“Porsi makan itu pembagiannya harus teratur,” kata Sri dalam webinar bertajuk “Pola Makan untuk Pencegahan Diabetes Melitus” yang diikuti dari Jakarta, Selasa.
Sri membagi porsi makan menjadi empat jenis, yakni 20-25 persen dari keseluruhan porsi makan dalam sehari untuk sarapan, 30 persen untuk makan siang, 25-30 persen makan malam, dan 10-15 persen makan selingan.
Untuk sarapan, kata Sri, seseorang dapat mengonsumsi roti gandum dengan telur orak-arik atau telur ceplok, disertai tomat, timun, dan selada, sembari meminum jus melon. Akan tetapi, kalau tidak sempat membuat telur orak-arik maupun telur ceplok, Sri menyarankan untuk mengganti telur tersebut dengan sumber protein lainnya.
“Minum susu, kita tentunya memilih (susu yang tepat). Kalau berat badannya masih ideal, ya boleh susu fullcream. Kalau yang sudah agak naik, pilih susu yang rendah lemak,” ucap Sri.
Baca juga: Kombinasi obat-vitamin B efektif mengurangi dampak neuropati perifer
Pada pukul 10.00 dan 16.00, seseorang dapat mengonsumsi makanan selingan, seperti kacang hijau, puding buah, jus buah, atau buah-buahan segar.
“Yang rebus-rebusan, kurangi goreng-gorengan. Kalau snack (kudapan), jangan yang digoreng-goreng lagi,” kata Sri.
Lalu, untuk makan siang, seseorang dapat menyantap berbagai menu yang diinginkan selama kebutuhan gizi masih terpenuhi dan dalam rentang 570-600 kalori.
“Ada nasi, lauknya bisa tahu atau tempe, ayam goreng atau ayam panggang, atau pepes, dan lain sebagainya,” tutur Sri.
Sri mengingatkan untuk bisa memilih menu makanan supaya tidak mengonsumsi terlalu banyak lemak. Mengonsumsi bakso atau mie ayam, misalnya, boleh saja selama tetap memantau kebutuhan gizi apa yang masih kurang.
“Misalkan, beli buah kalau baksonya kurang serat,” ucap dia.
Hal serupa juga berlaku untuk makan malam, dengan porsi yang disesuaikan, yakni 25-30 persen dari porsi makan untuk sehari.
Baca juga: Indeks fungsi seksual wanita penderita diabetes rendah
Dokter spesialis neurologi RS Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, Sp.S, M.Kes, mengatakan bahwa penanganan sedini mungkin amat penting bagi pengidap neuropati perifer supaya kerusakan pada sistem saraf tubuh tidak semakin meluas.
“Lakukan diagnosis segera dan pengobatan segera. Jangan menunda ataupun ragu merujuk pasien untuk tes kesehatan rinci seperti tes saraf,” kata Rizaldy dalam forum bincang media oleh P&G Health dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Praktisi kesehatan harus mendengarkan keluhan pasien khususnya jika mereka mengeluhkan sensasi terbakar dan nyeri pada ujung tubuh misalnya tangan dan kaki serta kesulitan tidur karena hal tersebut bisa jadi merupakan gejala neuropati perifer.Baca berita selengkapnya: Neuropati perifer perlu ditangani sedini mungkin
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023