Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Ketapang, Alexander Wilyo membuka Gawai Nyapat Tahun XIII Simpang Hulu di Rumah Batang Raya Simpang Hulu, Desa Semandang Kiri, Kecamatan Simpang Hulu, Sabtu.
Kegiatan ini diawali dengan Karnaval Budaya iring-iringian Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR). Serta Pasukan Panglima Jampi yang berjalan kaki disusul mobil-mobil hias, mobil-mobil tamu undangan dan kendaraan roda dua.
Sekda dalam sambutannya meminta masyarakat adat Simpang Hulu untuk tetap menegakkan adat dan budaya. Serta tradisi leluhur dengan tetap mempertahankan, melanjutkan, meneruskan acara adat nyapat tahun ini.
"Gawai adat nyapat tahun harus tetap dilaksanakan sampai kapan pun. Karena bagaimanapun, adat, budaya dan tradisi itu adalah identitas, jati diri dan harga diri suatu bangsa," jelas Sekda yang juga bergelar Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik.
Sekda pun meminta para kepala desa agar menghormati, menjaga adat, budaya dan tradisi. Kmudian mengingatkan agar masyarakat adat Simpang Hulu bisa berdaulat secara budaya, berdaulat secara ekonomi dan berdaulat secara politik.
"Saya juga berterima kasih kepada seluruh masyarakat adat yang mendukung peresmian Balai Kepatihan pada Mei lalu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Duata Perimbang Alam Bumi Tanah Arai membalas semua kebaikan masyarakat adat tersebut," ucap Sekda.
Gawai Nyapat Tahun XIII Simpang Hulu dimulai pada 6 hingga 13 Juli. Pembukaan Gawai ini dihadiri juga oleh beberapa Perangkat dan anggota DPRD Ketapang. Serta Forkopimcam Simpang Hulu, Camat Simpang Hulu, Simpang Dua, Sungai Laur, dan Camat Sandai, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Simpang Dua, Nanga Tayap, Simpang Dua, para kepala desa dan lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Kegiatan ini diawali dengan Karnaval Budaya iring-iringian Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR). Serta Pasukan Panglima Jampi yang berjalan kaki disusul mobil-mobil hias, mobil-mobil tamu undangan dan kendaraan roda dua.
Sekda dalam sambutannya meminta masyarakat adat Simpang Hulu untuk tetap menegakkan adat dan budaya. Serta tradisi leluhur dengan tetap mempertahankan, melanjutkan, meneruskan acara adat nyapat tahun ini.
"Gawai adat nyapat tahun harus tetap dilaksanakan sampai kapan pun. Karena bagaimanapun, adat, budaya dan tradisi itu adalah identitas, jati diri dan harga diri suatu bangsa," jelas Sekda yang juga bergelar Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik.
Sekda pun meminta para kepala desa agar menghormati, menjaga adat, budaya dan tradisi. Kmudian mengingatkan agar masyarakat adat Simpang Hulu bisa berdaulat secara budaya, berdaulat secara ekonomi dan berdaulat secara politik.
"Saya juga berterima kasih kepada seluruh masyarakat adat yang mendukung peresmian Balai Kepatihan pada Mei lalu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Duata Perimbang Alam Bumi Tanah Arai membalas semua kebaikan masyarakat adat tersebut," ucap Sekda.
Gawai Nyapat Tahun XIII Simpang Hulu dimulai pada 6 hingga 13 Juli. Pembukaan Gawai ini dihadiri juga oleh beberapa Perangkat dan anggota DPRD Ketapang. Serta Forkopimcam Simpang Hulu, Camat Simpang Hulu, Simpang Dua, Sungai Laur, dan Camat Sandai, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Simpang Dua, Nanga Tayap, Simpang Dua, para kepala desa dan lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024