Obyek wisata di perbatasan, Temajuk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat sebagai “Surga di Ujung Borneo” membutuhkan pasokan listrik 24 jam agar bisa menunjang lebih maksimal kegiatan masyarakat dan pariwisata daerah tersebut.

"Temajuk adalah tempatnya, tidak berlebihan Temajuk dijuluki “Surga di Ujung Borneo” karena bentang alamnya menyajikan panorama yang begitu indah. Namun sebagai daerah tujuan wisata listrik penting dan perlu menjadi perhatian," ujar Bambang Hermansyah, Staf Khusus DPD RI 2017 - 2019 yang juga putra daerah kelahiran Pemangkat, Sambas di Pontianak, Minggu.

Ia mengatakan bahwa pantai yang panjang dan bersih, bebatuan besar timbul di bibir pantai, ada yang menjorok ke laut membentuk pulau, bukit yang langsung menghadap laut luas, hutan mangrove lengkap dengan udang dan burungnya menjadi kekayaan Temajuk sebagai destinasi wisata.

"Tidak hanya itu di bulan – bulan tertentu juga dapat melihat aktivitas Penyu bertelur di pantai Temajuk, nelayan menangkap Ubur – Ubur. Anda juga bisa menyaksikan aktivitas petani menanam Padi, berkebun Lada dan Karet yang posisinya bersebelahan dengan batas wilayah negara tetangga, Malaysia. Unik dan menarik," kata dia.

Desa Temajuk secara administratif terletak di Kecamatan Paloh, Kupaten Sambas berbatasan darat langsung dengan negara tetangga, Sarawak, Malaysia.

 Keramahan warga yang berjumlah kurang lebih 720 Kepala Keluarga (KK) dan kulinernya membuat betah, tambahnyw,  namun sayang kebetahan itu sedikit terganggu dengan terbatasnya infrastruktur di Temajuk salah satunya, listrik.

Ia mendorong perusahaan listrik negara (PLN) untuk memenuhi hak dasar warga akan energi yaitu listrik.

“Kita mengapresiasi kerja PLN yang sudah memberikan pembangkit listrik tenaga surya dan diesel kepada warga Temajuk, namun hanya terbatas 12 jam, setelah itu listrik mati. Temajuk adalah kawasan wisata potensial, kita minta PLN dapat menghidupkan listrik 24 jam di Temajuk. Hal ini juga dalam rangka mendukung program pemerintah untuk memajukan pariwisata nasional”, ujar Bang Baher sapaan akrabnya.

Salah satu syarat agar pariwisata maju adalah terpenuhinya sarana dan prasarana.

“Sangat disayangkan kebutuhan dasar seperti listrik belum 24 jam apalagi kawasan ini kawasan perbatasan. Sehingga kita tidak hanya bicara wisata, tetapi juga kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara” ujarnya.

Masyarakat Temajuk, Herlin juga menyampaikan jika hari besar keagamaan atau libur panjang seperti Idul Fitri, libur sekolah sangat ramai masyarakat datang ke Temajuk.

“Sepanjang libur Idul Fitri kemarin, berdasarkan data yang dihimpun ada sekitar 21 ribu orang yang datang ke Temajuk. Sebagian besar wisatawan tidak menginap, karena listrik hanya 12 jam. Begitu juga signal Handphone (HP), signal Indonesia hanya di tempat – tempat tertentu, selama ini masyarakat dan wisatawan yang datang Temajuk sebagian besar “menumpang” signal Malaysia, ujar Herlin

Pemuda Temajuk ini juga menambahkan zaman sekarang kalau ke tempat wisata tidak foto – foto menggunakan Hp dan upload di media sosial rasanya ada yang kurang.

"Nah kalau Hp baterainya habis karena tidak ada listrik wisatawan tidak akan betah berlama – lama ke tempat kami. Masyarakat yang berjualan pun tidak maksimal pendapatannya, karena seperti Ikan, Es Batu dan makanan lainya memerlukan kulkas. Oleh karena itu kami meminta kepada PLN dapat memenuhi listrik di Temajuk 24 jam," katanya.

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021