Bupati Sambas, Kalimantan Barat, Satono menilai sektor hilir dari budidaya jeruk harus menjadi perhatian semua pihak karena bisa memberikan jaminan dan keberlangsungan dari usaha pertanian petani.

“Hal yang paling penting bagi petani jeruk di Sambas adalah ketersediaan dan peluang sektor hilir. Sebagai anak petani jeruk, saya tahu dan  pernah merugi karena harga jeruk yang sangat murah ketika panen. Bahkan dua tahun lalu, harga jeruk pernah Rp2 ribu sampai Rp 3 ribu saja per kilogram,” ujarnya saat dihubungi di Sambas, Jumat.

Ia meminta perhatian dari  Balitbangtan RI, dan Balitbangtan Provinsi Kalbar agar bersama bagaimana membuka peluang sektor hilir bagi petani jeruk di Sambas. Ia mengatakan bahwa Sambas sudah menjadi sentra jeruk Kalbar dan harus terus dimaksimalkan baik dari sisi hulu maupun hilir agar terus berkelanjutan dan berdampak luas bagi petani dan daerah.

“Sektor hilir  jeruk ini  dianggap paling dominan karena tipikal petani di Sambas sangat mudah di arahkan, diajak untuk menanam jeruk asalkan ada jaminan itu bisa menghasilkan dan peluang ekonomi terbuka lebar,” katanya.

Selain sektor hilir kata Satono, bibit yang bagus adalah kunci kualitas jeruk Sambas. Saat ini, banyak petani menebang pohon jeruk dan menanam padi karena usia jeruk yang pendek hanya tiga tahunan sudah tidak produktif.

"Apa sebabnya, tiga tahun saja jeruk sudah banyak mati. Berarti bibitnya ini ada apa. Karena bibit unggul yang berkualitas sangat penting. Bisa juga karena faktor tanahnya. Biasa buah jeruknya pecah-pecah, bahkan kering di tampuknya. Itu kan tidak bagus," katanya.

Lebih jauh, Satono mengatakan, menanam jeruk tidak boleh asal tanam. Perlu mapping (pemetaan). Selain bibit yang ditanam harus benar-benar bibit unggul, pemetaan potensi desa dan potensi lahan untuk jeruk juga mempengaruhi.

"Mudah-mudahan ada inovasi dan terobosan baru dalam riset ini yang nantinya akan meningkatkan kualitas jeruk Sambas. Sehingga petani bis mengulang sejarah di tahun 90han, di mana ada lebih dari 20 hektare.

Sebelumnya, Bupati Sambas, Satono membuka Sosialisasi dan Bimbingan Teknik Riset Pengembangan Inovatif dan Kolaboratif (RPIK) Jeruk yang dimulai 5 - 7 Agustus  2021 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura dengan tema Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) Plus.
 

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021