Jakarta (Antara Kalbar) - Google telah mengumumkan layanan pembayaran mobile-nya, Android Pay, menyaingi Samsung Pay dan Apple Pay.
Layanan baru ini akan memungkinkan pengguna untuk membayar barang dan jasa dengan menggunakan smartphone Android mereka.
Setiap transaksi akan memiliki token sekali pakai yang dikirim ke perangkat penerima untuk mengamankan dari tindakan penipuan.
Android Pay pada awalnya akan menggunakan near-field communication (NFC), namun selanjutnya akan memiliki perangkat biometrik seperti pemindai sidik jari.
Data kartu kredit akan disimpan secara lokal sehingga pembayaran dapat dilakukan tanpa sambungan data pada smartphone.
"Kami meluncurkan aplikasi ini agar pengguna dapat memiliki layanan pembayaran dengan sistem operasi Android," kata Sundar Pichai, wakil presiden senior produk Google, dalam acara temu media di Mobile World Congress, seperti dilansir laman The Guardian.
"Di tempat-tempat seperti Tiongkok dan Afrika, kami berharap orang-orang akan menggunakan Android Pay untuk mendapatkan layanan yang inovatif," tambahnya.
Saat ini layanan tersebut berada di tangan pengembang untuk memperbarui aplikasi tersebut.
Pengguna akan dapat membayar barang di toko-toko, namun tidak seperti Apple Pay pada iPhone Android Pay bukan sebagai aplikasi mandiri.
Sebaliknya, Android Pay akan digunakan oleh aplikasi pihak ketiga untuk menciptakan produk pembayaran seperti toko atau aplikasi penyedia khusus pembayaran yang bertindak sebagai sumber pembayaran serta sebagai pengganti kartu kredit.
Sementara itu, layanan pembayarab lain milik Google, Google Wallet, menurut Pichai akan terus ada, namun akan mengintegrasikan Android Pay sebagai sumber pembayaran.
Pichai juga mengatakan bahwa Google akan bekerja sama dengan Samsung Pay, namun perusahaan asal Korea tersebut hingga saat ini belum menjadwalkan peluncuran untuk aplikasinya.
Meskipun tersedia untuk smartphone Android sejak 2011, Google Wallet dinilai gagal. Hal ini menjadi celah bagi Apple untuk masuk dalam layanan pembayaran tahun lalu yang memicu persaingan bagi perusahaan teknologi untuk memasuki pasar tersebut, demikian The Guardian.