Harga sejumlah kebutuhan pokok di Kota Putussibau wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat mengalami kenaikan pada bulan Ramadhan, diantaranya seperti telur ayam, yang semula hanya Rp1.500/butir, naik menjadi Rp1.600 hingga Rp2.000/butir di pasaran.
Selain itu, harga cabai rawit, juga mengalami kenaikan, yang semula hanya Rp80 ribu/kilogram, naik menjadi Rp90 ribu hingga Rp100 ribu/kilogram.
“Memang ada beberapa komoditi mengalami kenaikan harga, tetapi masih hal yang wajar,” kata Sekretaris Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kapuas Hulu Dedy, di Putussibau Kapuas Hulu, Selasa.
Baca juga: Selama Ramadhan, stok telur ayam di Kalbar aman
Disampaikan Dedy, kenaikan harga sejumlah sembako di Putussibau disebabkan karena kenaiakan Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga hal tersebut juga berdampak terhadap biaya angkut barang dari Pontianak ke Putussibau.
Meski pun demikian, untuk ketersediaan sembako di Kapuas Hulu masih mencukupi hingga Idul Fitri mendatang.
“Stok sembako kita masih aman, tetapi memang kenaikan BBM berpengaruh juga terhadap kenaikan harga sejumlah sembako,” kata dia.
Baca juga: Pemusnahan 38.880 butir produk hewan ilegal amanah Perda
Dikatakan Dedy, ketersediaan dan kenaikan harga sejumlah sembako juga menjadi pembahasan dalam rapat tim pengendalian inflasi daerah, termasuk juga yang berkaitan dengan minyak goreng.
“Saat ini yang tersedia minyak goreng kemasan dengan harga pasaran, sedangkan minyak goreng curah masih kosong,” jelasnya.
Dia mengatakan Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu akan berupaya melakukan operasi pasar murah untuk membantu masyarakat. Hanya saja yang menjadi kendala untuk minyak goreng curah stok di Kalbar masih kosong.
“Saya rasa untuk kenaikan harga sembako masih wajar, belum ada kenaikan yang siginfikan, kecuali memang minyak goreng yang terjadi secara nasional, bukan hanya di Kapuas Hulu,” kata Dedy.
Baca juga: Pemusnahan 38.880 butir telur ilegal sesuai amanah Perda
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kapuas Hulu Abdurrasyid mengatakan kenaikan harga cabai di pasaran hanyalah permainan dagang, sebab untuk cabai di Kapuas Hulu surplus.
Namun, ada beberapa penampung cabai membeli langsung ke petani dengan harga yang murah dari luar Kapuas Hulu seperti Sintang dan Pontianak.
“Kenapa harga cabai kita di Putussibau mahal, karena pedagang kita membeli cabai itu dari Sintang dan Pontianak, padahal cabai itu berasal dari Kapuas Hulu, yang di jual kembali dengan harga yang cukup tinggi,” katanya.
Kedepannya, kata Abdurrasyid akan melakukan pembinaan khusus, untuk memutus rantai permainan dagang para pengumpul cabai (tengkulak), sehingga harga cabai kembali stabil.
Baca juga: 38.880 telur ilegal asal Jawa Timur dimusnahkan
Baca juga: Pentingnya menilai cadangan ovarium dalam program bayi tabung
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022