Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Bambang Susantono menegaskan model Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi kota yang mencapai nol emisi karbon merupakan langkah bersejarah yang dapat menjadi percontohan di kota-kota lain, tidak hanya di Indonesia tapi juga komunitas internasional.
Ditemui dalam kunjungan di Paviliun Indonesia saat COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Jumat (2/12), Kepala OIKN Bambang menjelaskan pihaknya sudah menyiapkan Nusantara Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC). Dokumen itu merupakan peta jalan bagi IKN untuk mencapai nol emisi karbon atau net zero emission di wilayahnya.
“Jadi sejarah ini adalah yang pertama karena Nusantara adalah kota yang pertama yang meluncurkan RLDC Nusantara dan diharapkan dengan adanya RLDC ini akan diikuti kota-kota lain di Indonesia dan bahkan menjadi rujukan kota lain di dunia,” kata Bambang.
Nol emisi karbon, kondisi di mana emisi yang dilepas sama dengan kemampuan penyimpanan, ditargetkan akan dicapai pada 2045 untuk wilayah IKN. Untuk itu, dalam dokumen itu difokuskan pada lima kategori yaitu kehutanan, agrikultur, energi, pengolahan sampah dan industri.
Selanjutnya, juga akan dilakukan diskusi dengan berbagai pihak untuk mendorong tercapainya target iklim ibu kota baru Indonesia.
"Kami sendiri dibantu oleh Asian Development Bank (ADB) di dalam membuat studi ini dan juga nantinya kami akan bekerja sama dengan berbagai macam organisasi internasional di antaranya dengan PBB sehingga apa yang kami kerjakan ini menjadi referensi tidak hanya bagi kota-kota Indonesia tapi dunia,” jelasnya.
RLDC sendiri akan resmi diluncurkan di Paviliun Indonesia di COP28 di Dubai pada 3 Desember 2023. Di dalamnya terdapat target total emisi di Nusantara menjadi -1,1 juta ton karbon dioksida (MtCO2) pada tahun 2045 dan target yang lebih ambisius lainnya adalah emisi pada tahun 2045 dapat dikurangi lebih jauh lagi -1,6 MtCO2.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023