Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat bersama Yayasan Farmer Initiatives for Ecological Livelihoods and Democracy (FIELD) menjalankan program menanam tanpa membakar atau sering dikenal dengan pertanian ramah lingkungan.

"Hari ini kita menerima kunjungan dari Yayasan FIELD Indonesia di mana ini merupakan kunjungan kedua mereka. Ada pun tujuan kunjungan ini adalah dalam rangka melaporkan kegiatan yang diusung Yayasan FIELD Indonesia, yakni untuk mensosialisasikan program menanam tanpa membakar atau sering dikenal dengan pertanian ramah lingkungan," kata Gubernur Kalbar Sutarmidji di Pontianak, Senin.

Sutarmijdi mengatakan, Provinsi Kalimantan Barat sangat berisiko untuk selalu terjadi kebakaran hutan dan lahan( Karhutla), hal ini dikarenakan potensi gambut yang sangat besar yang dimiliki oleh provinsi paling Barat pulau Kalimantan ini.

Tak dipungkiri, pembakaran lahan untuk bercocok tanam yang sudah menjadi tradisi masyarakat pada beberapa wilayah di Indonesia yang menimbulkan berbagai dampak baik dari segi ekosistem dan ketahanan lingkungan, hingga kesehatan. Tidak hanya itu, dari aspek perekonomian juga berpengaruh yakni misalnya dari aspek transportasi udara, dimana dapat sangat mengganggu jarak pandang penerbangan pesawat terbang.

"Kami mengapresiasi langkah Yayasan FIELD Indonesia ini, karena di Kalimantan Barat memang ini menjadi salah satu ancaman yang kerap kali kita hadapi, mengingat Kalbar ini  lahan gambutnya banyak. Saya selalu memonitor terkait pembakaran lahan ini dan saya juga telah mengambil langkah untuk mencabut izin usaha apabila perusahaan tersebut membuka lahan dengan cara dibakar, karena ini merusak kelangsungan ekosistem kita," tuturnya.

Dirinya menambahkan, ada beberapa solusi yang bisa ditawarkan kepada masyarakat, agar tetap dapat bercocok tanam tanpa harus membakar. Contohnya di wilayah Pontianak Utara, dimana disana merupakan sentra penghasil lidah buaya tersebar di Kalbar bahkan Indonesia.

"Kita lihat di Pontianak Utara, disana bisa kita jadikan contoh, bertani tanpa membakar dan hasilnya cukup menjanjikan yakni dengan bercocok tanam lidah buaya. Kemudian, Kalbar ini juga punya potensi dalam pemanfaatan lahan gambut," katanya.

Baca juga: Sensus Pertanian 2023 demi akurasi kebijakan

Misalnya, lanjut dia, dengan menanam keladi Bentoel atau pun sawi. Memang sederhana, tapi kebutuhan pasarnya tinggi. Masyarakat harus jeli, kita juga harus memberikan pemahaman dan perhitungan yang matang. Jangan sampai langkah yang kita ambil selaku pemangku kebijakan malah menurunkan produktivitas dari pertanian yang mereka kelola.

Ia berharap langkah positif ini dapat menjadi motivasi kepada semua lapisan, untuk bersama dan ikut mendukung program pertanian ramah lingkungan sebagaimana yang digaungkan oleh Yayasan FIELD Indonesia ini.

"Mari bersama, kita jaga alam kita. Semoga program ini bisa sukses kedepannya dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita," katanya.

Di tempat yang sama, Ida, dari ACCOR Foundation, Hongkong merasa sangat senang karena bisa berbincang langsung dengan orang nomor satu di Kalbar ini.

"Kami sangat terkejut, disambut dengan hangat oleh Pak Gubernur dan beliau membuka ruang diskusi yang menambah wawasan bagi kami. Beliau juga menyampaikan kepada kami hal yang yang tak pernah kami temui di tempat lain," kata dia.

Sebagai yayasan yang bergerak di bidang peduli lingkungan, Ida berharap dapat bekerja sama dengan Pemprov Kalbar untuk menuntaskan ini, yaitu pertanian ramah lingkungan, Karhutla dan perubahan iklim.

Baca juga: Dinas TPH Kalbar lakukan memitigasi dampak El Nino terhadap pertanian

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023