Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof dr Amin Soebandrio W Kusumo, PhD, SpMK(K) mengatakan varian Omicron virus SARS-Cov-2 penyebab COVID-19 bersifat lebih cepat menular dan memiliki kemungkinan lolos pemeriksaan laboratorium berbasis polymerase chain reaction (PCR).
"Omicron lebih cepat menular meski hal itu masih perlu dibuktikan lebih lanjut," katanya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Temuan Omicron di Indonesia, Satgas COVD-19 Bandung perketat prokes
Ia menjelaskan Omicron memiliki kemungkinan lolos dari pemeriksaan laboratorium berbasis PCR karena banyak mutasi di daerah spike varian itu.
Selain itu, kata dia, Omicron tidak memiliki perbedaan gejala klinis yang menonjol dengan varian-varian lain, namun gejala klinis yang disebabkan Omicron pada sebagian besar penderita atau orang yang terinfeksi tergolong tidak berat.
Menurut dia Omicron kemungkinan bisa lolos dari antibodi, baik yang berasal dari pascavaksinasi, pada penyintas atau yang diberikan sebagai terapi.
Baca juga: Inggris catat kematian pertama akibat Omicron
"Itu empat sifat yang dikhawatirkan ada di Omicron ini," katanya.
Hingga saat ini, katanya, Omicron tidak menyebabkan gejala berat. Dibandingkan dengan varian Delta, dari aspek klinisnya varian Omicron memang tidak mengakibatkan gejala lebih berat dan mematikan.
Namun, kata dia, varian Omicron lebih cepat menular dan gejala klinisnya bersifat ringan. Meskipun Omicron menyerang orang yang sudah divaksinasi, tapi gejala klinis yang ditimbulkan bersifat ringan. Secara teoritis, varian itu juga bisa menginfeksi semua umur.
Karena gejala klinisnya ringan, katanya, bisa saja orang yang tidak merasa sakit atau menunjukkan gejala sakit sebenarnya sudah membawa virus itu di dalam tubuhnya dan beraktivitas seperti biasa di tengah masyarakat.
"Itu juga menjadi salah satu faktor pendukung yang menyebabkan penyebaran Omicron lebih cepat bahkan antarnegara," demikian Amin Soebandrio W Kusumo.
Baca juga: Sejauh ini belum ada kematian akibat COVID-19 varian Omicron
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Omicron lebih cepat menular meski hal itu masih perlu dibuktikan lebih lanjut," katanya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Temuan Omicron di Indonesia, Satgas COVD-19 Bandung perketat prokes
Ia menjelaskan Omicron memiliki kemungkinan lolos dari pemeriksaan laboratorium berbasis PCR karena banyak mutasi di daerah spike varian itu.
Selain itu, kata dia, Omicron tidak memiliki perbedaan gejala klinis yang menonjol dengan varian-varian lain, namun gejala klinis yang disebabkan Omicron pada sebagian besar penderita atau orang yang terinfeksi tergolong tidak berat.
Menurut dia Omicron kemungkinan bisa lolos dari antibodi, baik yang berasal dari pascavaksinasi, pada penyintas atau yang diberikan sebagai terapi.
Baca juga: Inggris catat kematian pertama akibat Omicron
"Itu empat sifat yang dikhawatirkan ada di Omicron ini," katanya.
Hingga saat ini, katanya, Omicron tidak menyebabkan gejala berat. Dibandingkan dengan varian Delta, dari aspek klinisnya varian Omicron memang tidak mengakibatkan gejala lebih berat dan mematikan.
Namun, kata dia, varian Omicron lebih cepat menular dan gejala klinisnya bersifat ringan. Meskipun Omicron menyerang orang yang sudah divaksinasi, tapi gejala klinis yang ditimbulkan bersifat ringan. Secara teoritis, varian itu juga bisa menginfeksi semua umur.
Karena gejala klinisnya ringan, katanya, bisa saja orang yang tidak merasa sakit atau menunjukkan gejala sakit sebenarnya sudah membawa virus itu di dalam tubuhnya dan beraktivitas seperti biasa di tengah masyarakat.
"Itu juga menjadi salah satu faktor pendukung yang menyebabkan penyebaran Omicron lebih cepat bahkan antarnegara," demikian Amin Soebandrio W Kusumo.
Baca juga: Sejauh ini belum ada kematian akibat COVID-19 varian Omicron
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021