Bandara Supadio menggelar simulasi Airport Emergency Exercise (AEE) atau Pelatihan Keadaan Darurat di landasan yang terletak di depan Gedung B-04 (Airport Rescure & Fire Fighting PT Angkasa Pura Indonesia di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis (21/11).

Dalam simulasi tersebut digambarkan sebuah pesawat milik maskapai penerbangan Cheetah Air mengalami kecelakaan saat melakukan pendaratan di landasan Bandara Supadio. 

Pesawat Cheetah Air tipe Boeing 737-600 rute Jakarta-Pontianak mengalami kebakaran pada roda depan pesawat akibat tersangkut tali layangan. Kejadian di sektor E-7 landasan bandara tersebut menimbulkan asap menyeruak dari bagian roda depan pesawat.

Insiden itu pertama kali diketahui oleh pilot flight JP3355 yang melihat dari kokpit tentang adanya beberapa buah layangan di sekitar Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Melihat situasi tersebut, pilot segera mengambil sejumlah Langkah yang dirasakan penting untuk dilakukan demi menghindari layangan menyangkut ke bagian-bagian fundamental pesawat.

Namun kemudian pilot melihat indicator oli hidrolik pada kokpit menunjukkan adanya indikasi kebocoran dan indicator main wheel dan nose wheel berstatus ‘disagree’. Pilot khawatir jika indikasi-indikasi tersebut juga memberikan dampak pada posisi main wheel dan nose wheel yang tidak terpasang sempurna.

Pilot kemudian menghubungi Air Traffic Controller (ATC) atau pemandu lalu lintas udara Bandar Udara Supadio guna mendapatkan kesempatan untuk melakukan flypass atau go-around. 

Selain itu pilot juga meminta ATC secara visual untuk melihat mainwheel dan nosewheel sudah terpasang sempurna atau tidak. Pihak ATC segera melakukan pengamatan dengan menggunakan alat binocular.

Lalu kemudian ATC menginformasikan kepada pilot JP335 bahwa mainwheel dan nosewheel sudah terpasang, sekaligus menyampaikan kemungkinan kendala yang dihadapi flight JP3355 merupakan akibat dari nosewheel atau roda pesawat bagian depan terlilit tali layangan serta kawatnya. 

Melihat kondisi tersebut, pilot JP3355 meminta kepada ATC untuk menghubungi Watchroom Airport Rescue and Fire Fighting (ARFF) untuk bersiap atas sejumlah kemungkinan terburuk.

ARFF Departement Head atau Kepala Pemadam Kebakaran Bandar Udara yang telah menerima pesan dari pihak ATC, langsung mengirimkan informasi kepada para personel bahwa pesawat JP3355 jenis Boeing 737-600 yang memiliki sisa bahan bakar sebanyak +/- 1.500 liter, Person On Board (POB) dan kru sebanyak 75 orang telah mengalami failure pada indikator nosewheel dan mainwheel. Dan pilot merencanakan akan mendaratkan pesawatnya via runway 33 di pukul 09.10 WIB.

Petugas Airport Rescue & Fire Fighting (ARFF) segera merapat ke lokasi peristiwa di area landasan pacu pesawat atau runway dengan mengambil jarak aman untuk melakukan pemadaman serta mengevakuasi seluruh penumpang dan kru pesawat udara.

Dalam pesawat tersebut terdapat 75 Person On Board (POB) yang terdiri dari pilot, kru pesawat dan penumpang. Lima penumpang di antaranya mengalami luka ringan dan dua penumpang lainnya mengalami pingsan.

AEE atau yang biasanya disebut dengan Pelatihan Keadaan Darurat tersebut merupakan kegiatan penanggulangan keadaan yang bersifat insidentil di kawasan bandara. AEE juga bertujuan untuk menguji kesiapan personel, fasilitas, Standard Operating Procedure (SOP) sekaligus koordinasi antar pihak terkait baik internal maupun eksternal.

Pihak Bandara Supadio turut melibatkan sejumlah stakeholder terkait yaitu antara lain Lanud Supadio, Kementerian Perhubungan, Direktorat Navigasi Penerbangan, Angkasa Pura Indonesia, KNKT, Search and Rescue (SAR) Pontianak, BPBD Kabupaten Kubu Raya, BMKG Supadio, Otoritas Bandar Udara Wilayah I dan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya.

Executive General Manager (EGM) PT Angkasa Pura Indonesia KC Bandara Supadio Pontianak, M Iwan Sutisna mengatakan insiden yang terjadi pada pesawat Cheetah Air JP3355 tersebut merupakan simulasi dari penanggulangan keadaan darurat yang rutin dilaksanakan di Bandara Supadio Pontianak.

"Kegiatan ini kita lakukan setiap dua tahun sekali, karena bagus tidaknya operasional suatu Bandar Udara ditentukan oleh bagaimana cara kita meng-handle pada saat terjadi namanya Irregular Operation (IROP)," ujar Iwan.

Iwan pun menambahkan bahwa kegiatan tersebut untuk menindaklanjuti Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 479 Tahun 2015 tentang Petunjuk dan Tata Cara Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-10 (Advisory Circular CASR Part 139-10) Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara.

Iwan menyebutkan bahwa simulasi tersebut bertujuan untuk melatih sekaligus menguji kemampuan dan kesigapan seluruh personel saat terjadi kondisi darurat di bandara. 

"Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan dukungan penuh dari seluruh anggota komite keselamatan maupun keamanan pada kegiatan Penanggulangan Keadaan Darurat tahun ini, sehingga berjalan dengan aman, selamat, lancar dan terkendali," pungkas Iwan.

Baca juga: Bandara Supadio Pontianak gelar simulasi penanggulangan keadaan darurat
Baca juga: Angkasa Pura II lakukan perbaikan lampu landasan pacu bandara Supadio
Baca juga: Angkasa Pura II lakukan perbaikan lampu landasan pacu bandara Supadio

Pewarta: Jessica Wuysang

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024