Empat orang turis merupakan wisatawan dari Benua Eropa tepatnya berasal dari Republik Ceko menjelajahi hutan belantara pulau Kalimantan, dengan berjalan kaki selama tujuh hari dari Desa Tanjung Lokang Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat hingga menembus Kecamatan Tiong Ohan Provinsi Kalimantan Timur.

Perjalanan para turis itu diawali dari Putussibau ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu yaitu sebuah kota kecil yang berada di bagian wilayah timur Provinsi Kalimantan Barat, yang juga dikenal dengan sebutan heart of borneo.  

Kabupaten Kapuas Hulu tidak asing lagi di mata dunia, kabupaten yang berbatasan langsung dengan Negara Sarawak Malaysia itu merupakan kabupaten konservasi serta memiliki dua taman nasional yaitu Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum.

Pemandu wisata atau guide asal Kapuas Hulu Oddi Donovan, kepada ANTARA, di Putussibau, Minggu mengatakan beberapa alasan para wisatawan mancanegara tertarik berwisata ke Kapuas Hulu yakni dikarenakan panorama alamnya yang masih sangat natural betul-betul alami serta kearifan lokal masyarakat yang sangat kental dengan adat istiadat serta budaya, yang hingga saat ini masih terjaga dan dilestarikan.

"Saya beberapa kali sudah memandu wisatawan mancanegara termasuk wisatawan dari Eropa itu, mereka (turis) sangat terkesan dengan keindahan alam kita, masyarakat yang ramah serta masih menjaga adat dan budaya warisan leluhur, tentu itu menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan asing," kata Oddi Donovan.

Dia pun menceritakan perjalannya saat mendampingi empat orang wisatawan dari Benua Eropa yang menghabiskan waktunya selama sepekan berjalan kaki menapaki hutan belantara pulau Kalimantan.

Menurut Oddi, mereka memulai perjalanan wisata dari Kota Putussibau menggunakan loang boat memecah derasnya riam hulu sungai Kapuas menuju Desa Tanjung Lokang yang berada di daerah pedalaman Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.

Hulu sungai Kapuas yang berdindingkan batu-batu terjal dan dikelilingi bukit serta arus deras (riam) memiliki sensasi tersendiri bagi wisatawan asing, bahkan sesekali percikan air membasahi para wisatawan yang duduk dalam sebuah perahu bodi panjang (loang boat) dengan mesin speed 40 PK.

"Saya melihat raut wajah para turis itu sangat senang, mereka takjub dengan keindahan alam kita, mereka sangat terkesan bahkan sesekali mengabadikan momen perjalanan saat menyusuri hulu sungai Kapuas dengan sebuah camera digital," katanya.

Dikatakan Oddi, untuk menuju Desa Tanjung Lokang ada beberapa riam yaitu yang pertama Hamatub, riam dan yang cukup deras salah satunya riam Bakang, kemudian ada juga riam Harurui, hingga akhirnya sampai di Tanjung Lokang, sebuah perkampungan yang dihuni masyarakat Suku Dayak Punan Hovongan.

"Saat sampai di Tanjung Lokang para turis itu juga terkesan dengan keramahan masyarakat Suku Dayak Punan," ucapnya.

Dia berharap agar kelestarian alam dan seni budaya yang merupakan kearifan lokal di Kabupaten Kapuas Hulu terus dilestarikan, karena Kapuas Hulu sangat kaya akan sumber daya alam dan seni budaya.

Bahkan salah satu daerah yang juga sudah dikenal dunia yaitu Sungai Utik, Kecamatan Embaloh Hulu, dimana masyarakat komitmen menjaga kelestarian alam, sehingga tidak sedikit wisatawan mancanegara yang berkunjung ke daerah tersebut.

"Sungai Utik itu sudah mendapatkan penghargaan dari PBB terkait kelestarian alam dan kearifan lokal yang sampai saat ini di jaga oleh masyarakat," katanya.
Perjalanan turis asal Eropa menikmati panorama alam Hulu Kapuas di Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. ANTARA/HO-Oddi Donovan. (Teofilusianto Timotius)

Pewarta: Teofilusianto Timotius

Editor : Evi Ratnawati


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023