Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Kalbar, Agus Chusaini menyampaikan bahwa butuh dukungan semua pihak dalam mengendalikan inflasi yang saat ini cenderung mengalami tren kenaikan.

"Sepanjang 2022 inflasi mengalami tren kenaikan kecuali Agustus 2022 saja yang mengalami deflasi. Namun baru saja mulai pulih dan kini tantangan baru hadir yakni penyesuaian harga bahan bakar minyak," ujarnya di Pontianak, Kamis.

Ia menjelaskan bahwa saat ini inflasi Kalbar 4,43 persen (yoy) dan angka tersebut sudah di atas target maksimal inflasi yakni 4 persen (yoy).

"Dengan potret yang ada memang butuh dukungan dan kolaborasi semua pihak baik dari pemerintah yang tergabung dalam TPID maupun swasta dan masyarakat itu sendiri," jelas dia.

Pihaknya tetap optimis dengan semangat bersama dan bahu membahu inflasi terkendali baik melalui pasar murah dan memperbanyak produksi atau masa tanam.

"Penting juga dijaga rantai pasok barang, jangan sampai harga barang tinggi dan barangnya tidak ada. Kondisi inflasi yang tinggi ini tidak terlepas dari kondisi global seperti geopolitik dan semoga perang antara Rusia dan Ukraina mereda. Kemudian jangan sampai terjadi lagi perang antara Taiwan dan China," ucapnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Tanjupura Pontianak, Prof Eddy Suratman menilai bahwa perlu kerja luar biasa dalam pengendalian inflasi saat ini.

"Saat ini butuh usaha di luar yang biasa dan kerja luar biasa untuk mengendalikan inflasi. Saya punya asumsi inflasi kita bisa saja 5 - 7 persen kalau tidak bekerja dengan luar bisa. Tantangannya karena kenaikan bahan bakar minyak dampak geopolitik luar negeri," kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022