Sejumlah Direktur Politeknik Negeri di Indonesia mengusulkan konsep Politeknik University untuk menjadi sebuah entitas baru dalam lanskap pendidikan tinggi di Tanah Air.
Usulan tersebut dikemukakan pada pertemuan yang dihadiri oleh 49 Direktur Politeknik Negeri di Indonesia bersama setiap perwakilan pejabat di lingkungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) beberapa waktu lalu. Usulan tersebut didasarkan oleh praktik di lapangan bahwa terdapat politeknik yang telah menyediakan program setara sarjana hingga doktoral, seperti Politeknik Negeri Bali (PNB) dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
"Secara umum kegiatan politeknik ini 80 persen sudah kegiatan praktik umum (PU), tetapi labelnya saja yang masih politeknik. Saat ini sudah ada politeknik yang menyelenggarakan program D4, bahkan S3," kata Direktur Politeknik Manufaktur Bandung periode 2020-2024 Mohammad Nurdin melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Nurdin menilai hal ini merupakan sesuatu yang perlu didiskusikan terkait aturan serta regulasinya, sehingga kampus Politeknik Negeri di Indonesia ke depannya bisa berkembang.
Menanggapi usulan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemdiktisaintek RI Khairul Munadi menyarankan agar usulan ini digali lebih dalam lagi terkait perencanaannya.
Ia menegaskan pentingnya penguatan ekosistem pendidikan tinggi vokasi untuk mewujudkan transformasi di lingkungan politeknik.
"Pendidikan vokasi harus tidak hanya relevan dengan kebutuhan industri, tetapi juga menjadi solusi bagi tantangan yang ada di masyarakat dan juga kebutuhan pembangunan nasional," ujarnya
Selain itu, terdapat isu lain yang masih menjadi perbincangan penting ialah terkait transformasi kelembagaan politeknik yang mencakup perubahan status dari satuan kerja (Satker) menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dan selanjutnya menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH).
Menurut Khairul, otonomi akademik, pengembangan sumber daya manusia, dan keuangan menjadi aspek yang krusial dan harus fleksibel untuk mewujudkan perkembangan politeknik di masa depan.
"Otonomi bukan berarti melepas tanggung jawab negara dalam pembiayaan, tetapi memberikan ruang bagi politeknik untuk lebih mandiri, termasuk dalam penggalangan dana yang mendukung inovasi dan pengembangan akademik," jelasnya.
Selain transformasi kelembagaan dan sumber daya, Khairul menekankan rebranding pendidikan tinggi vokasi perlu mendapatkan perhatian. Oleh karena itu, strategi komunikasi yang lebih efektif diperlukan untuk meningkatkan daya tarik politeknik sebagai pilihan utama bagi generasi muda Indonesia.
"Selain transformasi kelembagaan tadi, kita juga perlu adanya rebranding untuk bisa melakukan tracking talenta-talenta anak muda. Karena, selama ini dalam konteks penerimaan mahasiswa, kebanyakan mereka memilih opsi pertama di universitas. Padahal, kalau dihubungkan dengan minat dan potensinya dia lebih sesuai di pendidikan vokasi," papar Khairul.
Oleh sebab itu, ke depan Kemdiktisaintek akan membentuk tim percepatan transformasi kelembagaan politeknik yang terdiri atas berbagai pemangku kepentingan.
Tim ini akan bertugas mengkaji usulan konkret serta menyusun strategi pengembangan yang lebih terstruktur guna memperkuat peran politeknik dalam ekosistem pendidikan tinggi Indonesia.
Editor : Admin Antarakalbar
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2025