Dokter Umum RS Sari Asih Karawaci, Kota Tangerang Fadli Ambara mengatakan kerokan atau yang dikenal dengan scraping treatment menyebabkan pembuluh darah melebar dan membantu proses peradangan atau inflamas, sehingga ketika merasa pegal akan berkurang.

“Faktanya, pada proses pengerokan, pembuluh darah yang dikerok akan melebar, sehingga banyak oksigen yang melalui pembuluh darah, dan itu membantu proses peradangan atau inflamasi. Jadi, semisal pegal-pegal kemudian dikerok, memang dapat mengurangi rasa pegalnya,” kata dr Fadli Ambara dalam keterangannya di Tangerang Kamis.

Baca juga: Cara meredakan rasa pegal tanpa pijat

Proses pengerokan pun, lanjutnya, akan mengubah biomolekuler yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan perubahan di dalam tubuh. Salah satu perubahan yang terjadi adalah peningkatan suhu tubuh yang menjadi lebih hangat, sehingga menimbulkan efek nyaman, adanya peningkatan imunitas terhadap infeksi serta rasa nyaman setelah di kerok.

“Nah, efek-efek tersebut yang menyebabkan banyak masyarakat yang masih memilih dikerok, karena timbul sensasi nyaman dan rileks setelah di kerok,” katanya.

Meski ada beberapa efek baik, kata Fadli, kerokan juga memiliki efek samping yang kurang baik, yaitu membuat kulit menjadi lecet. Tetapi, kerusakan kulit tersebut, hanya pada bagian kulit atas saja (stratum Corneum) yang pada dasarnya memang akan mati dengan sendirinya (ganti kulit).

Scraping treatment atau kerokan itu memang bisa jadi salah satu alternatif untuk mengurangi gejala pegal-pegal, kembung atau sering disebut masuk angin. Hanya saja, jika gejalanya berlanjut harus segera periksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat,” kata dia.

Ia menuturkan masyarakat seringkali mengeluh sakit akibat masuk angin, seperti perut melilit, mual, badan tidak enak, panas dingin, pusing, dan sering sendawa.

Baca juga: Golkar minta Pemkot Surabaya tunda buka spa dan panti pijat

Banyak cara yang dipilih, di antaranya dengan kerokan, meskipun sebenarnya tidak ada istilah sakit karena masuk angin. Kerokan dipilih sebagian masyarakat karena mudah, murah, cepat dan mungkin efektif.

"Tetapi, jika masuk angin adalah termasuk masalah kesehatan yang bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya, namun jika mengalaminya tentu sangat mengganggu aktivitas," katanya.

Baca juga: Hotel Maestro kembali buka layanan Spa dan pijat
 
 

Para peneliti dari Northwestern University di Amerika Serikat menemukan bahwa peradangan yang dipercepat oleh pola makan mengganggu jam tubuh, berpotensi menyebabkan gangguan tidur. 

Para peneliti menentukan bahwa baik peradangan maupun jam tubuh dipengaruhi oleh faktor genetik yang sama, yang disebut NF-kappa beta (NFKB).

Dengan memicu serangkaian reaksi berantai di dalam tubuh, NFKB menyebabkan rasa sakit dan kerusakan jaringan yang terkait dengan penyakit radang, seperti radang sendi, misalnya. Menurut para peneliti, NFKB juga memengaruhi jam tubuh, menurut laporan bustle, Jumat (2/11)

Baca juga: Peradangan yang dipercepat pola makan berpotensi gangguan tidur

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022