Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalbar terus gencar melakukan sosialisasi penggunaan uang rupiah hingga ke kawasan perbatasan sebagai upaya menjaga kedaulatan negara karena rupiah adalah simbol kedaulatan negara.

"Saat ini kami masih melakukan kegiatan preemptive melalui kegiatan sosialisasi terkait penggunaan uang rupiah atau lebih khususnya cinta, bangga dan paham rupiah," ujar Kepala Seksi Kehumasan KPw BI Kalbar, Dimas P. Wardana di Pontianak, Senin.

Ia menambahkan bahwa upaya sosialisasi berkelanjutan dan berkoordinasi dengan Pemda dan industri baik perbankan dan penyelenggara KUPVA  (Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing) di wilayah perbatasan juga terus dimaksimalkan.

"Sosialisasi berkelanjutan dan berkoordinasi dengan Pemda dan industri terus dijalin di antaranya di PLBN Entikong dan PBLN lain, minimal satu tahun sekali melalui berbagai skema seperti kas keliling, publikasi dan sosialisasi langsung," ucapnya.

Terkait praktek adanya penggunaan mata uang bukan rupiah di perbatasan berdasarkan informasi yang didapat terjadi karena jauhnya lokasi money changer atau KUPVA terdekat, bukan karena uang rupiah tidak tersedia.

"Kemudian pekerja migran yang mendapatkan penghasilan dalam ringgit lebih memilih langsung menggunakan ringgit tersebut untuk bertransaksi dibanding menukarkan terlebih dahulu menjadi rupiah," jelas dia.

Sementara itu, dari data di lapangan pantauan ANTARA, mata uang luar di kawasan Jagoi Babang yang merupakan daerah perbatasan, Bengkayang - Malaysia masih ditemukan di masyarakat hingga kini untuk transaksi di daerah mereka selain mata uang resmi negara rupiah.

“Kami di daerah ini kalau belanja tak ada uang rupiah bisa pakai ringgit. Harga barang yang dibeli akan menyesuaikan nilai tukar rupiah terhadap ringgit,” ujar Mukhtar, seorang warga Jagoi Babang.

Pewarta: Dedi/ Evy R. S

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022