Sintang (ANTARA) - Bupati Sintang yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang Yustinus J membuka kegiatan Pemaparan Safe Drinking Water Treatment Project (Air Project) dan Workshop Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Balita serta Percepatan Universal Akses Air dan Sanitasi bertempat di Aula Pertemuan Serantung Water Park Sintang pada Kamis.
Turut hadir dalam workshop tersebut Margaretta Siregar, Area Program Manager Melawi Sintang Wahana Visi Indonesia dan jajaran Wahana Visi Indonesia, Perwakilan Pemerintah Kecamatan Sepauk, Tempunak dan Sungai Tebelian, dan perwakilan 24 desa lokasi binaan Wahana Visi Indonesia.
Pada workshop tersebut WVI menghadirkan dua orang narasumber yakni Florida Ida dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang dan Yuspiandi dari Bappeda Kabupaten Sintang.
“Terima kasih sudah membantu memberikan air bersih dan pendidikan dalam prilaku hidup bersih dan sehat. Kami merasa sangat terbantu dengan apa yang sudah dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia. Dengan penyediaan air bersih dan pemberdayaan dalam prilaku hidup masyarakat ini, kami yakini akan mampu menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu dan stunting di Kabupaten Sintang,” terang Yustinus.
Ia menambahkan bahwa Indonesia kini sedang menghadapi perang melawan pandemi COVID-19.
Namun, pada saat yang sama, Indonesia juga masih menghadapi tantangan stunting serta angka kematian pada ibu dan bayi yang masih tinggi, hal ini terjadi bukan hanya soal pemberian asupan gizi yang memenuhi standar untuk ibu hamil dan menyusui, tapi minimnya penyediaan air minum dan sanitasi yang layak.
Ketiadaan sanitasi dan air bersih merupakan awal dari munculnya persoalan kesehatan dalam masyarakat seperti stunting, kematian bayi serta ibu dan penyakit lainnya.
“Pasokan air dan sanitasi dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 360.000 bayi setiap tahun. diketahui, saat ini sekitar 4,2 miliar orang atau sekitar 55 persen dari populasi di dunia tidak memiliki manajemen dan layanan sanitasi yang baik. Selain itu, selama pandemi COVID-19 ini, semua orang dianjurkan untuk selalu menggunakan masker, menjaga jarak, dan rajin cuci tangan. Kebersihan tangan sangat penting untuk menahan penyebaran covid-19, serta penyakit menular lainnya. akses air bersih otomatis menjadi kunci penting untuk mencegah penularan virus corona yang jadi penyebab penyebaran COVID-19,” ujar Yustinus J.
Angka kematian bayi (AKB) kurang dari 1 tahun di Indonesia adalah 24 per 1.000 kelahiran, jauh di atas angka di Malaysia sebesar 6,7 per 1.000 kelahiran, dan di Thailand 7,8 per 1.000 kelahiran. Perilaku sederhana seperti mencuci tangan dengan air bersih saat akan memberikan makan kepada anak atau saat setelah buang air besar adalah beberapa perilaku yang harus didorong untuk mengurangi angka kematian bayi tersebut.
“Intervensi penyediaan air minum dan sanitasi yang layak serta perubahan perilaku, berkontribusi banyak dalam pencegahan stunting, penurunan angka kematian ibu dan angka kematian anak. masalah ketersediaan air bersih juga sangat erat kaitannya dengan isu pembangunan manusia, terutama kesehatan. selain stunting, sanitasi buruk dan kurangnya ketersediaan air bersih juga menyebabkan penyakit lain seperti diare," katanya.
“Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang menaruh perhatian besar terhadap upaya pencegahan masalah kesehatan seperti stunting, angka kematian ibu dan angka kematian bayi hal ini membutuhkan kerjasama semua pihak sesuai peran dan tupoksinya, bergerak bersama mengatasi kesehatan. dengan program ini maka diharapkan masyarakat semakin memahami pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih sehat dengan mengelola sanitasi," kata dia.
Sementara Margaretta Siregar, Area Program Manager Melawi Sintang Wahana Visi Indonesia dan jajaran Wahana Visi Indonesia menjelaskan bahwa Wahana Visi Indonesia sudah membagikan 2,2 juta sachet purifier untuk 6. 687 Kepala Keluarga di seluruh Indonesia.
“workshop ini diikuti oleh perwakilan masyarakat dan kader posyandu di 24 desa yang menjadi lokasi pelayanan kegiatan Wahana Visi Indonesia. Kegiatan ini kami laksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Program kami ini didukung oleh P&G dengan tujuan untuk mengurangi prevalensi kesakitan yang disebabkan oleh air khususnya kepada anak-anak” terang Margaretta Siregar.
“Berdasarkan hasil survey kami, di Kabupaten Sintang masih ada kasus angka kematian bayi, sehingga kami menganggap perlu dilakukan pencegahan untuk anak-anak agar tidak terkena diare atau penyakit lain yang disebabkan oleh air yang tidak layak. Untuk anak pada 1000 hari pertama kehidupan mereka, penyakit diare ini sangat berbahaya karena akan mengurangi berat badan mereka sehingga bisa menyebabkan kekurangan gizi dan stunting," ujar Margaretta Siregar.
“Kami juga ingin membantu menurunkan stunting di Kabupaten Sintang yang mana air dan sanitasi memberikan kontribusi penting untuk membuat anak-anak menjadi sehat dan menurunkan stunting. Program ini mulai kami laksanakan sejak 1 Januari 2020 sampai Desember 2020, namun kami perpanjang hingga April 2021 ini karena terhambat pandemic COVID-19,” tambah Margaretta Siregar.
Ia mengakui banyak tantangan dalam pelaksanaan program ini. Seperti pandemic COVID-19, yang mengubah perencanaan WVI dan bahkan ada yang dibatalkan. "Serta kurang efektifnya pendampingan di 24 desa lokasi pelayanan kami. Wahana Visi Indonesia dalam jangka panjang sebenarnya hanya memiliki program di 14 desa saja yakni 7 desa di Kecamatan Tempunak dan 7 desa di Kecamatan Sepauk. Program ini akan kami perpanjang, namun lokasinya kami geser ke Kecamatan Binjai Hulu dan Dedai yang akan dimulai pada Juli 2021 hingga Mei 2022 nanti," katanya.
“Tujuan kami bukan untuk membagikan produk penjernih air saja, tetapi poin kami adalah mengedukasi masyarakat untuk bisa mengolah air biasa menjadi air minum pada masyarakat yang biasa menggunakan air sungai dan air hujan untuk di minum sehari-hari. Beberapa desa di Kabupaten Sintang belum melakukan Open Defecation Free (ODF) atau tidak buang air besar di sungai sehingga kemungkinan bakteri E Coli juga masih ada di sungai besar kita," kata Margaretta Siregar.
“Air sungai yang diberikan purefire bisa langsung diminum atau untuk kebutuhan sehari-hari. Memang ada kendalanya karena purefire ini mengandung zat klorin sehingga biasanya orang tidak terbiasa dengan baunya. Mengolah air dengan direbus juga belum menjadi kebiasaan masyarakat kita. Dengan program ini, masyarakat di 24 desa diharapkan memahami mengapa kita harus mengolah air minum. Sehingga tujuan program ini adalah prilaku masyarakat menjadi berubah dalam hal pengolahan air minum. Terima kasih kepada Pemkab Sintang yang sudah mendukung program yang dilaksanakan oleh Wahana Visia Indonesia di Kabupaten Sintang," demikian Margaretta Siregar.