Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, meminta Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes turut aktif dalam menggerakkan roda perekonomian warga di masing-masing desa melalui sejumlah kreasi dan inovasi bisnis yang dijalankan.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Bekasi Rahmat Atong mengatakan BUMDes selaku unit usaha di level desa berperan penting dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat melalui upaya pemberdayaan.

"Apapun jenis usaha yang dijalankan asalkan dilakukan dengan tekad dan sepenuh hati pasti akan mendatangkan manfaat ekonomis bagi warga sekitar," katanya di Cikarang, Minggu.

Ia mengatakan salah satu usaha kreatif yang dapat dikembangkan BUMDes adalah dengan melihat potensi kewilayahan di masing-masing desa. Unit usaha ekonomi kreatif hingga sektor pariwisata dinilai memiliki prospek bisnis tinggi di Kabupaten Bekasi dengan daya dukung sektor industri.

"Sebagai pusat kawasan industri, pemerintah daerah terus memfasilitasi agar BUMDes bisa terus tumbuh dan berkembang, termasuk dukungan dari segi permodalan melalui desa, bimbingan usaha, hingga jalur masuk ke kawasan industri," katanya.

Dirinya menyebut tidak semua desa di Kabupaten Bekasi memiliki BUMDes bahkan dari keseluruhan jumlah unit usaha tersebut, tidak semua aktif berusaha. Kondisi ini yang membuat BUMDes belum berjalan optimal untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat secara keseluruhan.

"Dari total 179 desa, ada 174 BUMDes, yang aktif 111 sedangkan 63 BUMDes sudah tidak aktif. Ini yang juga terus kami dorong untuk bisa aktif secara keseluruhan, bisa tumbuh, berkembang, dan berdaya saing tinggi," ucapnya. 

Dari seratusan jumlah BUMDes tersebut, tercatat hanya beberapa unit usaha dengan omzet tinggi. BUMDEs Pasirgombong menyumbang pendapatan desa Rp200 juta per tahun, BUMDEs Mekarmukti Rp30 juta, serta BUMDes Karangraharja Rp10 juta per tahun. Sisanya masih beromzet di bawah Rp10 juta.

Ketua BUMDes Hegarmukti, Kecamatan Cikarang Pusat Saefudin mengakui kesulitan mengembangkan BUMDes untuk peningkatan perekonomian desa karena terbentur masalah anggaran permodalan.

"Saya sebagai pelaku BUMDes berani mengatakan apabila BUMDes ini sulit berkembang atau seperti mati suri. Penyebabnya lagi-lagi basis anggaran yang harus diperlukan. Namun dalam hal ini kami mulai melakukan terobosan," katanya.

Saefudin menyatakan tidak semua desa memiliki BUMDes dan bahkan beberapa di antaranya pun tidak semua aktif. Fenomena ini, menurut dia, disebabkan tidak ada sinkronisasi antara ketua BUMDes dengan kepala desa sehingga tidak setiap tahun mendapatkan anggaran.

"Kami ada namanya grup BUMDes, ketika kumpul kami selalu berdiskusi dan membangun gagasan supaya dapat memajukan BUMDes. Sulitnya maju karena tidak setiap tahun anggaran dikucurkan sehingga pengembangan terhenti," ucapnya.

Pihaknya tengah menggali potensi alam serta membangun UMKM di wilayah Situ Rawa Binong dengan merancang tiga program yang akan dipromosikan yaitu wisata pemancingan, paket edukasi pembuatan kopi, dan sanggar budaya mencakup tari serta penggunaan alat musik tradisional Sunda.

Saat ini, kedai kopi BUMDes berkolaborasi dengan salah satu pemilik kafe yang sedang membangun tempat. Kami juga mengumpulkan tokoh dan seniman budaya yang ada di Desa Hegarmukti untuk bersama-sama memajukan BUMDes.

"Butuh waktu memang, tapi harus terus diupayakan," kata dia.

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024