Mahasiswa Kabupaten Ketapang menilai keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) kurang tepat.
"Kami mahasiswa menawarkan sebagai solusi, harusnya dipastikan agar tepat sasaran oleh tiap Pertamina, Pemerintah Daerah dan pihak berwenang lainnya," kata Sajimin Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ketapang, Senin.
Menurut dia, tentunya ada tugas Pertamina dan kepala wilayah yang bisa memastikan agar penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran. "Jadi saya rasa ini yang harus benar ditekankan melalui regulasi atau kebijakan bukan malah menaikkan harga BBM," lanjut Sajimin.
Ia menegaskan naiknya harga BBM menimbulkan kisruh bahkan bukan hanya di Jakarta tapi hampir di seluruh Indonesia. "Bahkan bukan hanya mahasiswa dan pemuda melakukan aksi, para buruh juga sangat banyak. Mereka sama menolak kenaikan harga BBM yang sejak kemarin," tegas Sajimin.
Terkait dengan kenaikan harga BBM itu, sejumlah mahasiswa dan pemuda dari berbagai organisasi di Ketapang akan melakukan aksi damai menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Besok rencananya, diperkirakan ratusan peserta aksi," katanya lagi.
Ia mengungkapkan aksi ini diikuti beberapa organisasi mahasiswa, organisasi kepemudaan dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Haudl. Terkecuali BEM Politeknik Ketapang tidak ikut.
Dia mengatakan, di antara yang ikut aksi yakni Persatuan Mahasiswa Kendawangan (PMK), Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) dan Matan Diskusi Clup (MDC). Kemudian Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Dia menambahkan, aksi tersebut murni dari suara mereka sebagai mahasiswa dengan membawa kepentingan masyarakat. Jadi tidak ada ditunggangi pihak mana pun bahkan aksi serupa juga akan dilakukan di seluruh Indonesia.
"Kami melihat ada kebijakan Pemerintah yang memang tidak sepihak kepada masyarakat. Terutama yang menjadi fokus itu adalah kenaikan harga BBM pada 3 September kemarin," lanjutnya.
Sajimin menjelaskan kenaikan harga BBM subsidi dikhawatirkan berdampak pada bahan pokok lainnya. Jika BBM naik maka bahan pokok lainnya juga ikut naik. Hal inilah yang disuarakan mahasiswa sebagai agent of control.
"Sedangkan saat ini masyarakat Indonesia baru mulai pulih dari kelumpuhan total dampak COVID-19. Jadi rasanya tidak tepat pemerintah memberikan alasan karena inflasi dan segala macam lalu menaikkan harga BBM," kata dia.
Sajimin menilai menaikkan harga BBM bukan solusi untuk mengatasi kurang tepatnya penyaluran BBM subsidi kepada masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Kami mahasiswa menawarkan sebagai solusi, harusnya dipastikan agar tepat sasaran oleh tiap Pertamina, Pemerintah Daerah dan pihak berwenang lainnya," kata Sajimin Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ketapang, Senin.
Menurut dia, tentunya ada tugas Pertamina dan kepala wilayah yang bisa memastikan agar penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran. "Jadi saya rasa ini yang harus benar ditekankan melalui regulasi atau kebijakan bukan malah menaikkan harga BBM," lanjut Sajimin.
Ia menegaskan naiknya harga BBM menimbulkan kisruh bahkan bukan hanya di Jakarta tapi hampir di seluruh Indonesia. "Bahkan bukan hanya mahasiswa dan pemuda melakukan aksi, para buruh juga sangat banyak. Mereka sama menolak kenaikan harga BBM yang sejak kemarin," tegas Sajimin.
Terkait dengan kenaikan harga BBM itu, sejumlah mahasiswa dan pemuda dari berbagai organisasi di Ketapang akan melakukan aksi damai menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Besok rencananya, diperkirakan ratusan peserta aksi," katanya lagi.
Ia mengungkapkan aksi ini diikuti beberapa organisasi mahasiswa, organisasi kepemudaan dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Haudl. Terkecuali BEM Politeknik Ketapang tidak ikut.
Dia mengatakan, di antara yang ikut aksi yakni Persatuan Mahasiswa Kendawangan (PMK), Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) dan Matan Diskusi Clup (MDC). Kemudian Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Dia menambahkan, aksi tersebut murni dari suara mereka sebagai mahasiswa dengan membawa kepentingan masyarakat. Jadi tidak ada ditunggangi pihak mana pun bahkan aksi serupa juga akan dilakukan di seluruh Indonesia.
"Kami melihat ada kebijakan Pemerintah yang memang tidak sepihak kepada masyarakat. Terutama yang menjadi fokus itu adalah kenaikan harga BBM pada 3 September kemarin," lanjutnya.
Sajimin menjelaskan kenaikan harga BBM subsidi dikhawatirkan berdampak pada bahan pokok lainnya. Jika BBM naik maka bahan pokok lainnya juga ikut naik. Hal inilah yang disuarakan mahasiswa sebagai agent of control.
"Sedangkan saat ini masyarakat Indonesia baru mulai pulih dari kelumpuhan total dampak COVID-19. Jadi rasanya tidak tepat pemerintah memberikan alasan karena inflasi dan segala macam lalu menaikkan harga BBM," kata dia.
Sajimin menilai menaikkan harga BBM bukan solusi untuk mengatasi kurang tepatnya penyaluran BBM subsidi kepada masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022