Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bekerja sama dengan Universitas Mulawarman (Unmul) melakukan kajian untuk mengetahui potensi obat dan nutrisi yang ada pada berbagai jenis tumbuhan pakan orang utan di bentang alam Wehea-Kelay, Kalimantan Timur (Kaltim).
Keunikan perilaku orang utan yang tinggal di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat memiliki keunikan tersendiri yang, menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap hewan mamalia yang memiliki nama latin pongo pygmaeus, tersebut.
Kepala Unit pengelolaan stasiun riset Cabang Panti Taman Nasional Gunung Palung Endro Setiawan mengatakan hal yang menarik dari orang utan karena memiliki sistem reproduksi yang sangat unik sekali, yaitu hanya mengandung dan melahirkan 6- 9 tahun sekali, padahal orang utan betina dan jantan sering melakukan perkawinan usai melahirkan.
Selain itu usia kandungan hewan mamalia yang satu ini, juga memiliki kemiripan dengan manusia yaitu berkisar 9 bulan 10 hari lamanya.
“Padahal mereka tidak seperti kita ada program KB, yang bisa kita rencanakan kapan kita ingin memiliki anak. Sehingga hal itu pun mempengaruhi populasi orang utan yang grafis nya cenderung lamban,” kata Endro saat dihubungi di Sukadana, Senin.
Setelah melakukan persalinan Orang utan betina juga memakan umbut rotan tertentu, yang diduga untuk ramuan alami orangutan betina usai melahirkan.
Dalam hal tingkah laku, orang utan betina juga mengajarkan kepada anaknya tentang cara membuat sarang dan mencari makan selama 6-9 tahun sebelum memiliki anak lagi agar anak orang utan tersebut bisa hidup mandiri. Baca selengkapnya: Keunikan orang utan jadi daya tarik peneliti
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Kami mengatakan tumbuhan yang dimakan oleh orang utan dan telah mengidentifikasi 120 jenis tumbuhan yang memberikan manfaat kesehatan bagi manusia," kata Manajer Program Terestrial YKAN Edy Sudiyono dalam sebuah diskusi bertajuk "Thought Leadership Forum" di Jakarta, Selasa.
Edy menuturkan ada 1.666 jenis tumbuhan yang dikonsumsi orang utan. Hasil kajian ilmiah membuktikan sejumlah tumbuhan pakan orang utan tersebut merupakan tumbuhan obat yang acap kali dikonsumsi manusia.
Bentang Alam Wehea-Kelay merupakan salah satu habitat penting bagi flora dan fauna di Kalimantan. Kawasan itu merupakan habitat bagi sekitar 1.200 individu orang utan (Pongo Pygmaeus Morio) Kalimantan dan lebih dari 1.500 jenis flora dan fauna.
Sejak 2003 YKAN menjalin kerja sama dengan masyarakat lokal dan pemerintah membangun pengelolaan kolaboratif di kawasan Hutan Lindung Wehea.
"Tumbuh-tumbuhan yang dikonsumsi orang utan berpotensi menjadi sumber plasma nutfah bagi kajian dan pengembangan untuk tanaman obat dan pangan manusia," katanya.
Baca juga: Otorita IKN kembangkan pusat suaka orang utan di Kaltim
Baca juga: Otorita IKN kembangkan pusat suaka orang utan di Kaltim
Peneliti dari Fakultas Kehutanan Unmul Irawan Wijaya Kusuma mengungkapkan dari 59 jenis tumbuhan pakan orang utan yang diteliti, ternyata lebih dari 50 persen dari jenis tumbuhan itu juga digunakan secara tradisional oleh manusia.
Menurutnya, jenis tumbuhan tersebut digunakan sebagai anti luka, anti infeksi dan peradangan, suplemen, serta berbagai penggunaan lain. Bahkan temuan terbaru dari hasil resit menunjuk tumbuhan pakan orang utan bisa dimanfaatkan sebagai produk nutrisi, obat, hingga kosmetik.
"Salah satu jenis tumbuhan pakan orang utan adalah Macarangan Conifera, tumbuhan itu cepat tumbuh dan sering disebut gulma. Di China, tumbuhan itu bahkan dipakai untuk minuman dan makanan kesehatan," kata Irawan.
Macaranga Conifera secara umum digunakan sebagai obat tradisional, antara lain untuk obat demam dan batuk, anti peradangan, obat diare, dan sariawan.
Hasil kajian ilmiah mengungkapkan tumbuhan itu memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, sehingga berpeluang digunakan untuk membantu terapi penyakit degeneratif seperti kanker.
Baca juga: BKSDA evakuasi dua orang utan dari permukiman warga SeruyanMacaranga Conifera secara umum digunakan sebagai obat tradisional, antara lain untuk obat demam dan batuk, anti peradangan, obat diare, dan sariawan.
Hasil kajian ilmiah mengungkapkan tumbuhan itu memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, sehingga berpeluang digunakan untuk membantu terapi penyakit degeneratif seperti kanker.
Keunikan perilaku orang utan yang tinggal di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat memiliki keunikan tersendiri yang, menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap hewan mamalia yang memiliki nama latin pongo pygmaeus, tersebut.
Kepala Unit pengelolaan stasiun riset Cabang Panti Taman Nasional Gunung Palung Endro Setiawan mengatakan hal yang menarik dari orang utan karena memiliki sistem reproduksi yang sangat unik sekali, yaitu hanya mengandung dan melahirkan 6- 9 tahun sekali, padahal orang utan betina dan jantan sering melakukan perkawinan usai melahirkan.
Selain itu usia kandungan hewan mamalia yang satu ini, juga memiliki kemiripan dengan manusia yaitu berkisar 9 bulan 10 hari lamanya.
“Padahal mereka tidak seperti kita ada program KB, yang bisa kita rencanakan kapan kita ingin memiliki anak. Sehingga hal itu pun mempengaruhi populasi orang utan yang grafis nya cenderung lamban,” kata Endro saat dihubungi di Sukadana, Senin.
Setelah melakukan persalinan Orang utan betina juga memakan umbut rotan tertentu, yang diduga untuk ramuan alami orangutan betina usai melahirkan.
Dalam hal tingkah laku, orang utan betina juga mengajarkan kepada anaknya tentang cara membuat sarang dan mencari makan selama 6-9 tahun sebelum memiliki anak lagi agar anak orang utan tersebut bisa hidup mandiri. Baca selengkapnya: Keunikan orang utan jadi daya tarik peneliti
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023