Dokter dari RS Prof. Ngoerah Dr. dr. Syuma Adhy Awan, MKes, SpGK K mengatakan, konsep GGL 415 dapat digunakan dalam membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak, dalam memenuhi kebutuhan tubuh.
Menurutnya, pembatasan tersebut penting agar tidak terjadi peningkatan faktor risiko penyakit tidak menular. Dalam sejumlah beban BPJS akibat penyakit tidak menular, peringkat pertama dan keduanya adalah penyakit kardiovaskular serta metabolik.
"Salah satunya yang dicurigai menjadi faktor risikonya ada kelebihan antara tadi yang disebutin gula, garam, sama lemaknya itu," ujarnya dalam "Jangan Kalap! Batasi Konsumsi GGL (Gula, Garam, dan Lemak)" yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat.
Dia menilai, asupan gula tubuh sehari tidak boleh lebih dari empat sendok makan, atau kurang lebih 40-50 gram. Batasan gula tersebut, katanya, termasuk zat yang diubah tubuh menjadi gula, contohnya karbohidrat.
Dokter itu menyebutkan, konsumsi gula juga disarankan tidak berlebihan karena rasa manis dapat membuat seseorang merasa ingin lagi dan lagi, sehingga menjadi kalap dalam makan.
"Kalau kelebihan gula, kita makan banyak, ada satu organ yang akan bekerja keras tuh, namanya adalah pankreas. Nah, pankreas ini akan mencapai titik jenuhnya. Exhausted, kalau keterusan, begitu. Nah, itulah nanti yang akan menyebabkan gangguan nanti, menjadi resistensi insulin," katanya.
Kemudian, ujarnya, dalam kosep GGL 415, garam dibatasi seukuran satu sendok teh, yaitu kurang lebih lima gram.
"Natrium itu garam, ya. Nah, satu sendok teh itu kurang lebih kan lima gram. Nah, per lima gram itu, 40 persennya adalah natrium. Nah, berarti kebutuhannya kurang lebih adalah 2.000 mg per hari," katanya.
Kemudian, katanya, untuk lemak, takarannya adalah lima sendok makan, atau kurang lebih 65 gram.
Dia mengatakan, pola makan merupakan salah satu faktor risiko dalam gaya hidup yang meningkatkan penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular. Adapun faktor-faktor lainnya, kata dia, adalah lingkungan serta genetik.
Syuma juga menilai, penting bagi setiap orang untuk mengecek kandungan nutrisi setiap makanan yang mereka konsumsi.
Sebagai contoh, ujarnya, mie instan yang menjadi makanan pokok bagi sebagian orang mengandung 1.000 mg natrium, yang bisa memenuhi setengah dari kebutuhan natrium harian.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Menurutnya, pembatasan tersebut penting agar tidak terjadi peningkatan faktor risiko penyakit tidak menular. Dalam sejumlah beban BPJS akibat penyakit tidak menular, peringkat pertama dan keduanya adalah penyakit kardiovaskular serta metabolik.
"Salah satunya yang dicurigai menjadi faktor risikonya ada kelebihan antara tadi yang disebutin gula, garam, sama lemaknya itu," ujarnya dalam "Jangan Kalap! Batasi Konsumsi GGL (Gula, Garam, dan Lemak)" yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat.
Dia menilai, asupan gula tubuh sehari tidak boleh lebih dari empat sendok makan, atau kurang lebih 40-50 gram. Batasan gula tersebut, katanya, termasuk zat yang diubah tubuh menjadi gula, contohnya karbohidrat.
Dokter itu menyebutkan, konsumsi gula juga disarankan tidak berlebihan karena rasa manis dapat membuat seseorang merasa ingin lagi dan lagi, sehingga menjadi kalap dalam makan.
"Kalau kelebihan gula, kita makan banyak, ada satu organ yang akan bekerja keras tuh, namanya adalah pankreas. Nah, pankreas ini akan mencapai titik jenuhnya. Exhausted, kalau keterusan, begitu. Nah, itulah nanti yang akan menyebabkan gangguan nanti, menjadi resistensi insulin," katanya.
Kemudian, ujarnya, dalam kosep GGL 415, garam dibatasi seukuran satu sendok teh, yaitu kurang lebih lima gram.
"Natrium itu garam, ya. Nah, satu sendok teh itu kurang lebih kan lima gram. Nah, per lima gram itu, 40 persennya adalah natrium. Nah, berarti kebutuhannya kurang lebih adalah 2.000 mg per hari," katanya.
Kemudian, katanya, untuk lemak, takarannya adalah lima sendok makan, atau kurang lebih 65 gram.
Dia mengatakan, pola makan merupakan salah satu faktor risiko dalam gaya hidup yang meningkatkan penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular. Adapun faktor-faktor lainnya, kata dia, adalah lingkungan serta genetik.
Syuma juga menilai, penting bagi setiap orang untuk mengecek kandungan nutrisi setiap makanan yang mereka konsumsi.
Sebagai contoh, ujarnya, mie instan yang menjadi makanan pokok bagi sebagian orang mengandung 1.000 mg natrium, yang bisa memenuhi setengah dari kebutuhan natrium harian.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024