Sedikitnya sekitar 600 ekor babi milik warga yang tersebar di 10 kecamatan wilayah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat mati terserang penyakit demam babi Afrika atau yang disebut virus African Swine Fever (ASF).
"Sebenarnya banyak babi yang mati, namun masyarakat banyak tidak melapor, sejak 25 Oktober 2021 kami mencatat ada 600 ekor babi yang mati akibat penyakit demam babi Afrika," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kapuas Hulu Marytiningsih, di Putussibau Kapuas Hulu, Kamis.
Baca juga: Demam babi Afrika masuk Kalbar, Disbunnak lakukan antisipasi
Disampaikan Marytiningsih, penyakit demam babi Afrika tidak ada obat atau pun vaksinnya. Namun yang bisa dilakukan masyarakat hanya melakukan pencegahan melalui penyemprotan desinfektan pada kandang-kandang secara rutin serta langsung mengisolasi ternak yang mulai sakit agar tidak menularkan kepada ternak yang masih sehat.
Menurut dia, pada 8 September 2021 lalu Bidang peternakan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kapuas Hulu mendapatkan laporan kematian babi secara mendadak di Kecamatan Putussibau Utara. Kemudian, saat dilakukan cek laboratorium hasilnya positif karena virus ASF.
Ningsih menjelaskan virus ASF tersebut tidak menular ke manusia hanya menular sesama hewan ternak khususnya babi.
Baca juga: Kalteng berencana tutup masuknya babi dari luar
"Penularan virus ASF itu secara kontak langsung dan tidak langsung, virus ASF bisa bertahan lama jika berada di kotoran, sehingga kandang ternak babi memang harus selalu bersih," ujarnya.
Disebutkan Ningsih, bahwa sejak awal adanya virus ASF tersebut pihaknya sudah mengambil langkah mulai dari melakukan investigasi dan mengambil sampel darah dan tulang belakang kemudian ditambah jeroan, hati, jantung, sampel air dikirim ke balai Veteriner Banjar Baru Kalsel.
Bahkan Ningsih juga mengaku sudah melakukan edukasi kepada masyarakat langsung terhadap penangan virus ASF. "Kami juga sudah menyurati para penyuluh untuk waspada virus ASF," ucap Ningsih.
Tidak hanya itu, Bupati Kapuas Hulu juga sudah mengeluarkan Surat Edaran nomor 524.31/2460/Distan/2021 Tentang pengendalian terhadap penyebaran penyakit menular pada babi.
"Kami imbau masyarakat jika menemukan babi yang meninggal jangan dibuang ke sungai, tapi dikubur di kedalaman minimal 60 centimeter dan bagi yang memiliki ternak babi agar dapat memisahkan babi yang sakit dengan yang sehat serta kandangnya dilakukan penyemprotan disinfektan," imbau Ningsih.
Ada pun 10 kecamatan yang tertular virus African Swine Fever (ASF) yaitu Kecamatan Putussibau Utara, Putussibau Selatan, Bika, Seberuang, Embaloh Hulu, Silat Hilir, Batang Lupar, Embaloh Hilir, Kalis dan Mentebah.
Baca juga: Kematian 878 babi di Palembang positif demam afrika
Baca juga: Kalimantan Barat masih aman dari kasus virus flu babi
Baca juga: Kementan imbau peternak babi terapkan kebersihan waspadai virus baru
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Sebenarnya banyak babi yang mati, namun masyarakat banyak tidak melapor, sejak 25 Oktober 2021 kami mencatat ada 600 ekor babi yang mati akibat penyakit demam babi Afrika," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kapuas Hulu Marytiningsih, di Putussibau Kapuas Hulu, Kamis.
Baca juga: Demam babi Afrika masuk Kalbar, Disbunnak lakukan antisipasi
Disampaikan Marytiningsih, penyakit demam babi Afrika tidak ada obat atau pun vaksinnya. Namun yang bisa dilakukan masyarakat hanya melakukan pencegahan melalui penyemprotan desinfektan pada kandang-kandang secara rutin serta langsung mengisolasi ternak yang mulai sakit agar tidak menularkan kepada ternak yang masih sehat.
Menurut dia, pada 8 September 2021 lalu Bidang peternakan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kapuas Hulu mendapatkan laporan kematian babi secara mendadak di Kecamatan Putussibau Utara. Kemudian, saat dilakukan cek laboratorium hasilnya positif karena virus ASF.
Ningsih menjelaskan virus ASF tersebut tidak menular ke manusia hanya menular sesama hewan ternak khususnya babi.
Baca juga: Kalteng berencana tutup masuknya babi dari luar
"Penularan virus ASF itu secara kontak langsung dan tidak langsung, virus ASF bisa bertahan lama jika berada di kotoran, sehingga kandang ternak babi memang harus selalu bersih," ujarnya.
Disebutkan Ningsih, bahwa sejak awal adanya virus ASF tersebut pihaknya sudah mengambil langkah mulai dari melakukan investigasi dan mengambil sampel darah dan tulang belakang kemudian ditambah jeroan, hati, jantung, sampel air dikirim ke balai Veteriner Banjar Baru Kalsel.
Bahkan Ningsih juga mengaku sudah melakukan edukasi kepada masyarakat langsung terhadap penangan virus ASF. "Kami juga sudah menyurati para penyuluh untuk waspada virus ASF," ucap Ningsih.
Tidak hanya itu, Bupati Kapuas Hulu juga sudah mengeluarkan Surat Edaran nomor 524.31/2460/Distan/2021 Tentang pengendalian terhadap penyebaran penyakit menular pada babi.
"Kami imbau masyarakat jika menemukan babi yang meninggal jangan dibuang ke sungai, tapi dikubur di kedalaman minimal 60 centimeter dan bagi yang memiliki ternak babi agar dapat memisahkan babi yang sakit dengan yang sehat serta kandangnya dilakukan penyemprotan disinfektan," imbau Ningsih.
Ada pun 10 kecamatan yang tertular virus African Swine Fever (ASF) yaitu Kecamatan Putussibau Utara, Putussibau Selatan, Bika, Seberuang, Embaloh Hulu, Silat Hilir, Batang Lupar, Embaloh Hilir, Kalis dan Mentebah.
Baca juga: Kematian 878 babi di Palembang positif demam afrika
Baca juga: Kalimantan Barat masih aman dari kasus virus flu babi
Baca juga: Kementan imbau peternak babi terapkan kebersihan waspadai virus baru
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021