Washington (ANTARA Kalbar/VOA) - Perbedaan pada bagian otak membuat sejumlah remaja lebih impulsif, yang menjadi faktor risiko penyalahgunaan obat.
Dalam penelitian terbesar terhadap pemindaian otak manusia itu, peneliti menggunakan mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mempelajari otak hampir 2.000 remaja berusia 14 tahun dari seluruh Eropa. Dalam pemindaian itu, para remaja melakukan tugas impulsif yang mengukur waktu reaksi mereka terhadap rangsangan tertentu. Bagian otak yang menyala berada di daerah yang selama ini dikaitkan dengan impulsivitas.
Aktivitas saraf berkurang di bagian-bagian itu tampak pada remaja yang telah bereksperimen dengan narkoba, alkohol dan rokok. Menurut peneliti, itu mungkin penanda penyalahgunaan obat.
Robert Whelan, peneliti pada fakultas psikiatri Universitas Vermont, mengawasi komponen anak muda dari Irlandia dalam penelitian itu. Ia mengatakan, peneliti mendapati, sekitar separuh dari remaja yang diteliti tidak menunjukkan banyak aktivitas dalam bagian otak yang baru ditemukan itu.
"Betul, jumlah mereka sebenarnya sangat tinggi. Kita tidak akan menyangka remaja berusia 14 tahun benar-benar bisa berperilaku demikian. Kami mempunyai cukup banyak peserta yang menggunakan obat-obat yang lebih keras juga, tapi umumnya ganja. Kita harus ingat, usia mereka baru 14 tahun," ungkapnya.
Perbedaan saraf juga ditemukan pada remaja yang didiagnosis menderita gangguan kurang perhatian dan sangat aktif atau ADHD .
Whelan mengatakan, perbedaan saraf juga ditemukan pada remaja yang didiagnosis menderita gangguan kurang perhatian dan sangat aktif atau ADHD - kondisi yang ditandai dengan kesulitan memberi perhatian, berkonsentrasi dan fokus pada tugas. Tetapi, berkurangnya aktivitas pada remaja pengidap ADHD melibatkan jaringan saraf yang berbeda, yang menurut Whelan, tidak menempatkan remaja pada risiko yang meningkat untuk penyalahgunaan obat.
Whelan menambahkan, ada banyak alasan mengapa remaja menyalahgunakan alkohol dan narkoba, termasuk genetika dan pengaruh teman sebaya. Jadi, sekarang ini, ia mengatakan, menilai potensi risiko seorang remaja terhadap penyalahgunaan obat dengan menggunakan pemindaian MRI tidaklah praktis dan sangat mahal.
"Yang benar-benar kita lakukan hanyalah menemukan salah satu bagian dari teka-teki. Mungkin itu bagian penting, dalam arti keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi dalam otak. Tetapi menurut saya ada begitu banyak faktor penggunaan narkoba sehingga tes seperti ini sangat sulit diadakan," tambahnya.
Robert Whelan dari Universitas Vermont dan rekan-rekan peneliti internasional melaporkan penemuan jaringan otak terkait penyalahgunaan narkoba pada remaja itu dalam jurnal Nature Neuroscience.
(VOA)
Perilaku Remaja Terkait dengan Perbedaan Bagian Otak
Kamis, 17 Mei 2012 17:14 WIB
Aktivitas saraf berkurang di bagian-bagian itu tampak pada remaja yang telah bereksperimen dengan narkoba, alkohol dan rokok. Menurut peneliti, itu mungkin penanda penyalahgunaan obat.