantu menjaga lingkungan gereja selama peribadahan berlangsung. Tanpa kami pinta pun ada bantuan untuk mengamankan ini, sehingga kami mengucapkan banyak terima kasih pada pihak aparat pengamanan yang telah membantu kami,” katanya.
Dalam peringatan Paskah, penghayatan iman dirasakan umat Kristiani dalam membawa perdamaian.
“Kami sebagai anggota Gereja yang dipimpin oleh Sri Paus Fransiskus kami juga berusaha untuk menjadi pembawa perdamaian dalam berbagai situasi seperti konflik hingga peperangan, yang di dalamnya kami juga membawa kesatuan dimana ada keberagaman dan perbedaan. Hal tersebut merupakan misi gereja Katolik yang sudah ditunjukkan oleh Sri Paus Fransiskus sebagai penghayatan iman kami,” jelas Pastor Alexius Alex.
Bagi Pastor Alexius Alex, makna perayaan Paskah tidak hanya dapat dirasakan bagi umat Kristiani namun universal pada seluruh umat manusia.
“Maka melalui perayaan Paskah kami juga diingatkan karena penebusan itu tidak hanya bagi orang Kristen tapi bagi seluruh umat manusia karena siapapun akan mendapatkan penebusan dari Tuhan. Kami khususnya umat Katolik tidak eksklusif memandang keselamatan karena di luar Gereja juga ada keselamatan,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Bagi kami terkhusus Umat Katolik ini penting karena dari penderitaan itu ada penebusan. Kami percaya bahwa melalui penderitaan disalib dan wafatnya Kristus ada keselamatan bagi umat manusia,” kata Pastor Kepala Paroki Katedral Santo Yoseph Pontianak, Pastor Alexius Alex di Pontianak, Jumat.
Rangkaian ibadah jalan salib merupakan devosi umat Katolik yang tidak wajib dalam liturgi sehingga tidak banyak umat yang hadir dalam ibadah tersebut. Dalam ibadah Jumat Agung sendiri terdapat ibadah penghormatan salib yang dilaksanakan pada sore dan malam hari.
Pastor Alexius Alex menyebutkan bahwa dalam Tri Hari Suci mengalami puncaknya pada malam Paskah pada Sabtu malam. Dalam malam tersebut, umat Kristiani berjaga menantikan kebangkitan Tuhan. Lalu pada hari Minggu akan diperingatkan sebagai hari Paskah yang menjadi akhir dari rangkaian Tri Hari Suci.
"Bagi kami puncak dari iman kami orang Kristen adalah dalam peristiwa misteri Paskah ini, yakni sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan. Itu peristiwa yang menyatu dan saling terkait. Tidak ada kematian bila tidak ada penderitaan, tidak ada kebangkitan bila tidak ada sengsara dan wafat," katanya.
Namun demikianlah puncak dari keikutsertaan dengan Kristus. "Semua dari kita akan mati, karena memang kematian itu akibat dari dosa, demikian juga penderitaan itu akibat dari dosa, tapi karena kebangkitan Kristus, kematian menjadi bermakna, dan kematian bukan sesuatu yang sia-sia,” katanya.
Sepanjang pelaksanaan ibadah Tri Hari Suci hingga Paskah, Gereja-gereja di Kota Pontianak termasuk Gereja Katedral Santo Yoseph mendapat perhatian dari pihak keamanan. Dalam peran pengamanan tersebut, pihak Gereja merasa tidak pernah sendiri karena keberadaan aparat polisi maupun tentara.
"Kami tidak merasa sendirian ketika melaksanakan Paskah maupun Natal. Keberadaan Katedral ini menjadi perhatian banyak orang khususnya dari pihak keamanan. Polisi dan tentara sudah bertahun-tahun di masa Natal dan Paskah membantu menjaga lingkungan gereja selama peribadahan berlangsung. Tanpa kami pinta pun ada bantuan untuk mengamankan ini, sehingga kami mengucapkan banyak terima kasih pada pihak aparat pengamanan yang telah membantu kami,” katanya.
Dalam peringatan Paskah, penghayatan iman dirasakan umat Kristiani dalam membawa perdamaian.
“Kami sebagai anggota Gereja yang dipimpin oleh Sri Paus Fransiskus kami juga berusaha untuk menjadi pembawa perdamaian dalam berbagai situasi seperti konflik hingga peperangan, yang di dalamnya kami juga membawa kesatuan dimana ada keberagaman dan perbedaan. Hal tersebut merupakan misi gereja Katolik yang sudah ditunjukkan oleh Sri Paus Fransiskus sebagai penghayatan iman kami,” jelas Pastor Alexius Alex.
Bagi Pastor Alexius Alex, makna perayaan Paskah tidak hanya dapat dirasakan bagi umat Kristiani namun universal pada seluruh umat manusia.
“Maka melalui perayaan Paskah kami juga diingatkan karena penebusan itu tidak hanya bagi orang Kristen tapi bagi seluruh umat manusia karena siapapun akan mendapatkan penebusan dari Tuhan. Kami khususnya umat Katolik tidak eksklusif memandang keselamatan karena di luar Gereja juga ada keselamatan,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021