Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat waspada gelombang tinggi hingga empat meter yang berpotensi terjadi di sejumlah wilayah perairan Indonesia pada 26-27 September 2023.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim, BMKG, Eko Prasetyo di Jakarta, Selasa menyampaikan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari tenggara-barat daya dengan kecepatan angin berkisar 8-25 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 10-25 knot.
"Kecepatan angin tertinggi terpantau di Selat Malaka bagian utara, Laut Natuna Utara, Laut Maluku, perairan Yos Sudarso, perairan Merauke dan Laut Arafuru bagian timur," paparnya.
Kondisi itu, lanjutnya, menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di Selat Malaka, perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan barat P. Simeulue-Kepulauan Nias, Selat Sumba, Selat Sape bagian selatan, perairan Pulau Sawu-Kupang-Pulau Rotte, Laut Sawu, Selat Ombai, perairan selatan Flores, Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Anambas-Kepulauan Natuna, Laut Natuna, Selat Karimata.
Kemudian, Laut Jawa, perairan Selatan Kalimantan, perairan Kotabaru, perairan Balikpapan, Selat Makassar bagian tengah dan selatan, Laut Bali, perairan timur Wakatobi, perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud, perairan Kepulauan Sitaro, perairan Bitung-Likupang, perairan selatan Sulawesi Utara, Laut Maluku, perairan Halmahera, Laut Halmahera, Laut Seram, perairan Pulau Buru, Laut Banda, perairan selatan Babar-Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kai-Kep. Aru, perairan Fak Fak-Kaimana, perairan Sorong bagian selatan, perairan Biak, Laut Arafuru, Samudra Pasifik Utara Papua Barat-Papua.
Untuk gelombang lebih tinggi di kisaran 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Mentawai-Barat Lampung, Samudra HIndia Barat Kepulauan Nias-Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten-Jawa Timur, perairan selatan Bali-Sumba, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan Banten-Sumba, Samudra Pasifik Utara Halmahera.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," kata Eko Prasetyo.
Kepala Divisi Kajian dan Kampanye Walhi Kalbar, Hendrikus Adam mengatakan sebanyak 7.376 hot spot (titik panas) terpantau pada 235 konsesi sawit dan HTI di Kalimantan Barat sepanjang bulan Agustus 2023, namun masih nihil proses hukum terhadap penanggung jawab usaha yang diduga terjadi kebakaran pada konsesinya.
"Secara praktik nihil-nya proses hukum terhadap penanggung jawab usaha yang diduga terjadi kebakaran pada konsesinya bagi kami sangat tidak biasa dan ada kesan terjadi pembedaan perlakuan. Sementara warga yang diduga terlibat karhutla justru lebih sigap diproses hukum dan hal ini kami nilai justeru menjadi presenden buruk bagi upaya penegakan hukum terkait karhutla di Kalimantan Barat saat ini," kata Adam di Pontianak, Minggu. Baca berita selengkapnya: Walhi : 7.376 titik api di 235 konsesi sawit dan HTI di Kalbar
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Kepala Pusat Meteorologi Maritim, BMKG, Eko Prasetyo di Jakarta, Selasa menyampaikan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari tenggara-barat daya dengan kecepatan angin berkisar 8-25 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 10-25 knot.
"Kecepatan angin tertinggi terpantau di Selat Malaka bagian utara, Laut Natuna Utara, Laut Maluku, perairan Yos Sudarso, perairan Merauke dan Laut Arafuru bagian timur," paparnya.
Kondisi itu, lanjutnya, menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di Selat Malaka, perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan barat P. Simeulue-Kepulauan Nias, Selat Sumba, Selat Sape bagian selatan, perairan Pulau Sawu-Kupang-Pulau Rotte, Laut Sawu, Selat Ombai, perairan selatan Flores, Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Anambas-Kepulauan Natuna, Laut Natuna, Selat Karimata.
Kemudian, Laut Jawa, perairan Selatan Kalimantan, perairan Kotabaru, perairan Balikpapan, Selat Makassar bagian tengah dan selatan, Laut Bali, perairan timur Wakatobi, perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud, perairan Kepulauan Sitaro, perairan Bitung-Likupang, perairan selatan Sulawesi Utara, Laut Maluku, perairan Halmahera, Laut Halmahera, Laut Seram, perairan Pulau Buru, Laut Banda, perairan selatan Babar-Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Kai-Kep. Aru, perairan Fak Fak-Kaimana, perairan Sorong bagian selatan, perairan Biak, Laut Arafuru, Samudra Pasifik Utara Papua Barat-Papua.
Untuk gelombang lebih tinggi di kisaran 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Mentawai-Barat Lampung, Samudra HIndia Barat Kepulauan Nias-Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten-Jawa Timur, perairan selatan Bali-Sumba, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan Banten-Sumba, Samudra Pasifik Utara Halmahera.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," kata Eko Prasetyo.
Kepala Divisi Kajian dan Kampanye Walhi Kalbar, Hendrikus Adam mengatakan sebanyak 7.376 hot spot (titik panas) terpantau pada 235 konsesi sawit dan HTI di Kalimantan Barat sepanjang bulan Agustus 2023, namun masih nihil proses hukum terhadap penanggung jawab usaha yang diduga terjadi kebakaran pada konsesinya.
"Secara praktik nihil-nya proses hukum terhadap penanggung jawab usaha yang diduga terjadi kebakaran pada konsesinya bagi kami sangat tidak biasa dan ada kesan terjadi pembedaan perlakuan. Sementara warga yang diduga terlibat karhutla justru lebih sigap diproses hukum dan hal ini kami nilai justeru menjadi presenden buruk bagi upaya penegakan hukum terkait karhutla di Kalimantan Barat saat ini," kata Adam di Pontianak, Minggu. Baca berita selengkapnya: Walhi : 7.376 titik api di 235 konsesi sawit dan HTI di Kalbar
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023