Ketua Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Kalbar Susanto menyoroti tentang kerusakan mangrove dan pentingnya bagi semua pihak untuk melestarikan tumbuhan yang bisa memberikan dampak positif bagi lingkungan dan manusia.
“Kerusakan hutan mangrove saat ini semakin memprihatinkan. Dampak kerusakan ekosistem mangrove sudah kita rasakan bukan hanya ancaman abrasi, tapi sering memicu timbulnya cuaca ekstrim,” jelas dia di Pontianak, Selasa.
Ia menambahkan bahwa tingkat kerusakan ekosistem mangrove cukup tinggi dan berdampak bukan hanya abrasi pesisir pantai tapi ikut memicu sering munculnya cuaca ekstrim.
“Ekosistem mangrove mampu menekan terjadinya pemanasan global. Mangrove dengan kemampuan dapat menyimpan cadangan karbon 4-5 kali lebih besar dibandingkan hutan daratan, sangat efektif mencegah terjadinya pemanasan global," jelas Susanto
Secara organisatoris, LDII adalah lembaga dakwah yang berorientasi pada kegiatan keumatan melalui delapan kluster salah satunya lingkungan hidup.
"Lingkungan hidup menjadi isu strategis yang secara nasional dijadikan sebagai bidang pengabdian. Sehingga secara masif LDII Kalbar dan berkelanjutan ikut kampanye pentingnya menjaga kelestarian lingkungan termasuk menjaga ekosistem mangrove," katanya.
Upaya-upaya perlindungan dan pelestarian mangrove sangatlah penting dilakukan dan butuh komitmen dan konsistensi bersama.
"Menjaga dan melindungi mangrove membutuhkan kepedulian kita bersama. Tanpa ada kebersamaan yang diikuti dengan sebuah komitmen dan konsistensi, maka sangat sulit bisa menjaga ekosistem di pesisir ini," tegas dia.
Tujuan UNESCO menetapkan Hari Mangrove Sedunia pada tanggal 26 Juli 2015 ialah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ekosistem mangrove sebagai "ekosistem yang unik, khusus dan rentan” dan untuk mempromosikan solusi untuk pengelolaan, konservasi, dan penggunaannya yang berkelanjutan.
"Pesan yang ada sehingga perlu diperingati setiap tanggal 26 Juli adalah membangun kesadaran kolektif, bahwa dengan kepedulian kita mangrove terjaga dan lestari, " tambah Susanto.
Dengan menjaga kelestarian ekosistem mangrove banyak nilai tambah akan didapatkan, selain sudut pandang kelestarian lingkungan, juga memberikan dampak ekonomis bagi peningkatan sumber ekonomi nelayan serta masyarakat pesisir.
"Ekosistem mangrove terjaga juga memberikan dampak yang luas bagi pemberdayaan masyarakat pesisir yakni menjadi destinasi wisata manggrove. Banyak daerah yang telah berhasil mengembangkan wisata mangrove," kata dia.
Baca juga: Cegah karhutla, LDII Kalbar ajak Pemkot Singkawang libatkan tokoh agama
Baca juga: LDII Kalbar ajak masyarakat cegah praktik politik yang menyimpang moralitas
Baca juga: Gubernur Sutarmidji minta LDII Kalbar sosialisasikan ancaman COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
“Kerusakan hutan mangrove saat ini semakin memprihatinkan. Dampak kerusakan ekosistem mangrove sudah kita rasakan bukan hanya ancaman abrasi, tapi sering memicu timbulnya cuaca ekstrim,” jelas dia di Pontianak, Selasa.
Ia menambahkan bahwa tingkat kerusakan ekosistem mangrove cukup tinggi dan berdampak bukan hanya abrasi pesisir pantai tapi ikut memicu sering munculnya cuaca ekstrim.
“Ekosistem mangrove mampu menekan terjadinya pemanasan global. Mangrove dengan kemampuan dapat menyimpan cadangan karbon 4-5 kali lebih besar dibandingkan hutan daratan, sangat efektif mencegah terjadinya pemanasan global," jelas Susanto
Secara organisatoris, LDII adalah lembaga dakwah yang berorientasi pada kegiatan keumatan melalui delapan kluster salah satunya lingkungan hidup.
"Lingkungan hidup menjadi isu strategis yang secara nasional dijadikan sebagai bidang pengabdian. Sehingga secara masif LDII Kalbar dan berkelanjutan ikut kampanye pentingnya menjaga kelestarian lingkungan termasuk menjaga ekosistem mangrove," katanya.
Upaya-upaya perlindungan dan pelestarian mangrove sangatlah penting dilakukan dan butuh komitmen dan konsistensi bersama.
"Menjaga dan melindungi mangrove membutuhkan kepedulian kita bersama. Tanpa ada kebersamaan yang diikuti dengan sebuah komitmen dan konsistensi, maka sangat sulit bisa menjaga ekosistem di pesisir ini," tegas dia.
Tujuan UNESCO menetapkan Hari Mangrove Sedunia pada tanggal 26 Juli 2015 ialah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ekosistem mangrove sebagai "ekosistem yang unik, khusus dan rentan” dan untuk mempromosikan solusi untuk pengelolaan, konservasi, dan penggunaannya yang berkelanjutan.
"Pesan yang ada sehingga perlu diperingati setiap tanggal 26 Juli adalah membangun kesadaran kolektif, bahwa dengan kepedulian kita mangrove terjaga dan lestari, " tambah Susanto.
Dengan menjaga kelestarian ekosistem mangrove banyak nilai tambah akan didapatkan, selain sudut pandang kelestarian lingkungan, juga memberikan dampak ekonomis bagi peningkatan sumber ekonomi nelayan serta masyarakat pesisir.
"Ekosistem mangrove terjaga juga memberikan dampak yang luas bagi pemberdayaan masyarakat pesisir yakni menjadi destinasi wisata manggrove. Banyak daerah yang telah berhasil mengembangkan wisata mangrove," kata dia.
Baca juga: Cegah karhutla, LDII Kalbar ajak Pemkot Singkawang libatkan tokoh agama
Baca juga: LDII Kalbar ajak masyarakat cegah praktik politik yang menyimpang moralitas
Baca juga: Gubernur Sutarmidji minta LDII Kalbar sosialisasikan ancaman COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021