Desa Sendoyan, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat membuktikan bahwa penanganan stunting atau kekerdilan bisa dilakukan dari tingkat desa menyusul ditetapkannya desa di perbatasan Indonesia-Malaysia itu sebagai duta penurunan stunting.
Desa Sendoyan pada beberapa waktu lalu menjadi lokasi fokus (lokus) penurunan stunting, tetapi kini menjadi duta penurunan prevalensi stunting di tingkat Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas.
"Desa Sendoyan pernah menjadi lokus penangan stunting 2019 di Kabupaten Sambas karena tingginya angka stunting. Kini dengan upaya yang ada, saya diangkat menjadi duta penanganan stunting di Kecamatan Sejangkung," ujar Kepala Desa Sendoyan, Juliansyah saat dihubungi di Sambas, Rabu.
Ia menjelaskan pada 2019 prevalensi stunting balita dari usia 0-59 bulan di desa itu mencapai 31,73 persen. Namun kini dengan sejumlah program intervensi, angka prevalensi stunting hingga Februari 2023 telah menjadi 13,45 persen.
"Bersyukur angka stunting dengan sejumlah program berhasil diturunkan signifikan. Ini terus kami tekan. Tentu semua butuh dan kerja sama semua pihak," kata dia.
Ia menjelaskan sejak dinyatakan sebagai lokus penangan stunting pada 2019 lalu, Pemerintah Desa Sendoyan konsisten mengintervensi penanganan kasus stunting yang ada melalui dana desa, di antaranya memberikan makanan tambahan rutin di Pos Gizi Balita.
Kemudian mengembangkan ternak burung puyuh, budidaya ikan lele, budidaya padi Inpari Nutrizinc, pemberian air soya (susu kedelai) dan peningkatan kapasitas kader kesehatan desa.
"Tidak kalah menjadi perhatian kami yakni juga dibarengi bangunan fisik berupa WC umum dan penyediaan air bersih," kata dia.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Sambas menyatakan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukkan angka prevalensi stunting di kabupaten setempat mengalami penurunan sebesar 2,1 persen dari tahun sebelumnya.
"Berkat kerja sama semua komponen, angka stunting di Kabupaten Sambas 2023 turun 2,1 persen dibandingkan 2021. Walaupun ada penurunan angka stunting harus tetap ada percepatan penurunan lebih signifikan lagi," kata Bupati Sambas Satono.
Ia menjelaskan bahwa angka stunting Sambas pada 2021 sebesar 32,6 persen dan 2022 menjadi 30,1 persen. Bila dilihat dari potensi yang ada dan kerja sama semua pihak yang sudah baik, penurunan yang bisa dicapai bukan hanya 14 persen, tapi bisa menurunkan stunting hingga menjadi 10 persen.
"Sambas ini penduduknya terbanyak kedua setelah Kota Pontianak, kita bersama-sama inginkan dari banyaknya penduduk ini akan lahir manusia yang berbobot dan berkualitas, tidak ada lagi ada stunting," kata Bupati Satono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Desa Sendoyan pada beberapa waktu lalu menjadi lokasi fokus (lokus) penurunan stunting, tetapi kini menjadi duta penurunan prevalensi stunting di tingkat Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas.
"Desa Sendoyan pernah menjadi lokus penangan stunting 2019 di Kabupaten Sambas karena tingginya angka stunting. Kini dengan upaya yang ada, saya diangkat menjadi duta penanganan stunting di Kecamatan Sejangkung," ujar Kepala Desa Sendoyan, Juliansyah saat dihubungi di Sambas, Rabu.
Ia menjelaskan pada 2019 prevalensi stunting balita dari usia 0-59 bulan di desa itu mencapai 31,73 persen. Namun kini dengan sejumlah program intervensi, angka prevalensi stunting hingga Februari 2023 telah menjadi 13,45 persen.
"Bersyukur angka stunting dengan sejumlah program berhasil diturunkan signifikan. Ini terus kami tekan. Tentu semua butuh dan kerja sama semua pihak," kata dia.
Ia menjelaskan sejak dinyatakan sebagai lokus penangan stunting pada 2019 lalu, Pemerintah Desa Sendoyan konsisten mengintervensi penanganan kasus stunting yang ada melalui dana desa, di antaranya memberikan makanan tambahan rutin di Pos Gizi Balita.
Kemudian mengembangkan ternak burung puyuh, budidaya ikan lele, budidaya padi Inpari Nutrizinc, pemberian air soya (susu kedelai) dan peningkatan kapasitas kader kesehatan desa.
"Tidak kalah menjadi perhatian kami yakni juga dibarengi bangunan fisik berupa WC umum dan penyediaan air bersih," kata dia.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Sambas menyatakan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukkan angka prevalensi stunting di kabupaten setempat mengalami penurunan sebesar 2,1 persen dari tahun sebelumnya.
"Berkat kerja sama semua komponen, angka stunting di Kabupaten Sambas 2023 turun 2,1 persen dibandingkan 2021. Walaupun ada penurunan angka stunting harus tetap ada percepatan penurunan lebih signifikan lagi," kata Bupati Sambas Satono.
Ia menjelaskan bahwa angka stunting Sambas pada 2021 sebesar 32,6 persen dan 2022 menjadi 30,1 persen. Bila dilihat dari potensi yang ada dan kerja sama semua pihak yang sudah baik, penurunan yang bisa dicapai bukan hanya 14 persen, tapi bisa menurunkan stunting hingga menjadi 10 persen.
"Sambas ini penduduknya terbanyak kedua setelah Kota Pontianak, kita bersama-sama inginkan dari banyaknya penduduk ini akan lahir manusia yang berbobot dan berkualitas, tidak ada lagi ada stunting," kata Bupati Satono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023