Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengusulkan pembelian alat pendeteksi kesehatan pohon sebagai langkah antisipasi pohon tumbang.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Rabu, mengatakan, usulan pembelian alat pendeteksi kesehatan pohon itu diajukan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

"Karena kemampuan fiskal kami terbatas, jadi pengadaan alat itu kami usulkan ke pemerintah pusat dengan harga satu unit sekitar Rp250 juta hingga Rp500 juta," katanya.

Ia mengatakan, alat pendeteksi kesehatan pohon itu dapat digunakan untuk mengetahui bagian-bagian pohon yang berongga dan membusuk sehingga bisa meminimalkan terjadinya pohon tumbang. 

Baca juga: Puluhan pohon di Kota Mataram teridentifikasi rawan tumbang

Selama ini, pemeriksaan kondisi kesehatan pohon dilakukan secara manual, namun tentu akan sangat sulit mendeteksi kondisi dan kesehatan pohon sebab rata-rata kondisi pohon di bagian luar terlihat segar dan baik-baik saja. 

"Tapi tiba-tiba tumbang, dan setelah dicek ternyata batangnya sudah keropos," katanya. 

Karena itulah, katanya, alat pendeteksi kesehatan pohon yang dikenal dengan nama "picus sonic tomograph" dinilai menjadi kebutuhan mendesak.

Apalagi sejumlah kota besar di Indonesia sudah memiliki alat itu, seperti Pemerintah Kota Malang yang membeli alat tersebut seharga Rp550 juta. 

"Semoga tahun depan, pemerintah bisa merealisasikan batuan yang kami usulkan sehingga bisa melakukan langkah antisipasi pohon tumbang," katanya.

Baca juga: BPBD DKI gandeng Distamhut atasi pohon tumbang

Di sisi lain, Denny meyebutkan, dari sekitar 6.370 pohon termasuk pohon pelindung yang ada di wilayah Kota Mataram sekitar satu persen atau 63 pohon terindikasi rawan tumbang.

Puluhan pohon yang terindikasi rawan tumbang itu tersebar di enam kecamatan se-Kota Mataram, dan dipicu beberapa faktor seperti karena batang keropos dan akar tidak kuat.

Salah satu jenis pohon dengan akar yang tidak kuat adalah pohon waru, sebab waru berakar serabut, tidak punya akar tunggal yang menjadi penguat ke bawah.

"Karena itulah, ketika pohon waru tumbang akan terangkat sampai akarnya," katanya.

Baca juga: Konservasi gajah Sumatera, Hutama Karya siapkan 7.000 bibit pohon pakan alami

Dari hasil evaluasi penanganan pohon tumbang yang dilakukan dalam sebulan terakhir ini, dari 22 pohon tumbang yang ditangani akibat cuaca ekstrem sebagai besar merupakan pohon jenis waru. Sisanya jenis trembesi, mahoni, dan pohon jowet.

Pohon waru yang tumbang, lanjutnya, dipicu karena kondisi akar serabut yang tidak kuat menahan bobot apalagi angin kencang.

"Sebanyak 22 pohon tumbang yang kami tangani, waru mendominasi bahkan ada juga yang berukuran kecil," katanya lagi.


Baca juga: Kota Pontianak lakukan penataan pohon imbas cuaca ekstrem
Sementara untuk antisipasi pohon tumbang, DLH Kota Mataram setiap hari melakukan perantingan minimal pada empat lokasi. Kegiatan -perantingan pohon pelindung diprioritaskan di jalan-jalan utama seperti Jalan Langko dan Jalan Pejanggik yang paling banyak memiliki pohon pelindung dengan ukuran besar berusia ratusan tahun.

"Langkah antisipasi itu harus tetap kami lakukan, meskipun yang namanya musibah, tidak bisa dihindari sekalipun kami sudah berusaha maksimal. Masyarakat juga harus selalu waspada," katanya.

 

 

Pewarta: Nirkomala

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024