Tim SAR (Search and Rescue) atau Pencarian dan Pertolongan Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) Jumat sore, secara resmi menghentikan operasi pencarian terhadap puluhan nelayan atau anak buah kapal (ABK) yang menjadi korban tenggelamnya 18 kapal motor dampak cuaca buruk, Selasa (13/7).

"Ada beberapa faktor dihentikannya operasi SAR ini, salah satunya pencarian sudah dilakukan selama 10 hari dan dalam dua hari terakhir juga tidak ada lagi ditemukan korban, baik yang selamat ataupun sebaliknya," kata Kepala Kantor SAR Pontianak Yopi Haryadi di Pontianak.

Dia menjelaskan dengan dihentikannya Operasi SAR Gabungan itu, maka dilanjutkan dengan pemantauan, yakni tidak dengan mengerahkan personel lagi, tetapi pihaknya tetap memantau perkembangan di lapangan.

"Kami sudah mengerahkan segala upaya yang ada, baik pencarian dilakukan melalui perairan, udara maupun melakukan penyisiran di pesisir pantai," ujarnya.

Pertimbangan lainnya, dihentikannya Operasi SAR, yakni kemungkinan mayat atau jenazah korban sudah susah dikenal kalau dilanjutkan. "Selain itu menurut data BMKG, dalam sepekan ke depan juga berpotensi cuaca buruk dengan ketinggian gelombang mencapai 2,5 meter," ungkapnya.

Data terakhir Posko SAR Gabungan di Pontianak mencatat, hingga saat ini total anak buah kapal (ABK) yang menjadi korban kecelakaan, yakni sebanyak 138 orang, sebanyak 83 orang selamat, 31 orang masih dalam pencarian, dan 24 orang ditemukan meninggal dengan total kapal motor yang tenggelam sebanyak
18 unit.

"Ada beberapa hambatan kami di lapangan dalam melakukan pencarian terhadap korban tenggelam, di antaranya cuaca buruk, lokasi koordinat KM yang tenggelam tidak diketahui, banyaknya KM yang tenggelam, serta luasnya lokasi pencarian," ungkapnya.

Sehingga, menurut dia, operasi dengan model penyelaman tidak mendapatkan korban tenggelam, karena beberapa hambatan di lapangan tersebut, kata Yopi.

Dia menambahkan hingga saat ini masih ada 12 jenazah korban meninggal yang belum terindentifikasi oleh Tim DVI Polda Kalbar.
 

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021