Keberadaan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW-AR) di Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat dinilai tidak berdampak pada peningkatan fasilitas infrastruktur terutama jalan penghubung Ketapang - Kendawangan. Sejak diresmikan Presiden RI pada 2016, hingga saat ini ruas jalan tersebut sebagian besar rusak parah.

"Padahal ketika WHW masuk ke Kendawangan, harapan kami jalan Ketapang-Kendawangan jadi bagus, karena perusahaan tersebut sangat besar," ungkap Ketua LSM Peduli Kayong, Suryadi di Ketapang, Rabu.

PT WHW-AR merupakan perusahaan pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi alumina terbesar di Indonesia. Bahkan PT WHW-AR merupakan Smelter Grade Alumina (SGA) refinery pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara.

Baca juga: PT WHW respon video jalan rusak Kendawangan-Ketapang

Perusahaan ini juga memiliki sejumlah fasilitas penunjang berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta terminal khusus kegiatan bongkar muat berstandar internasional dan kompleks hunian karyawan berkapasitas ribuan orang.

"Kami sangat menyayangkan, sudah bertahun-tahun WHW beroperasi di Kendawangan tapi jalan Ketapang-Kendawangan hingga saat ini masih banyak yang rusak parah," ujar Suryadi.

Suryadi menambahkan, belum lagi keberadaan perusahaan besar lain di wilayah tersebut juga tidak berdampak pada kondisi infrastruktur dasar yang menjadi tumpuan warga. Selain PT WHW, sejumlah perusahaan lain yang ada di wilayah tersebut yaitu PT BGA, PT PSL, PT KBS, dan PT SPI.

"Adanya sejumlah perusahaan besar di Kendawangan ini seharusnya memberikan dampak positif, terutama infrastruktur jalan," tutur Suryadi.

Baca juga: Gubernur Kalbar prihatin atas kematian balita di Kendawangan Ketapang

Jalur Kendawangan-Ketapang kurang lebih 60 kilometer dalam kondisi rusak dan berlubang. Jika kondisi jalan baik, rute ini bisa ditempuh dalam waktu 60 menit, namun dengan kondisi jalan rusak dan berlubang mesti ditempuh selama tiga jam.

Kondisi jalan yang rusak parah ini juga menjadi perhatian karena kematian seorang bayi di dalam kendaran di rute itu saat akan dirujuk ke rumah sakit. Bayi tersebut tiba di Puskesmas Kendawangan pada 24 Juli 2024 pukul 05.00 WIB dalam kondisi kesadaran menurun dan saturasi oksigen rendah. Ia didiagnosis mengalami pneumonia berat, sepsis, dan penyakit jantung bawaan.

Dalam keadaan kritis, setelah penanganan di puskesmas, bayi tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Agoes Djam dengan pendampingan perawat serta membawa alat oksigen dan perlengkapan medis lainnya. Namun, di jalan setelah melewati jembatan Sungai Gantang, dekat sutet sebelum Pagar Mentimun, bayi tersebut meninggal dunia.

Terkait pernyataan Ketua LSM Peduli Kayong tersebut, humas PT WHW, Suhandi saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait berita tersebut tidak memberi tanggapan padahal pesan tersebut sudah centang dua warna biru yang artinya sudah dibaca.

Ketika ANTARA menelpon menggunakan panggilan WhatsApp juga tidak diangkat, padahal terlihat di WhatsApp Suhandi sedang online.



Baca juga: Alamin mengaku gajinya tak dibayar PT WHW

 

Pewarta: Subandi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024