Ketua Lembaga Riset dan Advokasi Borneo (Link-AR Borneo) Ahmad Syukri menyatakan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di Kalimantan Barat sangat melimpah untuk mendukung program transisi energi yang berkelanjutan.
"Kalbar punya energi terbarukan yang melimpah, terutama matahari dan air serta angin untuk dikembangkan," katanya di Kubu Raya, Rabu.
Ia mengatakan hal itu terkait kebijakan pengembangan energi biomassa yang menyasar wilayah Kalimantan yang justru dikhawatirkan akan merusak hutan alam di wilayah ini.
Ia pun mengutip data Layanan Informasi dan Investasi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Lintas EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menyebut potensi EBT di Kalimantan Barat mencapai 25,590 Gigawatt (GW). Rinciannya, potensi tenaga air 4,737 GW, minihidro dan mikrohidro 124 MW, energi surya 20,11 GW, energi angin 554 MW dan panas bumi 65 MW.
Potensi EBT yang ada ini menurut dia lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan Barat yang berdasarkan data 2023, kebutuhan listrik di wilayah ini hanya 502 MW.
Ahmad menilai proyek energi berbasis biomassa dikhawatirkan bisa memperburuk deforestasi dan degradasi hutan melalui izin hutan tanaman maupun konsesi perkebunan sawit.
"Bahkan kebijakan penggunaan biomassa tidak akan mengurangi atau menurunkan emisi karbon, malah tetap menjadi penyumbang karbon yang memperburuk krisis iklim dan pemanasan global," ucapnya.
Kepala Bidang Ketenagalistrikan, Dinas ESDM Provinsi Kalbar, Rudy Hadianto mengatakan pengembangan EBT di daerah ini sudah berjalan meski belum optimal. Saat ini terdapat 73 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat yang menghasilkan 7,54 MW dan 124 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) yang menghasilkan daya 6,0024 MW.
Pembangkit listrik itu tersebar di Kabupaten Sambas, Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Melawi, Ketapang dan Kubu Raya.
"Kalbar memiliki potensi energi baru dan terbarukan yang berasal dari alam yang tidak akan habis, bukan hanya sekedar air, tapi angin, matahari, biomassa, biogas dan juga kita pernah menghitung potensi sampah untuk menjadi energi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Kalbar punya energi terbarukan yang melimpah, terutama matahari dan air serta angin untuk dikembangkan," katanya di Kubu Raya, Rabu.
Ia mengatakan hal itu terkait kebijakan pengembangan energi biomassa yang menyasar wilayah Kalimantan yang justru dikhawatirkan akan merusak hutan alam di wilayah ini.
Ia pun mengutip data Layanan Informasi dan Investasi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Lintas EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menyebut potensi EBT di Kalimantan Barat mencapai 25,590 Gigawatt (GW). Rinciannya, potensi tenaga air 4,737 GW, minihidro dan mikrohidro 124 MW, energi surya 20,11 GW, energi angin 554 MW dan panas bumi 65 MW.
Potensi EBT yang ada ini menurut dia lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan Barat yang berdasarkan data 2023, kebutuhan listrik di wilayah ini hanya 502 MW.
Ahmad menilai proyek energi berbasis biomassa dikhawatirkan bisa memperburuk deforestasi dan degradasi hutan melalui izin hutan tanaman maupun konsesi perkebunan sawit.
"Bahkan kebijakan penggunaan biomassa tidak akan mengurangi atau menurunkan emisi karbon, malah tetap menjadi penyumbang karbon yang memperburuk krisis iklim dan pemanasan global," ucapnya.
Kepala Bidang Ketenagalistrikan, Dinas ESDM Provinsi Kalbar, Rudy Hadianto mengatakan pengembangan EBT di daerah ini sudah berjalan meski belum optimal. Saat ini terdapat 73 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat yang menghasilkan 7,54 MW dan 124 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) yang menghasilkan daya 6,0024 MW.
Pembangkit listrik itu tersebar di Kabupaten Sambas, Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Melawi, Ketapang dan Kubu Raya.
"Kalbar memiliki potensi energi baru dan terbarukan yang berasal dari alam yang tidak akan habis, bukan hanya sekedar air, tapi angin, matahari, biomassa, biogas dan juga kita pernah menghitung potensi sampah untuk menjadi energi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024