Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum mengajak kaum muda untuk mengubah mindset atau pola pikir petani di mana tidak hanya memikirkan bertani untuk makan, tetapi bertani untuk hidup.

“Sampai hari ini masih ada petani kita yang berpikiran bertani untuk makan, berladang untuk makan. Kalau tetangga kita di Jawa itu mereka bertani untuk hidup, tanam sebanyak mungkin sehingga memiliki produksi tinggal, kemudian mereka jual,” katanya saat menjadi narasumber dalam FGD yang gelar GMNI di Pontianak, Jumat.

Baca juga: Wagub Kalbar siap tindaklanjuti aspirasi mahasiswa perjuangkan petani

Florentinus Anum menjelaskan bahwa permasalahan yang selalu melekat pada petani adalah label bahwa petani itu orang miskin. Petani dianggap pekerjaan yang mungkin rendah atau dinomorduakan.

“Permasalahan yang selalu melekat pada petani itu adalah label kalau sudah petani itu miskin, dari zaman dulu. Hingga sekarang masih ada yang punya mindset seperti itu. Artinya pertanian kita itu masih beranggap bahwa petani ini adalah pekerjaan yang dianggap mungkin rendah atau dinomorduakan,” katanya.

Florentinus Anum juga mengatakan bahwa petani kita sekarang sudah meningkat, mindsetnya sudah berubah. Dia juga mengimbau masyarakat untuk membangun petani bukan membangun pertanian.

“Petani kita sekarang sudah meningkat, mindsetnya sudah berubah. Maka membangun pertanian itu tidak cukup, di Kalbar konsep saya itu membangun petani. Kalau kita membangun pertanian di dalamnya tidak ada hubungan dengan petani. Tetapi kalau kita membangun petani otomatis kita membangun pertanian,” ungkapnya.

Baca juga: Distan TPH Kalbar maksimalkan potensi ekspor pertanian untuk kesejahteraan petani

Dalam hal ini, Florentinus Anum menjelaskan bahwa konsepnya adalah membangun petani, maka di era moderen ini kerangka kerja pembangunan pertanian itu tidak dia terapkan kepada teman-temannya di Dinas TPH Provinsi Kalbar.

“Jadi konsepnya adalah membangun petani, maka di era moderen ini kerangka kerja pembangunan pertanian itu yang tidak saya terapkan selama ini kepada teman-teman di Dinas Pertanian Provinsi Kalbar. Saya selalu berpikir bahwa pemerataan pembangunan pertanian dengan strategi penguatan kapasitas kelembagaan tani dengan kemitraan kemudian melalui fokus upaya intensifikasi terhadap tahapan proses produksi pertanian dari hulu sampai ke hilir,”kata dia

Ia mengakui bahwa untuk mengubah mindset ini sulit. Orang-orang tua di Kalbar selalu berpikiran bahwa bertani untuk makan bukan untuk hidup.

Baca juga: Suhardik, petani andalan buah naga di Jawai

“Saya ini keluarga petani. Mengubah mindset itu sulit. Orang tua saya selalu bilang tidak usah banyak-banyak menanam padi karena nanti padi kita tidak habis dimakan. Bertani untuk makan memiliki mindset seperti itu,” ujarnya.

“Mari kita berpikir ayo pelihara ayam banyak-banyak, kita jual. Tanam jagung banyak-banyak, kita jual. Inilah yang sekarang harus kita bahas. Karena petani yang sejahtera petani yang punya midnset pasar, jangan lagi mindsetnya perut,” tambah dia

Namun untuk itu, Florentinus Anum mengatakan bahwa syaratnya tidak hanya tanam dan panen, tetapi juga mengolah. Kemudian berbasis klaster dan berbasis kawasan serta menjaga kualitas dan kuantitas produksi.

“Tetapi syaratnya tidak hanya tanam dan panen, kita olah. Kemudian berbasis klaster, berbasis kawasan. Wajib menjaga satu kualitas dan kuantitas produksi serta jumlah produksi juga memperbanyak jenis komoditi dengan berorientasi ekspor. Itu yang sekarang kita lakukan,” katanya.

Baca juga: Dukung ekspor sarang walet, puluhan petani milenial Kalbar ikut bimtek
Baca juga: Harga sawit di Kalbar naik berdampak peningkatan kesejahteraan petani
Baca juga: Petani semangat, harga lada putih di Kalbar naik hampir 100 persen

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021