Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Dr. dr. Rahyussalim, Sp.OT(K), mengatakan tingkat keberhasilan terapi stem cell atau sel punca pada pasien yang mengalami nyeri tulang belakang mendekati 100 persen.

Rahyussalim saat webinar “Terapi Stem Cell Sebagai Tatalaksana Terkini Nyeri Tulang Belakang” yang diikuti dari Jakarta, Selasa, menilai bagi para dokter pengurangan keluhan subjektif akibat nyeri dari pasien adalah bentuk keberhasilan dari tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Pada 24 jam pertama setelah terapi sel punca, Rahyussalim mengatakan 100 persen pasien merasakan nyeri yang mereka alami berkurang secara signifikan.

“Bahkan, pada beberapa kasus, pasien yang tadinya tidak bisa jinjit, menjadi bisa jinjit,” ucap Rahyussalim.

Baca juga: Manfaat terapi jiwa saat berpetualang di dapur

Rahyussalim mengatakan terdapat kemungkinan pasien merasakan nyeri dalam kurun waktu dua minggu pertama setelah terapi sel punca. Dia memperkirakan rasa nyeri tersebut datang karena masih ada regenerasi yang masih berproses.

“Umumnya, sesudah dua minggu, perbaikannya sangat membaik,” kata Rahyussalim.

Pasien dengan kerusakan yang luas, memerlukan reimplantasi pada periode berikutnya. Rahyussalim mengatakan hal tersebut bukanlah tanda kegagalan dari terapi sel punca, melainkan kebutuhan pasien tersebut akibat kerusakan yang lebih buruk daripada pasien lainnya.

“Kalau ada reimplan, itu memang kebutuhan dan pengulangan yang sebetulnya sudah bisa kita perhitungkan sebelumnya,” kata Rahyussalim.

Melalui terapi sel punca, Rahyussalim berniat untuk mempopulerkan surgery without incision atau operasi tanpa sayatan. Prosedur terapi sel punca hanya menggunakan jarum 1,2 milimeter dan diimplantasikan ke lesi yang telah dipetakan sebelumnya.

“Jadi, tidak ada luka. Pasien tidak memerlukan darah, tidak memerlukan perawatan, tidak memerlukan ICU, tidak memerlukan kabel-kabel yang banyak,” kata Rahyussalim.

Melihat keberhasilan terapi sel punca untuk mengatasi nyeri tulang belakang, dia berharap terapi tersebut bisa ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Mudah-mudahan pengambil kebijakan di BPJS mendengar ini. Kami harapannya begitu,” ujar Rahyussalim.

Saat ini BPJS Kesehatan belum mengganti biaya perawatan pasien yang menggunakan terapi sel punca.

Baca juga: Tanaman ini bisa bantu terapi pasien COVID-19
 

  Orangtua seringkali memilih pengobatan alternatif terkait dengan masalah pada sendi dan tulang. Hal ini juga diberlakukan pada buah hati mereka bila diduga terkilir, salah urat bahkan patah tulang. 

Padahal kondisi ini tidak selalu benar, karena bisa saja sebetulnya sendi dan tulang yang dirasa nyeri dan bengkak itu terjadi akibat kanker tulang osteosarkoma yang justru akan semakin parah bila diurut.

Nyeri dan bengkak terutama di sekitar lutut adalah ciri-ciri awal dari kanker tulang osteosarkoma yang harus segera ditangani secara medis. Dokter spesialis bedah onkologi Prof. Dr. dr. Achmad Fauzi Kamal SpOT (K), mengatakan kondisi anak bisa jadi lebih parah bila bagian yang bengkak dan nyeri itu malah diurut. 

Dalam sebuah webinar Yayasan Onkologi Anak Indonesia, Sabtu, Fauzi menjelaskan bahwa bila bagian yang bengkak tersebut dipijat atau diurut, justru akan merangsang sel kanker tumbuh semakin cepat dan tumor cepat menyebar. Baca berita selengkapnya: Hati-hati kanker tulang pada anak, lutut bengkak dan nyeri jangan diurut


 

Pewarta: Putu Indah Savitri

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023