Vatikan (Antara/Reuters) - Para kardinal Katolik Roma berkumpul di bawah atap berhias lukisan "Pengadilan Terakhir" karya maestro Michael Angelo pada Selasa untuk melakukan pemilihan Paus, pemimpin 1,2 miliar umat di seluruh dunia.
Pemilihan disebut konklaf itu, yang diawali dengan doa bersama beberapa hari, belum menemukan secara jelas sosok paling disukai untuk menggantikan Bapa Suci Benediktus XVI, yang mundur dengan menyatakan kurang cukup kuat untuk menangani masalah gereja.
Dalam proses yang berlangsung seperti abad pertengahan, 115 "pangeran gereja" dari 48 negara itu akan mengurung diri di kapel Sistine yang bergaya Fresco, Selasa siang setelah pagi harinya mengikuti misa di gereja basilika Santo Petrus.
Mereka hanya akan keluar jika telah memilih bapa suci ke 266 dalam 2000 tahun sejarah gereja Katolik yang dikelilingi skandal pelecehan seksual, konflik birokrasi dan meningkatnya sekularisme.
"Kami telah siap mengikuti konklaf yang agaknya akan berlangsung lebih lama ketimbang yang sebelumnya," kata Kardinal Afrika Selatan Wilfrid Fox Napier kepada wartawan, Senin.
Kardinal Wilfrid mengacu pada konklaf 2005 lalu saat memilih Paus Benediktus XVI yang memerlukan waktu sekitar 24 jam, setelah pemungutan suara selama empat jam.
"Mungkin sedikitnya akan berlangsung beberapa hari, empat atau lima hari," kardinal itu memperkirakan.
Dari sembilan konklaf sebelum ini rata-rata memerlukan waktu lebih dari tiga hari dan belum pernah lebih dari lima hari.
Calon dari Vatikan, Kardinal Angelo Scola asal Italia dan Kardinal asal Brasilia, Odilo Scherer adalah dua nama yang mungkin memenangkan pemilihan ini.
Jika Kardinal Angelo Scola yang menang, maka tahta suci kembali ke Italia pertamakali sejak 35 tahun dan bila Kardinal Scherer yang menang, maka akan terpilih paus pertama yang bukan orang Eropa sejak 1.300 tahun.
Namun sejumlah calon dari negara-negara lain juga disebut termasuk Kardinal Amerika Seritkat Timothy Dolan dan Sean O'Malley, serta kardinal Kanada Marc Ouellet dan kardinal Argentina Leonardo Sandri.
Para rohaniwan yang seluruhnya memakai topi merah dan berkumpul di kapel Sistine itu sebelumnya diangkat sebagai kardinal oleh Paus Benediktus atau pendahulunya Paus Yohanes Paulus II.
Paus berikutnya hampir dipastikan akan mengikuti jejak mereka menjalankan tradisi ajaran moral.
Baik Paus Benediktus maupun Paus Yohanes Paulus telah dikritik karena gagal memperbaiki sistem birokrasi di Vatikan, direcoki oleh intrik dan orang-orang yang tidak mampu, sehingga tokoh-tokoh gereja merasa yakin bahwa Paus berikutnya harus seorang kepala yang mampu menempatkan tata kelola kerja kelompok.
Sumber di Vatikan mengatakan, Kardinal Scola yang memegang dua keuskupan besar di Italia, mungkin menjadi sosok yang terbaik untuk memahami "politik Bizantium" dalam tataran Vatican -- dia sendiri bukan bagian dari itu, sehingga diharapkan mampu melakukan perombakan.
Faksi Romawi oleh sumber tersebut dinilai akan mendukung Scherer yang pernah bekerja sebagai uskup di Vatikan selama tujuh tahun, lalu memimpin keuskupan Keuskupan Sao Paulo, Brasilia, yang merupakan keuskupan terbesar di negara tersebut.
Jumlah umat katolik di Eropa hanya 24 persen, sehingga tekanan terhadap gereja untuk mencari bapa suci dari negara-negara lain guna memberikan sudut pandang yang berbeda.
Kardinal Amerika Latin mungkin akan lebih mencemaskan masalah kemiskinan dan meningkatkan penginjilan ketimbang masalah materialisme dan pelecehan seksual yang menonjol di negara-negara barat, sedangkan gereja di negara-negara Afrika menghadapi pertumbuhan Islam.
Para kardinal diharapkan menggunakan hak pilih pertama pada Selasa menjelang sore, yang dipastikan belum dapat menyimpulkan hasilnya, lalu kembali ke penginapan di Vatikan pada malam harinya.
Mereka akan melakukan empat kali pemungutan suara dalam sehari, sampai menemukan seseorang yang mendapat dua pertiga suara mayoritas atau 77 suara.
Asap hitam yang membubung dari cerebong Kapel Sistine berarti mengabarkan bahwa paus baru belum terpilih, sedangkan jika asap putih yang mengudara, disertai dentang lonceng gereja Basilika Santo Petrus, maka nama paus baru akan segera diumumkan.
Pada abad pertengahan, para kardinal dilarang berkumunikasi dengan dunia luar sat proses tersebut berlangsung.
Vatikan juga akan menerapkan teknologi tinggi untuk memastikan kerahasiaan konklaf pada era abad 21, termasuk akan mengacak peralatan guna mencegah penyadapan.
(Uu.M007)
Para Kardinal Bersiap Laksanakan Konklaf
Selasa, 12 Maret 2013 11:27 WIB