Jakarta (ANTARA) - Badan Karantina Indonesia (Barantin) memastikan pemerintah sudah memetakan strategi jitu untuk menanggulangi Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) yang sedang mewabah di Tanah Air.
Kepala Barantin Sahat M. Pangabean dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat malam, mengatakan bahwa strategi yang sudah tersusun secara komprehensif ini akan dilaksanakan oleh lintas kementerian dan lembaga sehingga penyakit Demam Babi Afrika bisa ditanggulangi secara cepat dan tepat.
Sahat menjelaskan penyakit Demam Babi Afrika ini diduga masuk ke Indonesia melalui daging babi terjangkit virus yang dibawa oleh penumpang, atau terbawa dalam distribusi ilegal. Sejumlah daerah di Papua seperti Nabire dan Timika saat ini dilaporkan masih dihadapkan dengan lonjakan kasus Demam Babi Afrika sejak pertama kali terdeteksi pada Januari 2021.
Adapun strategi penanggulangan itu antara lain; dimulai dari Barantin yang siap menjamin kesehatan komoditas di pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN), mengawasi mutu pangan dan pakan, melakukan disinfeksi di instalasi karantina hewan dan aktif mengedukasi masyarakat terkait penanganan penyakit Demam Babi Afrika.
Begitu juga dengan kementerian dan lembaga lain seperti; Kementerian Pertanian (Kementan) yang siap mengendalikan penyebaran penyakit ASF itu melalui surveilans dan deteksi dini, mempercepat penelitian dan pengembangan vaksin, serta menyediakan serum konvalesen untuk meningkatkan imunitas ternak.
Kementerian Sosial (Kemensos) yang mengambil dua langkah strategis yaitu re-stocking populasi babi untuk membantu peternak dan kemudian mengedukasi masyarakat terdampak. Selanjutnya Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek) yang terus didorong melakukan riset untuk menemukan vaksin demam ASF sebagai solusi jangka panjang.
Terakhir melibatkan Kementerian Perhubungan yang siap untuk terus mengawasi arus transportasi di pelabuhan rakyat, pelabuhan laut, hingga bandara dan menyosialisasikan standar pengangkutan kepada operator alat angkut.
Pengawasan arus keluar masuk moda transportasi ini juga melibatkan personel TNI-Polri, khususnya untuk memperketat pengawasan di perbatasan antara Papua - Papua Nugini, kemudian melakukan operasi penegakan hukum di wilayah itu.
Sahat optimistis penyakit ASF yang sedang mewabah di Papua dapat segera di atasi sehingga tidak menyebar ke daerah lain setelah adanya komitmen pembagian kerja lintas kementerian dan lembaga itu.
Barantin menilai apa yang dilakukan tersebut penting karena meskipun virus ASF tidak menular kepada manusia, tapi dampaknya terhadap ekonomi khususnya peternak cukup signifikan karena tingkat kematian babi yang terinfeksi mencapai 100 persen.
Terlebih, kata dia, Papua bukan daerah pertama karena sebelumnya pemerintah sudah menangani kasus penyakit itu di Bali pada 2019 dan dinilai berhasil sehingga, Bali saat ini sudah menjadi provinsi pemasok daging babi ke sejumlah daerah di Kalimantan dan Sulawesi.