Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada Rabu (25/9) menyatakan bahwa dunia tidak dapat membiarkan Lebanon menjadi Gaza berikutnya, dan menekankan perang besar-besaran "harus dihindari dengan segala cara."
"Rakyat Lebanon, begitu juga rakyat Israel dan rakyat dunia, tidak dapat membiarkan Lebanon menjadi Gaza berikutnya," ujar Guterres dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi Timur Tengah.
Ia menyerukan penghentian segera permusuhan dan mendesak semua pihak untuk mengambil langkah konkret dalam melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1559 dan 1701.
"Sipil harus dilindungi. Infrastruktur sipil tidak boleh menjadi sasaran," tambahnya.
Kepala PBB itu juga menekankan pentingnya keselamatan dan keamanan semua personel PBB, dengan mengatakan bahwa hukum internasional harus dihormati oleh semua pihak.
"Mari kita katakan dengan suara yang jelas: hentikan pembunuhan dan penghancuran, turunkan retorika dan ancaman, mundurlah dari ambang perang. Perang besar-besaran harus dihindari dengan segala cara. Itu pasti akan menjadi bencana besar," ia memperingatkan.
Guterres menyoroti bahwa baku tembak antara Lebanon dan Israel yang terjadi baru-baru ini berulang kali melanggar Resolusi Dewan Keamanan 1701, begitu pula penggunaan senjata harian oleh kelompok bersenjata non-negara yang juga melanggar Resolusi 1559 dan 1701.
Guterres juga mengungkapkan bahwa kekerasan yang meningkat telah memaksa hampir 200.000 orang di Lebanon dan lebih dari 60.000 orang di Israel utara mengungsi dari rumah mereka sejak Oktober tahun lalu.
"Komunitas di Israel utara dan Lebanon selatan harus bisa kembali ke rumah mereka dan hidup dalam keamanan tanpa rasa takut," katanya, sambil mencatat bahwa banyak nyawa telah hilang.
Sekretaris jenderal tersebut menekankan pentingnya menghormati kedaulatan Lebanon dan memberikan negara Lebanon wewenang penuh untuk mengontrol senjata di dalam perbatasannya.
Ia menegaskan kembali dukungan PBB untuk memperkuat Angkatan Bersenjata Lebanon guna membantu menstabilkan kawasan tersebut.
"Semua ini harus dihentikan," kata Guterres, mengulangi pentingnya perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Israel telah meluncurkan gelombang serangan udara mematikan di Lebanon sejak Senin (23/9) pagi, menewaskan hampir 610 orang dan melukai lebih dari 2.000 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Komunitas internasional telah memperingatkan serangan di Lebanon, karena hal tersebut meningkatkan kemungkinan menyebarnya konflik Gaza ke tingkat regional.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024